Reaksi tanah
menunjukkan kemasaman atau alkalinitas tanah yang dinyatakan dengan nilai pH.
Nilai pH menunjukkan banyaknya konsentrasi ion unsur (H+) di dalam
tanah.
Makin tinggi kadar ion H+ di dalam tanah maka
semakin masam tanah tersebut.
Pada
tanah-tanah yang masam jumlah ion H+ lebih tinggi daripada OH-,
sedangkan pada tanah alkalis kandungan OH- lebih banyak daripada H+.
Bila kandungan H+ sama dengan OH- maka tanah beraksi
netral yaitu mempunyai pH=7 (Hardjowigeno, 1995).
Selain ion H+
ditemukan pula ion OH-, yang jumlahnya berbanding terbalik dengan
banyaknya H+.
Pada tanah masam jumlah ion H+ > ion
OH –
Pada tanah Alkalis jumlah ion OH- >
H+
Pada tanah netral jumlah ion H+ = OH-
Pada Gambar 4.1. dapat di lihat hubungan konsentrasi H+,
OH – dan pH tanah
Gambar 4.1. Hubungan konsentrasi H+,
OH- dan pH
Menurut (Hardjowigeno,
1995), pentingnya pH tanah terhadap
pertumbuhan tanaman adalah sebagai berikut:
a. Menentukan
mudah tidaknya unsur-unsur hara diserap tanaman, umumnya unsur hara mudah
diserap akar tanaman pada pH tanah sekitar netral, karena pada pH tersebut
kebanyakan unsur hara mudah larut dalam air. Pada tanah masam unsur P tidak
dapat diserap tanaman karena difiksasi oleh Al, sedang pada pH alkalis unsur P
difiksasi oleh Ca.
b. Menunjukkan kemungkinan adanya unsur-unsur beracun. Pada
tanah-tanah masam banyak ditemukan ion-ion Al di dalam tanah, disamping
memfiksasi unsur P juga merupakan racun bagi akar tanaman. Disamping itu pada
reaksi tanah yang masam, unsur-unsur mikro menjadi mudah larut, sehingga
ditemukan unsur mikro yang terlalu banyak. Unsur mikro merupakan hara yang
dibutuhkan tanaman dalam jumlah sangat kecil, sehingga menjadi racun kalau dalam
jumlah besar.
c. Mempengaruhi perkembangan mikroorganisme. Bakteri, jamur
yang bermanfaat bagi tanah dan tanaman akan berkembang baik pada pH > 5,5
apabila pH tanah terlalu rendah maka akan terhambat aktivitasnya.
- Bakteri
berkembang dengan baik pada pH 5,5 atau lebih sedangkan pada pH kurang dari 5,5
perkembangannya sangat terhambat.
- Jamur
dapat berkembang baik pada segala tingkat keasaman tanah. Pada pH lebih dari
5,5 jamur harus bersaing dengan bakteri.
- Bakteri
pengikat nitrogen dari udara da bakteri nitrifikasi hanya dapat berkembang
dengan baik pada pH lebih dari 5,5.
Mengubah
pH tanah :
a. pH
tanah yang terlalu masam dapat dinaikkan nilai pH nya dengan menambahkan kapur
ke dalam tanah, sedangkan
b. Tanah yang terlalu alkalis dapat diturunkan nilai pH nya
dengan penambahan belerang.
Kisaran
pH tanah :
-
Kisaran
pH tanah mineral biasanya antara 3,5 – 10
-
Kisaran pH tanah gambut < 3,0
-
Kisaran pH tanah alkalis
> 11,0
Kebanyakkan
tanaman toleran terhadap pH tanah yang ekstrim rendah atau tinggi, asalkan
dalam tanah tersebut tersedia hara yang cukup. Beberapa unsur hara tidak
tersedia pada pH ekstrim, dan beberapa unsur lainnya berada pada tingkat
meracun.
Unsur
hara yang dapat dipengaruhi oleh pH antara lain :
a. Kalsium
dan Magnesium ditukar
b. Aluminium
dan unsur mikro
c. Ketersediaan
Phosphor
d. Perharaan yang berkaitan dengan aktivitas jasad mikro.
Ion H+.berada di dua tempat yaitu dalam
larutan tanah dan terjerap koloid. Jumlah ion dalam larutan menunjukkan kemasaman
efektif, sedangkan ion H+ yang terjerap menunjukkan kemasaman
cadangan atau kemasaman dipertukarkan.
Kemasaman aktif jauh lebih rendah dari kemasaman
cadangan, kemasaman cadangan ini dapat mencapai 1000 kali lebih kuat dari
kemasaman aktif, jadi kemasaman cadangan inilah yang lebih berbahaya
Tabel 4.1. Kemasaman Tanah
pH
|
Reaksi
|
1.
4,5 – 5,0
|
Keadaan tanah masam sekali
|
2. 5,0 – 5,5
|
Masam
|
3.
5,5 – 6,0
|
Agak masam
|
4. 6,0 – 6,5
|
Masam
Lemah
|
5.
6,5 – 7,0
|
Netral
|
Sumber.
Mul Mulyani .S
Larcher
(1995); Salisbury dan Ross (1995) menyatakan bahwa kelarutan unsur tertentu dan
laju penyerapannya oleh tumbuhan sangat dipengaruhi oleh pH, Besi, Seng,
Tembaga, dan Mangan kurang larut pada tanah basa dibandingkan tanah asam karena
ion ini mengendap sebagai hidroksida pada pH tinggi. Salisbury dan Ross (1995) memberikan
contoh, yaitu klorosis akibat defisiensi besi lazim dijumpai pada tanah di
bagian Barat Amerika Serikat, yang sering bersifat basa. Fosfat, yang
kebanyakan terserap dalam bentuk ion H2PO4- valensi
satu, lebih segera terserap dari larutan hara dengan nilai pH lebih rendah atau
lebih tinggi. Pada Tanah ber-pH tinggi, lebih banyak fosfat yang berada dalam
bentuk ion HPO42- valensi dua yang lambat terserap.
Selain
itu, sebagian besar fosfat berada dalam bentuk kalsium fosfat yang tidak larut.
Pada tanah ber-pH rendah, yang seharusnya banyak mengandung H2PO4-,
konsentrasi ion aluminium yang sering tinggi menyebabkannya mengendap sebagai
aluminium fosfat.
Konsentrasi
aluminium yang cukup tinggi pada tanah asam (pH dibawah 4,7) dapat menghambat
pertumbuhan beberapa species, tidak hanya karena efeknya yang merusak
ketersediaan fosfat, tapi tampaknya juga karena penghambatan penyerapan besi
karena efek racun secara langsung terhadap metabolism tumbuhan. Selain itu
Sanchezn (1976) dalam Tamadjoe (1995) menyatakan, keasaman dapat berpengaruh
langsung maupun tidak langsung terhadap pertumbuhan tanaman. Pengaruh
langsungnya adalah terhadap kelarutan ion-ion H+ dan Al 3+,
dimana dalam jumlah banyak dapat menghambat perkembangan perakaran tanaman,
sehingga daerah penyebarannya akan sempit. Sedangkan pengaruhnya tidak langsung
adalah terhadap ketersediaan unsure-unsur hara makro tanah akan berkurang
dengan meningkatnya keasaman tanah. Selain itu jika pH tanah kurang dari 4,2
dapat menyebabkan penyerapan kation-kation oleh akara tanaman dapat berhenti
(Black, 1964 dalam Tamadjoe, 1995). Kandungan hara mikro seperti boron,
tembaga, mangan, dan besi secara umum meningkat seiring dengan meningkatnya
keasaman tanah (pH lebih rendah). Pada tanah dimana cadangan hara ini rendah,
reduksi nyata pada keasaman tanah akan menghasilkan defisiensi satu atau lebih
elemen esensial ini. Sebagai contoh, defisiensi cepat dari besi dan boron telah
ditandai pada area local dari tegakan muda pinus slash di bagian tenggara
pesisir Amerika. Pergerakan angin dan air dari partikel batuan kapur atas jalan
raya hutan ditemukan penurunan keasaman dari tanah berpasir menyebabkan pohon
mengalami defisiensi hara mikro pada 10-20m dari jalan raya. Gejala defisiensi
secara umum menghilang bersamaan dengan terbangunnya system perakaran menembus
tanah asam (Pritchett, 1979).
Lee
(1971) dalam Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (1991) melaporkan bahwa
keracunan Al akan mengurangi serapan hara P, Ca, K, Mn, Fe, Cu, dan Zn. Hasil
Penelitian Chandler dan Silva (1974) dalam Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi (1991) menunjukkan bahwa kadar N. P. dan K daun kedelai sangat berkurang
dengan meningkatnya kejenuhan Al tanah. Pada tanah asam unsure Mo juga bisa
tidak tersedia atau tidak ada, padahal unsur Mo diperlukan untuk pembentukan
bintil akar pada tumbuhan legum.
Tanah
hutan yang dominan memiliki keasaman sedang sampai tinggi merupakan hasil dari
pelepasan asam organik selama dekomposisi dari lapisan seresah dan efek dari
pencucian (leaching) dari permukaan tanah mineral. Sebagai hasilnya, tipe
vegetasi yang tumbuh pada tanah memiliki pengaruh pada tingkat keasaman tanah
karena perbedaan nyata kandungan dasar sresah mereka. Tanah yang mendukung
tajuk daun jarum cenderung labih asam daripada tanah yang mendukung species
daun lebar, daun jarum dan serahnya memiliki kandungan dasar lebih rendah.
Hubungan ini tidak selalu jelas. Karena species memiliki perbedaan toleransi
terhadap keasaman tanah, kondisi tanah lebih mempengaruhi komunitas pohon
daripada komunitas pohon mempengaruhi reaksi yang terjadi di tanah. Sebagai
contoh beberapa Shorea bisa tumbuh dengan baik pada tanah yang agak masam.
Dengan
sedikit pengecualian, species-species hutan beradaptasi baik pada kondisi tanah
asam dan, faktanya, tumbuh baik pada media asam sedang. Reaksi tanah, tidak
dapat dipungkiri, dapat mengatur distribusi tumbuhan sensitive asam yang lebih
seperti sungkai, pulai, gmelina, sengon, mahoni, mangium, petai, gamal,
lamtoro, dan beberapa tanaman penutup tanah.
No comments:
Post a Comment