Sunday, 4 November 2012

I. IDENTIFIKASI PROFIL TANAH


Persebaran tanah di permukaan bumi di pengaruhi oleh factor-faktor pembentuk tanah, sehingga menghasilkan jenis tanah yang bervariasi antar satu wilayah dengan wilayah yang lain. Iklim, topografi, bahan induk, organisme dan wakt bekerja bersama-sama menghasilkan berbagai jenis tanah yang dapat kita kenali saat ini.

Pengenalan tentang tanah dapat dilakukan terlebih dahulu dengan mengenal “morfologi tanah”.Morfologi tanah bukanlah suatu ilmu namun morfologi tanah merupakan cara yang digunakan dalam penyelidikan-penyelidikan ilmiah tentang tanah.. Morfologi tanah menguraikan mengenai kenampakan-kenampakan, ciri-ciri dan sifat-sifat umum yang diperlihatkan sesuatu profil tanah. Nilai pelukisan tanah dipengaruhi oleh pemilihan tempat kedudukan profil tanah yang harus bebas dari berbagai pengaruh, sehingga menjadi lengkap dan jelas. Uraian yang obyektif tentang profil tanah yang melandasi klasifikasi dan pemetaan tanah.

Mempelajari morfologi tanah akan memberikan fakta tentang genesa tanah, yaitu proses pelapukan dan perkembangannya, serta ciri-ciri tertentu hasil pengaruh berbagai faktor pembentuk tanah. Penentuan jenis tanah seringkali mendasarkan pada ciri-ciri tertentu yang terdapat pada horizon hasil dari pengaruh iklim, bahan induk atau faktor tanah yang lain.


A. Pengertian Profil Tanah

Profil tanah adalah penampang tegak lurus/vertikal tanah yang menunjukkan lapisan-lapisan tanah atau horison.


Horizon tanah adalah lapisan-lapisan yang kurang lebih seragam di dalam profil, batas antar horizon yang bertetangga sejajar atau hampis sejajar dengan permukaan tanah. Pengenalan awal horizon dapat dilakukan secara visual dengan membedakan perubahan yang terjadi dari horizon satu dengan yang lain.


Profil dari tanah yang berkembang lanjut biasanya memiliki horison-horison sbb:

O –A – E – B - C – R.


Solum Tanah terdiri dari: O – A – E – B
Lapisan Tanah Atas meliputi: O – A
Lapisan Tanah Bawah : E – B
Lapisan Batuan Terlapuk : C
Lapisan Batuan Induk : R



O1
Horizon Organik
O1: Guguran daun-daun dan puing-puing organik yang belum terombak
O2 : campuran bahan-bahan dan rombakan bahan organik

O2


A

A : horizon mineral yang mengandung sejumlah besar organik yang halus sehingga berwarna gelap.
E




E : suatu lapisan berwarna terang dengan kandungan b.o. lebih rendah dari A.Warna terang menunjukkan hilangnya liat, silikat, besi dan alumunium (sesquioksida) dan hanya menyisakan suatu konsentrasi pasir dan partikel-partikel debu kuarsa.

B
B : illuviasi (konsentrasi liat silikat) dan b.o. serta sesquioksida.

BC

BC :Lapisan transisi

C
C : Lapisan yang memungkinkan sama dengan bentuk asli solum
Batuan induk yang sudah terlapuk.

R

R : batuan induk (parent rock)


B. Simbolisasi Profil Tanah

Identifikasi profil tanah dilakukan dengan mengamati setiap horizon pada suatu profil tanah. Pembedaan horizon didasarkan pada ciri-ciri spesifik dan genetis yang ada. Identifikasi profil tanah di lapangan akan bermanfaat nyata apabila uraian tentang tanah tersebut dilengkapi dengan pemberian simbol-simbol horizon tanah.



Pemberian nama masing-masing horizon dilakukan simbolisasi, yang atur sebagai berikut:
1. Simbol huruf besar O, A, B, C dan R digunakan untuk horizon genetis utama;
2. Masing-masing horizon dibagi lagi atas horizon-horizon yang lebih terinci dengan memberikannya angka 1,2 dan 3 di belakang simbol horizon utama;
3. Simbol tambahan dengan huruf-huruf kecil di belakang angka 1 dan 2 menyatakan keistimewaan horizon tersebut, misalnya A2g, B2ca, C2cs dan lain-lain.
4. Simbol dengan angka romawi di muka simbol horizon utama menunjukkan diskpntinuitas (ketidakmerataan) akibat perbedaan lapisan geologi.
5. Jika terdapat urutan horizon teratur lebih dari satu, maka untuk kedua diberi tanda petik satu atau dua, misalnya A2, B’2, B”3.

Horizon-horizon Utama
1. Horizon Organik
O.- Horizon organik adalah lapisan tanah paling atas berada di atas lapisan mineral yang sebagian besar terdiri atas bahan organik (segar maupun sudah mengalami pembusukan).Selain ditandai dengan warna yang kelam, lapisan paling atas tanah dapat disebut sebagai horizon O, apabila :
• Kandungan bahan organik pada lapisan ini adalah ≥ 30 % jika tanah ini bertekstur lempung (clay) lebih dari 50 %.
• Kandungan bahan organik 20 %, jika tanah tidak mengandung partikel lempung sama sekali.
O.1 Horizon ini disebut juga sebagai lapisan mulsa (much). Horizon organik yang bahan organiknya masih mempunyai ciri dan bentuk terlihat jelas dengan mata biasa yang serupa dengan bahan asalnya. Contoh : terdapat ranting pohon, daun, tulang, sisa-sisa tubuh hewan.
O.2 Horizon organik yang ditandai dengan adanya bahan organik (tumbuhan dan hewan) yang sedang atau telah mengalami pelapukan sehingga tidak menampakkan ciri aslinya lagi. Horizon ini sering dikenal sebagai humus yang berwarna hitam.

2. Horizon Mineral
A.- Horizon mineral paling atas, yang terbagi atas :
A.1 Horizon ini merupakan horizon percampuran antara horizon organik dan mineral sehingga pada lapisan ini berwarna kelam/ gelap (dark). Keterdapatan bahan organik pada lapisan ini burujud partikel tersendiri atau bahan organik yang menyelaputi bahan mineral.
A.2 Horizon ini dikenal juga sebagai horizon ”eluviasi” atau lapisan yang mengalami pencucian secara maksimal. Kation bahan organik, besi, alumunium dan atau basa lain yang berwarna telah mengalami pencucian dan yang tertinggal adalah bahan-bahan resisten kuarsa yang kasar dan tidak berwarna, sehingga pada lapisan iniditandai dengan warna yang pucat/terang/cerah, namun mempunyai tekstur yang paling kasar dan struktur longgar dibanding dengan lapisan-lapisan lain.
A.3 Horizon ini merupakan peralihan A ke horizon B atau C dengan ciri warna yang mendekati horizon A.2. Namun, apabila peralihan kurang jelas dan hanya menampakkan ciri dan warna campuran maka horizon ini diberi simbol AB jika beralih ke B, atau AC jika langsung beralih ke C.

B.- Horizon ini dikenal juga sebagai horizon ”illuviasi” atau lapisan penimbunan (akumulasi basa lempung, besi, alumunium atau bahan-bahan organik yang tercuci pada horizon A). Horizon ini dicirikan dengan warna yang lebih kelam, tekstur lebih berat dan struktur yang lebih rapat jika dibanding dengan horizon-horizon lainnya, terutama horizon A yang berada diatasnya. Ciri lain dari lapisan ini ialah :
• Terdapat konsentrasi residu sesquioksida dan atau lempung yang terbentuk karena larutnya karbonat atau garam-garam lainnya.
• Adanya ”alterasi” atau perubahan bahan-bahan dari keadaan asalnya den terbentuk struktur berbutir (granuler), gumpal (blocky) atau tiang (prismatic).
Horizon ini terbagi atas :
B.1 Horizon peralihan dengan horizon A yang mempunyai warna dan ciri yang lebih mendekati warna dan ciri horizon B.
B.2 Horizon yang paling maksimal menampakkan horizon B, sehingga warnanya paling kelam/tua,tekstur paling berat dan struktur paling padat.
B.3 Horison peralihan dari horizon B ke C atau R dengan warna dan ciri mendekati warna dan ciri horizon B. Jika horizon percampuran ini sulit dengan horizon di bawahnya maka diberi simbol BC jika dibawahnya adalah horizon C, dan BR jika dibawahnya langsung horizon R

C.- Horizon ini sudah tidak terbagi lagi dimana sama sekali tidak mempunyai sifat-sifat horizon O, A, dan B tetapi tersusun atas bahan-bahan yang telah dirubah :
• Pelapukan di luar daerah kegiatan biologi utama
• Pemadatan (cementasi) reversibel berupa proses perabuhan, penamabahan berat volume dan sifat-sifat lain dari fragipan (padas).
• Gleysasi
• Penimbunan dan pemadatan karbonat kapur atau Mg atau garam-garam lain yang terlarut.
• Pemadatan bahan-bahan silikat dan alkali besi dan silika.

R.- Horizon yang merupakan batuan induk, dapat berupa granit, basal, quarsatik atau batuan kapur.



Simbol-simbol Tambahan
Simbol-simbol tambahan yang digunakan dalam mendiskripsikan profil tanah merupakan simbol yang berupa huruf kecil, dimaksudkan untuk memberikan petunjuk bahwa terdapat sifat khusus yang dimiliki oleh horizon utama. Simbol-simbol tersebut adalah :

a Bahan organik terdekomposisi lanjut
Simbol ini digunakan bersama dengan O untuk menunjukkan baha organik yang telah mengalami dekomposisi paling lanjut, yang mempunyai kandungan serat <17% volume setelah diremas. b Horison tanah yang tertimbun (burried). Horizon tertimbun, dengan kenampakan genetik utama yang berkembang sebelum tertimbun. Horizon-Horizon genetik mungkin telah terbentuk, atau mungkin juga belum terbentuk dalam bahan yang terletak di atasnya, yang mungkin sama atau sama sekali berbeda dengan bahan induk tanah tertimbun. Simbol ini tidak digunakan pada tanah organik, demikian juga tidak digunakan untuk memisahkan lapisan organik dari lapisan mineral. c Konkresi atau nodul, Simbol ini digunakan untuk menunjukkan adanya akumulasi konkresi atau nodul dalam jumlah nyata. Sementasi juga merupakan persyaratan. Bahan sementasi biasanya adalah: senyawa besi, aluminium, mangan, atau titanium. Bahan sementasi tidak boleh berupa silika, dolomit, kalsit, atau garam-garam yang lebih terlarut. d Penghambat perakaran secara fisik, Simbol ini digunakan untuk menunjukkan adanya lapisan penghambat perakaran yang tidak tersementasi, yang terdapat dalam sedimen atau bahan yang terbentuk secara alami atau buatan¬manusia. Misalnya: sedimen till basal yang kompak, padas tapak bajak, dan zona zona yang mengalami pemadatan secara mekanik yang lain. e Bahan organik terdekomposisi tengahan, Simbol ini digunakan bersama dengan O untuk menunjukkan bahan organik dengan tingkat dekomposisi sedang atau tengahan. Kandungan serat bahan organiknya adalah 17-40 % volume setelah dremas. f Tanah beku atau air beku, Simbol ini menunjukkan bahwa suatu Horizon atau lapisan mengandung es permanen. Simbol ini tidak digunakan untuk lapisan-lapisan yang membeku secara musiman, atau untuk permafrost kering. ff Permatrost kering, Simbol ini menunjukkan adanya suatu Horizon dan lapisan yang suhunya secara kontinyu <0°C, dan tidak mengandung cukup banyak es untuk dapat disementasi secara penuh oleh es. Imbuhan ini tidak digunakan untuk Horizon atau lapisan yang mempunyai suhu >0°C pada sebagian waktu dalam setahun.
g Gleisasi kuat, Simbol ini menunjukkan bahwa senyawa besi telah tereduksi dan dipindahkan selama pembentukan tanah, atau bahwa kondisi jenuh oleh air tergenang telah menciptakan lingkungan yang bersifat reduksi. Sebagian besar lapisan-lapisan yang terpengaruh reduksi mempunyai kroma 2, dan banyak diantaranya yang memiliki konsentrasi redoks. Kroma yang rendah dapat merupakan warna dari senyawa besi yang tereduksi, atau merupakan warna partikel-partikel pasir dan debu tidak terselaputi akibat senyawa besinya telah dipindahkan. Simbol ’g’ tidak digunakan untuk bahan-bahan yang memiliki kroma rendah, yang sama sekali tidak berkaitan dengan kondisi kebasahan, seperti misalnya sebagian batuliat serpih (shales) atau Horizon E. Apabila ’g’ digunakan bersama ’B’, berarti perubahan pedogenik, sebagai tambahan terhadap kondisi glei, ditonjolkan. Apabila disamping kondisi glei, tidak terdapat perubahan pedogenik yang lain, maka Horizon tersebut diberi simbol Cg.



h Akumulasi bahan organik secara iluvial Simbol ini digunakan bersama ’B' untuk menunjukkan adanya akumulasi, akibat proses iluviasi, dari senyawa komplek bahan organik dan sesquioksida yang bersifat amorf dan mudah terdispersi, apabila komponen sesquioksida didominasi oleh aluminium tetapi hanya terdapat dalam jumlah sangat sedikit. Bahan organo¬sesquioksida tersebut menyelaputi partikel-partikel pasir dan debu. Pada sebagian Horizon, penyelaputannya telah saling menutup, mengisi pori-pori, dan berakibat menyementasi Horizon. Simbol ’h’ juga digunakan berkombinasi dengan ’s’, seperti ’Bhs’, apabila jumlah komponen sesquioksidanya cukup nyata, tetapi value warna dan kroma, lembab, Horizon tersebut adalah 3 atau kurang.
i Bahan organik sedikit terdekomposisi Simbol ini digunakan bersama O untuk menunjukkan bahan organik yang mengalami dekomposisi paling sedikit. Kandungan serat dari bahan ini adalah ≥40% volume setelah diremas
j Akumulasi jarosit Jarosit adalah mineral dari senyawa kalium-sulfat atau besi-sulfat, yang biasanya merupakan produk alterasi pirit yang telah terekspose dalam lingkungan yang mengoksidasi. Jarosit memiliki warna hue 2,5YR atau lebih kuning, dan normalnya mempunyai kroma 6 atau lebih, walaupun kroma serendah 3 atau 4 telah dilaporkan adanya.
jj Gejala cryoturbasi Gejala cryoturbasi mencakup adanya batas-batas Horizon yang tidak teratur dan terputus-putus, fragmen batuan yang mengalami sortasi, dan bahan tanah organik yang terdapat sebagai bentukan organik tertentu dan sebagai lapisan¬lapisan terputus di dalam dan/atau di antara lapisan-lapisan tanah mineral. Bentukan organik dan lapisan-lapisan organik tersebut yang paling umum terdapat pada kontak di antara lapisan yang aktif dan permafrost

k Akumulasi senyawa karbonat Simbol ini menunjukkan suatu akumulasi senyawa¬senyawa karbonat dari kelompok alkali tanah, biasanya berupa kalsium karbonat
m Sementasi atau indurasi Simbol ini digunakan untuk menunjukkan adanya sementasi yang bersifat kontinyu atau hampir kontinyu. Simbol tersebut hanya digunakan untuk Horizon-Horizon yang >90% tersementasi, walaupun Horizon tersebut mungkin retak-retak. Lapisan yang mengalami sementasi ini secara fisik bersifat menghambat perakaran. Bahan sementasi yang dominan (atau dua bahan sementasi dominan) dapat ditunjukkan dengan menambahkan huruf imbuhan yang telah ditetapkan, baik tunggal maupun berpasangan. Imbuhan ’km’ pada simbol Horizon menunjukkan sementasi oleh senyawa karbonat; ’qm’, sementasi oleh senyawa silika; ’sm’, sementasi oleh senyawa besi; ’ym’, sementasi oleh gipsum, ’kqm’, sementasi oleh senyawa kapur dan silika; dan ’zm’, menunjukkan sementasi oleh garam-garam yang lebih larut daripada gipsum.
n Akumulasi natrium Simbol ini menunjukkan adanya akumulasi natrium (Na) dapat-tukar
o Akumulasi residual sesquioksida Simbol ini menunjukkan adanya akumulasi, secara residual, dari senyawa sesquioksida.
p Pengolahan tanah atau gangguan lain Simbol ini menunjukkan adanya gangguan pada lapisan tanah permukaan oleh alat-alat mekanik, penggembalaan ternak, atau penggunaan lain yang serupa. Suatu Horizon organik yang terganggu diberi simbol Op. Suatu Horizon mineral yang terganggu, walaupun jelas semula merupakan Horizon E, B, atau C, diberi simbol Ap.
q Akumulasi silika Simbol ini menunjukkan adanya akumulasi senyawa silika sekunder.

r Batuan dasar terlapuk atau batuan dasar lunak Simbol ini digunakan bersama C untuk menunjukkan lapisan-lapisan yang mengalami sementasi (tersementasi sedang atau lemah). Sebagai contoh adalah batuan beku terlapuk dan batupasir yang kukuh sebagian, batudebu, atau batuliat serpih (shales). Tingkat kesulitan penggaliannya adalah rendah sampai tinggi.
s Akumulasi senyawa sesquioksida dan bahan organik secara iluvial. Simbol ini digunakan bersama B untuk menunjukkan suatu akumulasi, sebagai akibat dari proses iluviasi, dari komplek bahan organik dan sesquioksida yang bersifat amorf dan dapat terdispersi; serta apabila kedua komponen bahan organik dan sesquioksida jumlahnya nyata, dan juga apabila value warna atau kroma dari Horizon, lembab, adalah 4 atau lebih. Simbol tersebut juga digunakan berkombinasi dengan ’h’, seperti pada ’Bhs’, apabila kedua komponennya (bahan organik dan sesquioksida) jumlahnya cukup nyata, dan juga apabila value warna dan kromanya, lembab, adalah 3 atau kurang.
ss Adanya bidangkilir Simbol ini menunjukkan adanya bidangkilir. Bidangkilir merupakan akibat langsung dari penggembungan mineral liat dan kegagalan gesekan (shear failure), biasanya membentuk sudut 20-60° terhadap bidang horizontal. Bidangkilir merupakan indikator sifat-sifat vertik, selain ped berbentuk baji, dan rekahan-rekahan di permukaan, yang mungkin terdapat pada tanah.
t Akumulasi liat silikat Simbol ini menunjukkan suatu akumulasi liat silikat, yaitu yang terbentuk di dalam suatu Horizon dan selanjutnya mengalami translokasi di dalam Horizon tersebut, ataupun yang telah dipindahan ke dalam Horizon tersebut oleh proses iluviasi, atau terbentuk oleh kedua proses tersebut. Setidak-tidaknya sebagian Horizon harus menunjukkan tanda-tanda adanya akumulasi liat, berupa penyelaputan pada permukaan ped, mengisi pori-pori, atau berbentuk lamelae, atau sebagai penghubung antar butir¬butir mineral
v Plintit Simbol ini menunjukkan adanya plinthit, yaitu bahan berwarna kemerahan, yang kaya senyawa besi dan miskin humus, serta berkonsistensi teguh atau sangat teguh jika lembab, dan menjadi keras secara tak-balik jika terekspose di atmosfer dan jika mengalami pembasahan dan pengeringan berulangkali.
w Perkembangan warna atau struktur Simbol ini digunakan bersama B untuk menunjukkan adanya perkembangan warna atau perkembangan struktur, atau perkembangan keduanya, yang tidak secara jelas atau hanya sedikit memperlihatkan akumulasi bahan secara iluvial. Simbol ini seyogyanya tidak digunakan untuk menunjukkan adanya Horizon peralihan.
x Sifat fragipan Simbol ini menunjukkan adanya suatu lapisan yang terbentuk secara genetik, yang mempunyai kombinasi sifat teguh dan sifat rapuh, serta biasanya memiliki berat-volume lebih tinggi dibanding lapisan-lapisan yang berdekatan. Sebagian lapisan tersebut secara fisik, bersifat menghambat perakaran.
y Akumulasi gipsum Simbol ini menunjukkan adanya akumulasi senyawa gipsum (CaSO4.2 H2O).
z Akumulasi garam garam yang lebih terlarut daripada gipsum
Simbol ini menunjukkan adanya akumulasi garam¬garam yang lebih terlarut daripada gipsum.

Batas-batas Horizon

Batas horizon merupakan zona peralihan di antara dua horizon atau lapisan yang saling berhubungan. Biasanya tidak membentuk garis yang jelas. Batas horizon dinyatakan dalam hubungannya dengan kejelasan dan topografi.

a. Kejelasan.
Kejelasan didasarkan pada ketebalan zona yang batas Horizon atau lapisan dapat ditarik garisnya. Kejelasan batas sebagian tergantung pada tingkat kekontrasan antara lapisan yang berhubungan, dan sebagian tergantung pada ketebalan zone peralihan di antara kedua lapisan tersebut. Kejelasan batas Horizon adalah sebagai berikut:
• Sangat jelas (abrupt) : tebal peralihan <2 cm. • Jelas (clear) : tebal peralihan 2 - 5 cm. • Berangsur (gradual) : tebal perlaihan 5 - 12 cm. • Baur (diffuse) : tebal peralihan >12 cm.

b. Topografi
Topografi Horizon didasarkan pada ketidak¬teraturan permukaan yang memisahkan Horizon, dan menunjukkan kelurusan atau kerataan dari variasi kedalaman batas Horizon. Tanah merupakan bidang tiga dimensi, tetapi lapisan tanah yang tampak hanya pada sisi vertikalnya saja. Topografi batas Horizon terdiri atas:
• Rata (smooth) : datar dengan sedikit atau tanpa ketidak-teraturan permukaan
• Berombak(wavy) : berbentuk kantong, lebar >dalam.
• Tidak teratur (irregular) : berbentuk kantong, lebar • Terputus (broken) : batas Horizon tidak dapat disam-bungkan dalam satu bidang datar.

C. Pengamatan Profil Tanah di Lapangan

Pengamatan profil tanah di lapangan harus memenuhi syarat-syarat tertentu agar mendapatkan diskripsi yang alami tanpa dipangaruhi beberapa gangguan. Syarat-syarat profil tanah yang akan diamati, antara lain :

1. Tegak (vertikal)
2. Profil tanah baru (merupakan singkapan profil tanah baru).
3. Profil tanah tidak memantulkan cahaya, sehingga pada saat pengamatan profil tanah harus tidak terkena langsung sinar matahari.

Pengamatan diawali dengan mengukur dalamnya profil tanah dimulai dari lapisan atas hingga lapisan bawah yang dinyatakan dalam cm. Pengukuran dilakukan juga terhadap
masing-masing horizon juga diukur ketebalannya.


1. Peralatan
Pengamatan profil tanah di lapangan memerlukan beberapa alat dan bahan demi kelancaran pengamatan. Perlatan dan bahan tersebut meliputi :
• Bor tanah (auger/core)
• Cangkul, garpu tanah, linggis, dan sekop untuk menggali lubang penampang/profil tanah dengan membuat sisi penampang tegak lurus ke bawah berukuran panjang X lebar = 1,0 X 2,0 m dan kedalaman 1,5-2,0 m atau tergantung dari penampang kontrol kedalaman dari masing-masing ordo tanah.
• Meteran rol baja, aluminium, atau pita/ban untuk mengukur kedalaman penampang, ketebalan dan batas lapisan (Horizon), ukuran bahan kasar (kerikil, batu), struktur, karatan, dan perakaran. Meteran ban bentuknya agak lebar dan besar, digunakan selain untuk mengukur ketebalan Horizon, juga untuk pengambilan dokumentasi (foto penampang) agar angka-angka kedalamannya terlihat jelas.
• Pisau belati untuk menarik garis atau menandai batas lapisan, perbedaan warna, mengambil gumpalan tanah untuk melihat struktur, tekstur; gumpalan bahan kasar (konkresi), selaput liat; mengiris perakaran, dan mengambil contoh tanah.
• Penusuk (pin) berupa paku besar atau kayu untuk menahan pita meteran.
• Buku Munsell Soil Color Chart sebagai pedoman untuk menetapkan warna tanah dan semua gejala karatan yang terdapat di dalam penampang.
• Pengukur pH tanah di lapangan, dapat berupa pH Truog, pH elektrode, pH stick (Merck) atau lakmus. Kisaran (range) ketelitian alat pengukuran tingkat kemasaman (pH 0-14) bervariasi antara 0,5-1,0. Cara kerja masing-masing alat pengukur pH tersebut diuraikan dalam bab selanjutnya.
• Penetrometer yaitu alat yang digunakan untuk mengukur kekerasan tanah.
• Loupe (perbesaran 10 atau 20 kali) digunakan untuk melihat secara mikroskopis jenis-jenis mineral dalam batuan, mengamati gejala selaput liat, ukuran dan jumlah pori tanah, dan bentukan khusus lainnya pada permukaan struktur tanah.
• Palu geologi digunakan untuk memecah batuan induk yang akan diamati jenis mineral penyusunnya, mengambil contoh batuan, serta mengukur kekerasan padas atau konkresi.
• Botol semprot berisi air, untuk membasahi tanah yang akan ditentukan kelas tekstur dan konsistensi tanahnya secara manual di lapangan serta warna tanah.
• Handboard, berupa papan alas untuk pencatatan pada formulir isian di lapangan.
• Sendok tanah untuk mengambil contoh tanah.
• Abney level atau Clinometer untuk mengukur kemiringan lereng (dalam persen atau derajat).
• Teropong untuk orientasi wilayah.
• Kompas untuk menentukan arah penampang terhadap lereng atau letak penampang terhadap sesuatu tanda tetap di lapangan, juga untuk menentukan posisi dan arah di lapangan. -Altimeter untuk mengukur ketinggian tempat (elevasi) di atas permukaan laut.
• GPS (Global Positioning System) digunakan untuk mengetahui posisi koordinat geografik (lintang-bujur) titik pengamatan.
• Kamera digunakan untuk dokumentasi dari profil tanah.
• Peta rupabumi,topografi atau potret udara untuk mengetahui posisi pengamatan di lapangan, jaringan jalan, sungai, kampung, dan situasi wilayah lainnya.
• Peta lapangan berupa peta hasil interpretasi landform/satuan lahan atau peta analisis digunakan untuk memplot lokasi pengamatan tanah, baik lokasi pemboran, minipit, maupun profil.


2. Bahan
• Air bersih (dalam botol plastik) untuk membasahi massa tanah guna penetapan tekstur dan konsistensi  dalam keadaan lembap dan basah, dan untuk melembapkan penampang tanah jika terlalu kering.
• Asam chlorida (HCl) untuk mentest adanya bahan kapur, dan menduga kadar relatifnya dari intensitas buihnya dengan cara meneteskan beberapa tetes.
• Hydrogen peroksida (H2O2) untuk menduga adanya pirit atau bahan sulfidik dari tanah-tanah di daerah pantai, atau bahan organik, dari intensitas buihnya.
• Cairan alpha-alpha dypiridyl untuk menduga adanya sifat ‘aquic’ atau ‘redox’. -Natrium fluorida (NaF) untuk mengetahui adanya
• mineral alofan dalam penyidikan sifat andic.
• Kantong plastik untuk tempat contoh tanah. -Kertas label untuk memberi tanda/kode pada contoh
• tanah yang ditempatkan di dalam dan luar kantong plastik.
• Formulir isian penampang tanah dalam format basisdata untuk mencatat semua gejala dan ciri morfologi tanah secara sistematis dari penampang tanah dan lingkungan sekitarnya.
• Buku petunjuk pengisian formulir isian basisdata berupa kode dan keterangannya.

D. Identifikasi Ciri-ciri Morfologi

Setelah membatasi masing-masing horizon-hprizon tanah, maka tindakan selanjutnya adalah menentukan ciri-ciri morfologi tanah yang meliputi :
1. Warna
2. Tekstur
3. Struktur
4. Konsistensi

No comments:

Post a Comment