Sunday 4 January 2015

PEMBUATAN MEDIA MS0, MSCM DAN MS2BAP

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Formulasi media kultur jaringan pertama kali dibuat berdasarkan komposisi larutan yang digunakan untuk hidroponik, khususnya komposisi unsur-unsur makronya.. Komposisis media dan perkembangan formulasinya didasarkan pada jenis jaringan, organ dan tanaman yang digunakan serta pendekatan dari masing-masing peneliti. Keberhasilan dalam penggunaan meto
de kultur jaringan, sangat bergantung pada media yang digunakan. Media kultur jaringan tanaman menyediakan tidak hanya unsur hara makro dan mikro, tetapi  sumber karbohidrat yang pada umumnya berupa gula menggantikan karbon yang biasanya dihasilkan dari atmosfer melalui melalui proses fotosintesis.
Hasil yang lebih baik dapat dijangkau atau diperoleh, bila ke dalam media tersebut ditambahkan vitamin-vitamin, asam amino solid dan zat pengatur tubuh. Walaupun sudah diusahakan untuk menghindarkan penggunaan komponen-komponen yang tidak jelas (komponennya) seperti juice buah-buahan dan tauge, air kelapa, yeast exstracts dan casein hydrolysate, tetapi kadang-kadang kita bisa memperoleh hasil yang lebih tinggi dengan penambahan tersebut. Sebagai contoh, air kelapa masih sering digunakan di laboratorium-laboratorium penelitian, sedangkan pisang masih merupakan komponen tambahan yang sangat popular pada media anggrek.
Media kultur jaringan merupakan salah satu faktor yang dapat menentukan tingkat keberhasilan paebanyakan tanaman secara invitro, dalam hal ini adalah kultur jaringan. Berbagai formulasi atau komposisi media tanam telah banyak ditemukan untuk mmengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang dikulturkan.

1.2  Tujuan dan Manfaat
Mahasiswa dapat mengembangkan hasil kuliah dan mengetahui perhitungan pembuatan media, serta seteril alat dan media menentukan keberhasilan dalam hal ini mahasisswa di tuntut untuk lebih teliti.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Media yang terlalu padat dapat mengakibatkan akar sukar tumbuh, sebab akar-akar sulit untuk menembus ke dalam media. Sedangkan media yang terlalu lembek akan menyebabkan kegagalan dalam pekerjaan. Kegagalan dapat berupa tenggelamnya eksplan yang ditanam, terutama ekspaln yang berat seperti eksplan wartel, melinjo, eksplan bawang putih, eksplan kedelai, dan lain sebagainya. Pemakaian media cair lebih ditekankan pada suspensi sel, yaitu untuk menumbuhkan plb (protocorm like bodies atau disebut juga protokormus). Dari protokarmus ini nantinya dapat tumbuh menjadi planlet apabila dipindahkan ke dala media padat yang sesuai (Hendaryono dan Wijayani, 2007).
Media invitro yang biasa digunakan biasa berupa media padat sebab memiliki beberapa keuntungan antara lain penggunaan eksplan terkecil akan lebih muda terlihat, eksplan berada di atas permukaan media sehingga tidak perlu memerlukan alat Bantu untuk aerasi, tunas dan akar akn lebih muda tumbuh pada media yang diam. Namun pada media cair juga terdapat beberapa keuntungan yang tidak dimiliki pada media padat yaitu antara lain tidak memerlukan tambahan bahan pemadat, tepat untuk proses kultur protoplasma maupun kultur sel, eksudat yang dikeluarkan oleh eksplan tidak terakumulasi disekitar eksplan, kontak ekslan dengan media lebih besar (George and Sherington, 1984).
Dalam prosesnya, keberhasilan kultur jaringan selain dikarenakan oleh kondisi lingkungan  yang terkendali juga ditentikan oleh media kultur. Media kultur merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan. Media kultur merupakan komponen faktor lingkungan  yang menyediakan unsure pertumbuhan tanaman seperti unsure hara makro, unsure hara mikro, karbohidrat, vitamin dan zat pengatur tumbuh, param-garam organic, persenyawaan komplek alamiah, arang aktif dan bahan pemadat (George and Sherington, 1984).
Media kultur yang biasa digunakan adalah media dengan formulasi Murashige and Skoog (MS). Media MS merupakan media dasar yang mempunyai formulasi yang sangat lengkap. Komposisi media MS ini pada umumnya dapat digunakan pada hampir semua jenis tanaman (Wattimena,1992).

BAB III
METODOLOGI

3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Praktikum telah di laksanakan pada tanggal  19 November 2014, di Laboraturium Kultur Jaringan Politeknik Negeri Jember.

3.2. Bahan dan Alat                          
1. Unsur hara makro :
           KNO3                         = 1.900 mg/l
           NH4NO3                    = 1.650 mg/l
           CaCl2.2H2O               = 440 mg/l
           MgSO4.7H2O             = 370 mg/l
           KH2PO4                     = 170 mg/l
2.    Unsur hara mikro :
           MnSO4.4H2O             = 22,3 mg/l
           ZnSO4.7H2O              = 8,6 mg/l
           MoBO3                       = 6,2 mg/l
           KI                                = 0,83 mg/l
           Na2MoO4.2 H2O       = 0,25 mg/l
           CuSO4.5H2O             = 0,025 mg/l
3.    Besi :
           FeSO4.7H2O              = 27,8 mg/l
           Na2-EDTA.2H2O       = 37,3 mg/l
4.    Vitamin :
         Mio-inositol                  = 100 mg/l
         Thiamin HCl                 = 0,1 mg/l
         Asam nikotinat             = 0,5 mg/l
         Piridoksin HCl              = 0,5 mg/l
         Glisin                            = 2 mg/l
5.    ZPT :
      Sitokinin                        = 1 mg/l
      Auksin                           = 1 mg/l
6.    Bahan pemadat : agar         = 7 g/l
7. Sukrosa                               = 30 g/l
8. KOH atau NaOH               = 1 M
9. HCl                                     = 1 M
10. air kelapa 10%
11. BAP 2ppm/ml

3.2 Prosedur Kerja
1. Pembuatan larutan stok
a.       Larutan stok A, merupakan larutan unsur hara makro, dibuat 10 kali dilarutkan dalam 1000 ml aquades.
b.      Larutan stok B, merupakan larutan hara mikro, dibuat 1000 kali dalam 100 ml aquades.
c.       Larutan stok C, merupakan campuaran FeSO4.7H2O dan Na-EDTA, dibuat 100 kali dan dilarutkan ke dalam 200 ml aquades.
d.      Larutan stok D, merupakan larutan vitamin kecuali mio-inositol, dibuat 100 kali ke dalam 200 ml aquades.
e.       Larutan stok E, merupakan larutan mio-inositol, dibuat 100 kali dan dilarutkan ke dalam 100 ml aquades.
f.       Larutan Stok F, merupakan larutan ZPT, dibuat 100 kali dilarutkan ke dalam 500 ml aquades.
2. Pembuatan Medium Kultur
a.       Aquades sebanyak 500 ml disiapkan di dalam erlenmeyer berukuran 1000 ml. Untuk pembuatan 1 liter medium, ditambahkan stok A 100 ml, stok B 5 ml, stok C 50 ml, stok D 50 ml, stok E 2 ml dan stok F : (air kelapa) 10 ml BAP 2ppm/ml.
b.      Sukrosa ditimbang sebanyak 30 gram dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer sambil diaduk.
c.       Aquades ditambahkan samapai volumenya 1000 ml.
d.      pH larutan diukur menggunakan pH meter elektrik hingga mencapai pH yang dibutuhkan yaitu 5,7 – 5,8. Jika terlalu asam tambahkan NaOH atau KOH 1 M, dan jika terlalu basa tambahkan HCl 1 M.
e.       Sebanyak 7 gram agar-agar ditambahkan ke dalam larutan, lalu dipanaskan sampai mendidih sambil diaduk-aduk.
f.       Medium dituangkan ke dalam botol sekitar 20 ml.
g.      Botol ditutup menggunakan aluminium foil dan seal.
3. Sterilisasi Media
a.       Botol kultur yang sudah berisi medium dimasukkan ke dalam autoclave dengan tekanan 15 - 17,5 psi pada suhu 120 oC selama 20 menit, sampai tiga kali.
b.      Botol diangkat dan disimpan dalam ruang inkubasi sampai siap digunakan.
c.       Medium siap digunakan.



BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1  Hasil Pegamatan
Larutan Stok
Kebutuhan untuk Media MS
A
20 ml
B
20 ml
C
10 ml
D
10 ml
E
5 ml
F
2 ml
G
10 ml
H
1 ml
Air kelapa
10 ml
BAP
5 ppm
Agar
7 g

  1. Media kultur yang digunakan adalah MS
  2. Jumlah botol kultur 151 buah terdiri dari 51 botol MS 0 , 47 botol MS CM dan 53 botol MS2BAP
  3. Waktu sterilisasi dengan meggunakan autoclave yaitu 20 menit pada suhu 1210C dan tekanan 15 psi.

4.2  Pembahasan
Keberhasilan dalam penggunaan metode kultur jaringan, sangat bergantung pada media yang digunakan. Media kultur merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan. Media kultur merupakan komponen faktor lingkungan yang menyediakan unsure pertumbuhan tanaman seperti unsure hara makro, unsure hara mikro, karbohidrat, vitamin dan zat pengatur tumbuh, param-garam organic, persenyawaan komplek alamiah, arang aktif dan bahan pemadat. Pada parakikum ini media kultur yang dibuat yaitu dalam bentuk padat dengan formulsi Murashige dan Skoog.
Pembuatan media kultur dilakukan dengan cara memipet larutan stok yang sebelumnya sudah dibuat dan disimpan di lemari pendingin. Larutan stok tersebut dipipet sesuai dengan hasil pencarian perhitungan dengan menggunakan rumus pengenceran kemudian diencerkan (yang sebelumnya terlebih dahulu telah dideretkan di atas meja secara berurutan mulai dari larutan stok A-H) ke dalam gelas piala berukuran 1L. Pemipetan dilakukan secara berurutan untuk menghindari terjadi reaksi kimia antar larutan yang dapat menyebabkan penurunan atau degradasi maupun reaksi penggaraman yang akan berakibat pada ketidaktersediaa unsur tumbuh untuk petumbuhan eksplan.
Konsentrasi larutan yang digunakan sesuai dengan konsentrasi pada formulasi media MS. Larutan yang telah berada didalam beacker gelas kemudian diencerkan dengan ditambah air sebanyak 800 ml dulu dan sukrosa sebanyak 20 g. Gula berfungsi ganda di dalam media yaitu berfungsi sebagai sumber energi, dan sebagai penyeimbang tekanan osmotik media. Kemudian dipanaskan dengan menggunakan hot plate magnetic stearer. Hal tersebut dilakukan supaya sukrosa cepat larut. Setelah sukrosa larut kemudian larutan tersebut baru ditambahkan air sampai volumenya menjadi 1 L, pemanasan tetap terus dilakukan. Kemudian kita mengukur pH larutan menggunakan pH meter. pH larutan yang dianjurkan adalah berkisar anatara 5,8-6,0. Apabila pH larutan di bawah 5,8 maka dilakukan penambahan NaOH setetes demi setetes sampai pH naik sekitar 5.8. Apabila pH di atas 6.0 maka dilakukan penambahan KCl setetes demi setetes sampai pH turun pada kisaran tersebut. Sel-sel tanaman membutuhkan pH yang sedikit asam berkisar antara 5.5-5.8. Sekalipun media sudah ditetapkan, seringkali setelah sterilisasi pH-nya berubah.
Pada praktikum yang kami lakukan penambahan NaOH pada larutan sebab pH larutan berda di bawah kisaran pH yang dianjurkan yaitu sebesar 5,6 karena bahan pembuat medianya kebanyakan golongan asam. Kemudian dilakukan pengukuran pH dan ditetapkan sampai 5.8. Pengaturan pH dilkukan untuk menjamin ketersediaan unsure hara bagi eksplan di dalam botol kultur. Setelah ditambahkan NaOH pH menjadi 5.8, maka setelah itu baru dimasukan agar. Karena pada praktikum ini, media yang digunakan adalah media padat maka diperlukan bahan pemadat berupa agar. Agar yang diberikan yaitu sebesar 7 gram dimasukkan kedalam larutan penyusun media dan dipanaskan. Pengukuran pH tidak lagi dilakukan karena apabila larutan media yang telah ditambahkan agar diukur pH-nya maka akan merusak pH-meter.
Konsentrasi agar yang terlalu tinggi dapat mengurangi difusi persenyawaan dari dan ke arah eksplan sehingga pengambilan hara dan zat tumbuh berkurang, sedangkan zat penghambat dari eksplan tetap berkumpul di sekitar eksplan. Setelah mencapai titik didih yang ditandai dengan larutan berwarna bening dan terdapat gelembung maka larutan dituangkan ke dalam botol-botol kultur sebanyak 151 buah terdiri dari media MS0, MSCM dan MS2BAP sesuai dengan jumlah dibutuhkan. Kemudian botol ditutup dengan alumunium foil dan dilakukan sterilisasi basah dengan menggunakan autoclave selam 20 menit pada suhu 1210C dan pada tekanan 15 psi. Setelah itu botol-botol kultur diletakan di dalam ruang kulur pada rak-rak yang telah tersedia.





BAB V
PENUTUP

5.1  KESIMPULAN
Dari hasil pengamatan pada praktikum dapat disimpulkan bahwa keberhasilan dalam penggunaan metode kultur jaringan, sangat bergantung pada media yang digunakan. Media kultur merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan. Media kultur merupakan komponen faktor lingkungan yang menyediakan unsure pertumbuhan tanaman seperti unsure hara makro, unsure hara mikro, karbohidrat, vitamin dan zat pengatur tumbuh, param-garam organic, persenyawaan komplek alamiah, arang aktif dan bahan pemadat.
·         Apabila larutan media pH-nya rendah kurang dari 5.8 maka ditambah NaOh, dan apabila pH nya lebih dari 6.0 maka ditambahkan KCl.
·         Pada parakikum ini, media kultur yang dibuat yaitu dalam bentuk padat dengan formulsi MS0, MSCM dan MS2BAP
·         Dalam proses pembuatan media kultur harus benar-benar diperhatikan tingkat sterilitas dan kebutuhan atau jumlah komponen penyusun media kultur.




DAFTAR PUSTAKA


http://yunitafajrip.blogspot.com/2013/05/kultur-jaringan-pembuatan-media_5970.html diunduh pada tanggal 24 november 2014 pukul 12.00 wib


No comments:

Post a Comment