BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Aklimatisasi
adalah kegiatan memindahkan eksplan keluar dari ruangan aseptic ke bedeng.
Pemindahan dilakukan secara hati-hati dan bertahap, yaitu dengan memberikan
sungkup. Sungkup digunakan untuk melindungi bibit dari udara luar dan serangan
hama penyakit karena bibit hasil kultur jaringan sangat rentan terhadap
serangan hama penyakit
dan udara luar. Setelah bibit mampu beradaptasi dengan
lingkungan barunya maka secara bertahap sungkup dilepaskan dan pemeliharaan
bibit dilakukan dengan cara yang sama dengan pemeliharaan bibit generatif.
Pengakaran
adalah fase dimana eksplan akan menunjukkan adanya pertumbuhan akar yang
menandai bahwa proses kultur jaringan yang dilakukan mulai berjalan dengan
baik. Pengamatan dilakukan setiap hari untuk melihat pertumbuhan dan
perkembangan akar serta untuk melihat adanya kontaminasi oleh bakteri ataupun
jamur. Eksplan yang terkontaminasi akan menunjukkan gejala seperti berwarna
putih atau biru (disebabkan jamur) atau busuk (disebabkan bakteri).
Berdasarkan hal diatas maka aklimatisasi tanaman dalam hal ini tanaman
anggrek sangat riskan pada kontaminan dan perubahan yang terjadi selama di
aklimatisasi. Selain itu banyak hal yang sangat mempengaruhi dalam
mengaklimatisasi suatu tanaman yaitu kondisi lingkungan yang berbeda dapat
membuat suatu tanaman akan mati bila kita tidak benar-benar menjaga kondisi
yang diinginkan bagi tanaman kentang. Factor media tanam juga sangat
berpengaruh karena dengan media yang sesuai maka tanaman hasil kultur kita akan
mudah beradaptasi dan dapat menyerap nutrisi yang di berikan tetapi jika media
yang kita gunakan tidak mendukung pertumbuhan tanaman maka kemungkinan besar
tanaman yang kita aklimatisasi akan kesulitan dalam menyerap hara sehingga
tanaman kita akan mati.
1.2. Manfaat dan Tujuan
1.
Mengetahui tentang teknik dan cara aklimatisasi tanaman
2.
Mengaplikasikan teori-teori yang dipelajari di bangku kuliah
mengenai tanaman anggrek dan aklimatisasi.
3.
Menambah wawasan tentang budidaya tanaman dengan sistem
kultur jaringan.
BAB II
TINJAUAN
PUSATAKA
Kultur jaringan/Kultur In Vitro/Tissue Culture adalah
suatu teknik untuk mengisolasi, sel, protoplasma, jaringan, dan organ dan
menumbuhkan bagian tersebut pada nutrisi yang mengandung zat pengatur tumbuh
tanaman pada kondisi aseptik,sehingga bagian-bagian tersebut dapat memperbanyak
diri dan beregenerasi menjadi tanaman sempurna kembali.
Teori Dasar Kultur Jaringan
a)
Sel dari suatu organisme
multiseluler di mana pun letaknya, sebenarnya sama dengan sel zigot karena
berasal dari satu sel tersebut (Setiap sel berasal dari satu sel).
b)
Teori Totipotensi Sel (Total
Genetic Potential), artinya setiap sel memiliki potensi genetik seperti zigot
yaitu mampu memperbanyak diri dan berediferensiasi menjadi tanaman lengkap.
Tahapan yang dilakukan dalam perbanyakan tanaman dengan
teknik kultur jaringan adalah:
a)
Pembuatan media
b)
Inisiasi
c)
Sterilisasi
d)
Multiplikasi
e)
Pengakaran
f)
Aklimatisasi
Pengakaran adalah fase dimana eksplan akan menunjukkan
adanya pertumbuhan akar yang menandai bahwa proses kultur jaringan yang
dilakukan mulai berjalan dengan baik. Pengamatan dilakukan setiap hari untuk
melihat pertumbuhan dan perkembangan akar serta untuk melihat adanya
kontaminasi oleh bakteri ataupun jamur. Eksplan yang terkontaminasi akan
menunjukkan gejala seperti berwarna putih atau biru (disebabkan jamur) atau
busuk (disebabkan bakteri).
Aklimatisasi adalah kegiatan memindahkan eksplan keluar
dari ruangan aseptic ke bedeng. Pemindahan dilakukan secara hati-hati dan
bertahap, yaitu dengan memberikan sungkup. Sungkup digunakan untuk melindungi
bibit dari udara luar dan serangan hama penyakit karena bibit hasil kultur
jaringan sangat rentan terhadap serangan hama penyakit dan udara luar. Setelah
bibit mampu beradaptasi dengan lingkungan barunya maka secara bertahap sungkup
dilepaskan dan pemeliharaan bibit dilakukan dengan cara yang sama dengan
pemeliharaan bibit generatif.
Aklimatisasi dilakukan setelah embrio berkecambah dan
diperoleh plantlet yang siap untuk dipindahkan ke lapangan. Teknik aklimatisasi
untuk plantlet hasil regenerasi kultur embrio pada prinsipnya sama dengan
aklimatisasi plantlet hasil regenerasi dari teknik kultur jaringan lainnya.
Selain kultur embrio dan embrio rescue,terdapa pula
beberapa tipe – tipe kultur lain ,yaitu; kultur kalus, kultur meristem,kultur suspensi
sel, kultur protoplas, kultur anther dan pollen, dan kultur spora paku.
BAB III
METODELOGI
3.1.Waktu dan Pelaksanaan
Praktikum
ini dilaksanakan pada :
Hari/Tanggal : Kamis, 3 April 2014
Waktu : Pukul 07.00 s/d 09.00 WIB
Tempat :
Laboratorium Kultur Jaringan
Politeknik Negeri Jember
3.2. Alat dan Bahan
Alat
|
Bahan
|
1.
Pot
2.
Karet gelang
3.
Label
4.
Ember
5.
bak
|
1.
Arang
2.
Pakis
3.
Planlet
4.
Fungisida
5.
Pupuk
gandasil D
|
3.3. Prosedur kerja
1.
Kultur yang akan diaklimatisasi sebaiknya 1-2 minggu
dibiasakan dengan cahaya tinggi
2.
Keluarkan planlet dari botol dengan menggunakan pinset
kemudian dilakukan seleksi untuk memilih planlet yang baik.
3.
Planlet yang vitrous tidak tahan terhadap kadaan
luarnsebaiknya tidak ditanam. Pilih yang pertumbuhannya seragam, hijau kekar
dan perakaran sempurna.
4.
Sisa agar – agar yang melekat pada planlet dicuci bersih
dengan menggunakan air yang mengalir, hati – hati akar jangan sampai putus
5.
Akar planlet direndam dengan larutan fungisida 2 g/l selama
10 menit.
6.
Celupkan akar panlet kedalam larutan ZPT Auksin selama
beberapa saat
7.
Tanam planlet dalam media pot yang telah tersedia dan diikat
dengan gelang karet
8.
Beri label pada pot
9.
Letakkan planlet pada tempat didalam green house
10.
Lakukan pengamatan seminggu 2 kali
BAB IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Hasil yang di peroleh adalah 2 buah bahan tanam
dan 2 buah tanaman yang telah di aklimatisasi di green house kultur jaringan
Politeknik Negeri Jember.
4.2. Pembahasan
Aklimatisasi merupakan
kegiatan memindahkan eksplan keluar dari ruangan aseptic ke bedeng, tahapan ini
merupakan tahapan yang paling sulit dilakukan karena memindahkan tanaman pada
kondisi yang baru.
Di dalam aklimatisasi yang yang akan di bahas
ialah anggrek denrobium, aggrek catleya, dan anggrek phalaenopsis (anggrek
bulan) aklimatisasi bertujuan untuk membuat tanaman tumbuh dengan baik dan
membuat lingkungan alam yang sama dengan sayarat tumbuh tanaman tersebut.
Aklimatisasi
adalah kegiatan memindahkan eksplan keluar dari ruangan aseptic ke bedeng.
Pemindahan dilakukan secara hati-hati dan bertahap, yaitu dengan memberikan
sungkup. Sungkup digunakan untuk melindungi bibit dari udara luar dan
serangan hamapenyakit karena bibit hasil kultur jaringan sangat rentan
terhadap serangan hama penyakit dan udara luar. Setelah bibit mampu
beradaptasi dengan lingkungan barunya maka secara bertahap sungkup dilepaskan
dan pemeliharaan bibit dilakukan dengan cara yang sama dengan pemeliharaan
bibit generatif. Aklimatisasi marupakan tahapan yang paling akhir dari
suatu suatu kultur jaringan tanaman. Tahapan ini memang sebenarnya sangat sulit
dilakukan karena tanaman hasil kultur di upayakan agar bisa beradaptasi pada
lingkungan baru di luar botol kultur. Hal ini tentu akan sangat menyulitkan
karena selama ini tanaman terbiasa dengan keondisi di dalam botol kultur yaitu
hara dan nutrisi tersedia, suhu relative konstan, tidak terdapat sumber
penyakit/kontaminan dan lain sebagainya. Namun setelah tanaman
diaklimatisasikan maka tanaman baru ini akan sanagt stress karena perubahan
yang sangat ekstrim dan tiba-tiba.
Dendrobium adalah salah satu
kelompok terbesar kedua di antara genus dalam keluarga anggrek (Orchidaceae),
kurang lebih 1600 spesies tersebar mulai dari Jepang, Korea, Malaysia,
Indonesia, New Guinea dan Australia (Teo, 1979 dalam Jenimar, 1990).
Anggrek dendrobium termasuk anggrek
epifit memiliki sifat hidup menumpang tetapi tidak merugikan tanaman yang
ditumpangi. Akar tanaman anggrek berfungsi sebagai tempat menempelkan tubuh
tanaman pada media tumbuh. Akar anggrek epifit mempunyai lapisan velamen yang
berongga. Lapisan ini berfungsi untuk memudahkan akar dalam menyerap air hujan
yang jatuh di kulit pohon media tumbuh anggrek.
Di bawah lapisan velamen terdapat
lapisan yang mengandung klorofil. Akar anggrek epifit yang berambut pendek atau
nyaris tak berambut. Pada anggrek terestrial (jenis anggrek tanah), akar
mempunyai rambut yang cukup rapat dan cukup panjang. Fungsi rambut akar ini
adalah untuk menyerap air dan zat organik yang ada di tanah (Iswanto, 2002).
Anggrek dendrobium berbatang ganda
yang tumbuh ke samping dari rhizome yang menjalar ke medium tempat tumbuh. Pada
ruas-ruas rhizome atau pangkal batang terdapat tunas tidur yang dapat tumbuh
menjadi tanaman baru dan batangnya di sebut “bulb” atau pseudobulb
(Ginting, 1990). Bentuk daun tanaman anggrek menyerupai jenis tanaman monokotil
pada umumnya, yakni memanjang seperti pedang dan ukuran panjang daunya
bervariasi. Selain itu, daun juga mempunyai ketebalan berbeda tergantung
jenisnya (Ashari, 1995).
Anggrek dendrobium yang tumbuh
secara simpodial berbunga saat batang semunya telah dewasa dan dengan cadangan
makanan yang memadai sehingga pembungaannya terpacu. Begitu selesai mengalami
proses pembungaan, segera tumbuh tunas vegetatif baru yang akan berubah menjadi
bunga setelah tunas serabut dewasa. Proses pembungaan dapat terpacu lebih cepat
jika jumlah batang semu dan daun dendrobium dewasa sudah cukup banyak (Sandra,
2001).
Setelah bunga diserbuki dan dibuahi,
sekitar 3-9 bulan kemudian muncul buah yang sudah tua. Kematangan buah sangat
tergantung pada jenis anggreknya. Misalnya, pada dendrobium akan matang dalam
3-4 bulan. Pada anggrek vanda, umumnya buah matang setelah 6-7 bulan.
Sementara itu, pada anggrek cattleya,
buah baru matang setelah 9 bulan. Buah anggrek merupakan buah lentera,
artinya buah akan pecah ketika matang. Bagian yang membuka adalah bagian
tengahnya, bukan di ujung atau pangkal buah. Bentuk buah anggrek berbeda-beda,
tergantung jenisnya (Iswanto, 2002).
Cattleya merupakan salah satu genus anggrek yang cukup diminati
karena pada umumnya ukuran bunganya besar dan berwarna indah. Jumlah kuntum
bunga Cattleya berjumlah 1-2 kuntum bunga dan berukuran besar. Bunga
terdiri dari sepal, petal, labellum, dan column. Column terdiri dari anther,
stigma, dan ovary. Di dalam anther terdapat kumpulan polen (pollinia). Panjang
tangkai bunga termasuk pendek. Diameter bunga 5- >15cm. Daya tahan
bunga kurang dari 1 minggu bila tidak dipotong dan kurang lebih 3-4 hari bila
digunakan sebagai bunga potong. Tipe bunga tunggal dengan bentuk bunga bulat
(Darmono, 2008).
Klasifikasi Cattleya adalah
sebagai berikut (Anonim, 2010) :
Kingdom : Plantae
Division
: Angiosperms
Subdivision
: Monocots
Order
: Asparagales
Family
: Orchidaceae
Subfamily
: Epidendroideae
Tribe
: Epidendreae
Subtribe
: Laeliinae
Alliance
: Cattleya
Genus
: Cattleya
Dalam kultur jaringan, terdapat teori yang biasa disebut totipotensi
(total genetik potensi). Teori tersebut menyatakan bahwa setiap sel mengandung rangkaian
genetik yang lengkap untuk dapat tumbuh menjadi tanaman yang lengkap. Berarti
setiap sel apapun dapat tumbuh menjadi tanaman yang lengkap dan sempurna.
Berdasarkan hal tersebut maka sel gamet dapat juga dikulturkan dan dapat tumbuh
menjadi tanaman yang lengkap. Hanya bedanya karena sel gamet merupakan sel
dengan genetik 1n maka tanaman yang tumbuh merupakan tanaman yang mempunyai
genetik 1 n. Konsekuensinya penampakan atau ukuran tanaman anggrek tersebut
akan menjadi lebih kecil (Flora, 2010).
Kultur anther dimulai dengan tahapan pembentukan kalus. Bila kalus
telah terbentuk, dilanjutkan pada tahap untuk menumbuhkan plantet. Metode
penumbuhan planlet ada 2, yaitu (Flora, 2010):
1.
Metode 0ne Step Method adalah
metode dimana media tersebut sanggup menumbuhkan eksplan melalui kalus terus
menjadi plantula, contohnya pada medium VW untuk kultur jaringan anggrek.
2.
Metode Two Steps Method adalah
metode yang digunakan untuk menumbuhkan plantet menjadi plantula dengan pindah
media , karena pada media pertama hanya terbentuk kalus, kemudian mogok tidak
berkembang menjadi tunas atau akar. Setelah terbentuk kalus, kalus dipindahkan
ke media baru dengan tujuan agar tejadi pertumbuhan yang sempurna.
Zat-zat tambahan yang dibutuhkan pada media induksi kalus dan media
diferensiasi (menumbuhkan kalus menjadi plantula) berbeda-beda. Zat tambahan
atau hormon untuk induksi kalus adalah 2,4D atau NAA pengganti 2,4D. Sedangkan
untuk media diferensiasi adalah kombinasi sitokinin dan auksin, 2,4D tidak
digunakan dan kadar sukrosanya dikurangi.
Kultur anther memilki kelemahan dan kelebihan, yaitu (Muslim, 2009):
1.
Keuntungan: teknik isolasinya
lebih mudah, dapat menghasilkan tanaman dengan jumlah kromosom yang bervariasi
(n, 2n dan 3n).
2.
Kerugian : Tanaman yang
diperoleh bermacam-macam karena kemungkinan tanaman tersebut berasal dari
jaringan lain seperti jaringan tapetum (3n), atau jaringan penyambung
(conective tissue), sehingga masih perlu tahapan seleksi.
Tanaman monokotil menggunakan media MS sebagai media dasar kultur
anther. Selain MS, dikembangkan pula beberapa media lain misalnya media N6. ZPT
yang digunakan adalah 2mg/l NAA dan 0.5 mg/lkinetin. Menurut Hird et.al.,
(1994), kalus mulai terbentuk setelah kultur diinkubasi selama kurang lebih 3
minggu dalam ruang gelap (25+2)°C. Proses inisiasi dedifernsiasi butir sari
atau mikrospora terjadi di dalam anther yang dikulturkan in vitro.
Metabolit yang dihasilkan dari tapetum akan memasuki ruang anther dan
memberikan nutrisi untuk perkembangann mikrospora serta melingkupi embrio atau
kalus muda yang terbentuk.
Faktor-faktor yang menentukan hasil akhir kultur anther (Sandra,
2008):
1.
Kondisi tanaman donor, tanaman
donor harus dalam kondisi sehat.
2.
Umur tanaman donor, sebaiknya
anther berasal dari awal pembungaan atau bunga yang masih kuncup.
3.
Metode sterilisasi
: Anther disterilisasi terlebih dahulu ke dalam larutan klorox 5% selama 7
menit, bilas dengan air steril. Sel jantan (serbuk sari) diisolasi dari
anthernya lalu ditanam ke dalam media kultur.
4.
Kondisi ruang inkubasi : Temperatur
ruang yang dibutuhkan 250-280C.
Media sangat berpengaruh terhadap keberhasilan budidaya jaringan
tanaman. Selain sebagai tempat tumbuh, media tanam juga merupakan sumber
penyedia unsur hara dan zat-zat lain yang diperlukan eksplan untuk
tumbuh. Pada dasarnya, komposisi utama media terdiri dari hormon (zat
pengatur tumbuh) dan sejumlah unsur yang biasanya terdapat di dalam tanah yang
dikelompokkan ke dalam unsur makro dan unsur mikro.
Kedudukan tanaman anggrek bulan dalam sistematika (taksonomi)
tumbuhan diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan).
Divisi :
Spermatophyta (tumbuhan berbuji)
Subdivisi : Angiospermae
(berbiji tertutup)
Kelas : Monocotyledonae
(biji berkeping satu)
Ordo :
Orchidales
Family :
Orchidaceae (anggrek-anggrekan)
Genus :
Phalaenopsis
Spesies : Phalaenopsis
amabilis JJS; Phal.
Susunan tubuh tanaman anggrek bulan terdiri atas akar, batang, daun,
bung, buah, dan biji. Tanaman anggrek bulan bersifat bersifat epifit. Epifit
berasal dari kata Epyphyt, yang terdiri atas kata Epi dan phytos. Epi berarti
diatas, sedangkan phytos berarti tanaman. Tanaman epifit ditandai dengan
karakter pertumbuhannya yang melekat pada permukaan kulit pohon, dengan seluruh
bagian tumbuhan (akar, batang, daun) berada di udara. Pengertian praktis
tanaman epifit adalah tanaman yang hidupnya menumpang pada tanaman lain, tanpa
merugikan tanaman yang ditumpanginya.
Akar tanaman anggrek bulan terdiri atas dua macam, yaitu akar lekat dan akar udara. Akar lekat berfungsi untuk melekat dan menahan keseluruhan tanaman agar tetap berada pada posisinya. Adapun agar udara berperan dalanm proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman, karena berkemampuan menyerap unsur hara.
Batang tanaman anggrek bulan berukuran amat pendek, bahkan kadang-kadang tidak tampak karena tertutup pelepah daun. Daun berbentuk lanset atau bundar panjang sampai jorong; dengan panjang antara 20 cm – 30 cm dan lebar 3 cm – 12 cm ; berdaging tebal; berwarna hijau kelam, hijau muda, hijau keungu-unguan, sampai hijau kemerah-merahan.
Pertumbuhan tanaman anggrek bulan tergolong dalam tipe simpodial, yaitu memiliki tipe pertumbuhan ujung batang ke satu arah (ke atas) dan terbatas. Adapun tipe pertumbuhan bunganya adalah pleurente yang berarti karang bunganya (inflorescentia) tumbuh dari pangkal atau samping batang. Bunga tersusun dalam rangkaian yang berbentuk tandan bercabang. Tangkai bunga berukuran panjang antara 15 cm – 100 cm. Jumlah bunga setiap tangkai bervariasi, yaitu antara 3 – 25 kuntum atau lebih, tergantung pada jenis atau spesiesnya. Ciri khas bunga anggrek bulan adalah memiliki 3 sepal daun bunga (calyx), 3 petal daun mahkota bunga (corolla), dan 1 gynostenium (putik dan benang sari bersatu). Calyx berbentuk lanset atau jorong, dengan ujung sedikit runcing. Daun mahkota (corrola) berbentuk bundar melebar, dengan bagian pangkal kecil dan ujung yang tumpul. Satu helai daun mahkota, biasanya berubah bentuk dan fungsi menjadi bibir bunga yang bertaju tiga helai dan berukuran kecil.
Penampilan bunga anggrek bulan amat mempesona, karena selain mempunyai calyx, corolla, dan bibir bunga dengan bentuk yang amat variasi, juga memiliki warna yang beraneka macam, mulai dari putih bersih, putih kekuning-kuningan, merah, ungu, sampai kombinasi warna-warna lain, tergantung pada jenis atau spesiesnya. Anggrek bulan hasil silangan (hibrida), umumnya memiliki bentuk dan warna bunga yang berbeda dengan bentuk dan warna kedua induknya.
Bunga anggrek bulan mekar secara bertahap mulai dari bagian pangkal hingga ujung tandan. Periode mekar bunga berlangsung antara 7 – 30 hari. Penyerbukan bunga selain terjadi secara alamai dengan bantuan serangga lebah atau kupu-kupu penyerbuk, juga dapat dilakukan secara buatan oleh manusia. Dari proses penyerbukan dan pembuahan, akan dihasilkan buah atau fructus. Buah berbentuk jorong bergaris-garis, dengan panjang mencapai 10 cm atau lebih. Buah muda nampak segar dan berwarna hijau, namun setelah matang (tua), berubah menjadi kecoklat-coklatan dan kering. Bila buah tua dibelah, akan tampak lapisan menyerupai kapas yang dipenuhi beribu-ribu biji anggrek bulan. Biji menyerupai tepung dan berwarna kekuning-kuningan atau kecoklat-coklatan. Biji anggrek bulan tidak mengandung bahan makanan, sehingga bila digunakan sebagai bahan perbanyakan secara generatif , harus di tumbuhkan dalam medium tertentu.
Berdasarkan hal
diatas maka aklimatisasi tanaman dalam hal ini tanaman anggrek sangat riskan
pada kontaminan dan perubahan yang terjadi selama di aklimatisasi. Selain itu
banyak hal yang sangat mempengaruhi dalam mengaklimatisasi suatu tanaman yaitu
kondisi lingkungan yang berbeda dapat membuat suatu tanaman akan mati bila kita
tidak benar-benar menjaga kondisi yang diinginkan bagi tanaman kentang. Factor
media tanam juga sangat berpengaruh karena dengan media yang sesuai maka
tanaman hasil kultur kita akan mudah beradaptasi dan dapat menyerap nutrisi
yang di berikan tetapi jika media yang kita gunakan tidak mendukung pertumbuhan
tanaman maka kemungkinan besar tanaman yang kita aklimatisasi akan kesulitan
dalam menyerap hara sehingga tanaman kita akan mati.
Media tumbuh yang
baik harus memenuhi beberapa persyaratan, yaitu tidak lekas melapuk, tidak
menjadi sumber penyakit, mempunyai aerasi baik, mampu mengikat air dan zat-zat
hara secara baik, mudah didapat dalam jumlah yang diinginkan dan relatif murah
harganya. Sampai saat ini belum ada media yang memenuhi semua persyaratan untuk
pertumbuhan tanaman anggrek.
Untuk pertumbuhan
tanaman anggrek, kemasaman media (pH) yang baik berkisar antara 5–6. Media
tumbuh sangat penting untuk pertumbuhan dan produksi bunga optimal, sehingga
perlu adanya suatu usaha mencari media tumbuh yang sesuai. Media tumbuh yang
sering digunakan di Indonesia antara lain : moss, pakis, serutan kayu, potongan
kayu, serabut kelapa, arang dan kulit pinus.
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Aklimatisasi merupakan kegiatan memindahkan eksplan
keluar dari ruangan aseptic ke bedeng, tahapan ini merupakan tahapan yang
paling sulit dilakukan karena memindahkan tanaman pada kondisi yang baru.
Dalam mengaklimatisasi tanaman anggrek banyak hal yang
sangat berpengaruh pada pertumbuhan tanaman ini diantaranya kondisi tanaman itu
saat diaklimatisasi, kondisi lingkungan, dan perawatan yang intensif serta
media yang digunakan.
5.2 SARAN
Sebaiknya
untuk praktikum ini di lakukan harus dengan sesuai umur tanaman dan besar
tanaman, cocok tidak pada saat di lakukan aklimatisasi. Namun pada saat
pemindahan plantlet yang di pindah sebaiknya di lakukan dengan hati hati jangan
sampai merusak bagian tanaman karna itu dapat menimbulkan setres bagi tanaman.
No comments:
Post a Comment