BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Biologi
Tanah adalah bagian yang membahas tentang organisme hidup dan bahan organik
yang ada di dalam tanah Bagian dari
organisme hidup dan bahan organik di dalam tanah mineral sangat sedikit yaitu
sekitar 5%, tetapi perannya sangat besar. Bahan organik tanah merupakan bagian
dari konsep koloidal yang memegang peranan penting dalam kesuburan tanah. Bahan organik itu sendiri berpangkal
dari kehidupan dalam tanah yang kita sebut biologi tanah.
A.
Organisme Tanah
Organisme Tanah (soil organism) adalah semua
jasad hidup yang terdapat di dalam tanah atau disebut juga dengan organisme
hidup (living organisme).
Klasifikasi Organisme Tanah :
a.
Dilihat dari
perannya pada tanaman, maka organisme tanah dibagi kepada dua kelompok besar,
yaitu:
1.
Organisme yang menguntungkan
misalnya : mikoriza,
rhizobium, dll.
2. Organisme yang merugikan
misalnya
: patogen, parasit, dll.
b.
Berdasarjan
jenisnya, organisme tanah juga dibagi atas tiga kelompok, yaitu :
1. Kelompok tumbuhan (flora)
2.
Kelompok binatang (fauna)
3.
Kelompok virus
1. Aktivitas
Organisme Tanah :
Aktivitas Organisme Tanah dipengaruhi oleh berbagai faktor, yang antara
lain :
a. Iklim : curah hujan, suhu,
kelembapan, dll.
b. Tanah : kemasaman, kelengasan, unsur
hara, toxisisitas, dll.
c. Vegetasi : hutan, padang rumput, belukar,
rawa, dll.
2. Aktivitas Organisme Tanah dicirikan oleh parameter :
a. Jumlahnya di dalam tanah
b. Biomassa
c. Aktivitas metaboliknya.
1.2.
Tujuan
dan Manfaat Praktikum
1.
Tujuan
Tujuan
dari praktek pengenalan dan pembuatan profil tanah ini
adalah :
a. Untuk
membekali mahasiswa dengan pengalaman di bidang Ilmu tanah, dalam hal praktek pengenalan dan pembuatan
profil tanah dalam melakukan kegiatan tersebut.
b. Untuk
mendorong mahasiswa yang mandiri, berkarya serta mengharapkan ilmu yang di
peroleh dalam praktek ini dapat berkembang nantinya.
2.
Manfaat
Manfaat dari praktek Ilmu tanah
dalam pelaksanaannya adalah :
a. Mempraktekan
teori yang telah di pelajari di dalam ruangan pembelajaran pada saat materi
Ilmu tanah berlangsung
b. Meningkatkan
pengetahuan serta menambah wawasan mahasiswa dalam pengembangan pengenalan
Profil tanah ini.
BAB II
METODOLOGI
2.1.Waktu
dan Tempat
Hari : Senin
Tanggal : 05 November 2012
Tempat : Galian Tanah, Desa Sindang langka kec.Karangtengah
2.2.
Teknik
Pengumpulan Data
Adapun Teknik
pengumpulan data yaitu:
1.
Metode observasi yaitu dengan cara
melihat dan mempraktekkan lansung didampingi oleh pembimbing lapangan.
2.
Metode referensi yaitu metode
pengumpulan data yang dilakukan penulis dengan cara mengambil data dari
buku-buku perpustakaan/internet yang berkaitan dengan judul yang penulis bahas.
2.3.
Alat
dan Bahan
Adapun alat yang di
gunakan dalam melakukan praktek pengumpulan data profil tanah ialah sebagai
berikut:
·
Cangkul
·
linggis
·
Kamera
·
Alat tulis
·
Penggaris
·
Cutter/pisau
·
Meteran
·
Papan
·
Plastik gula
·
Karung
·
kertas
BAB
III
HASIL
DAN PEMBAHASAN
3.1. Tahapan Praktikum
Adapaun
tahapan praktikum dalam pencarian sempelnya adalah sebagai beriukut:
a.
Membuat lubang
penampang harus besar, agar orang dapat mudah duduk atau berdiri di dalamnya
agar pemeriksaan berjalan lancar.
b. Mengukur
penampang 1,5 m x 1 m sampai bahan induk dan pemeriksaan di sisi lubang
penampang ruang mendapat sinar matahari.
c.
Tanah bekas
galian jangan ditumpuk di atas sisi penampang pemeriksaan.
d. Penampang
pewakil adalah tanah yang belum mendapat gangguan, misalnya timbunan serta jauh
dari pemukiman.
e. Jika berair,
maka air yang berada dalam penampang harus dikeluarkan sebelum pengamatan.
f. Melakukan
pengamatan pada sinar matahari cukup (tidak terlalu pagi atau sore ).
3.2. Uraian Tentang Hasil Yang Di
Peroleh Dari Lapangan
Adapaun dalam
peninjauan pelaksanaan memperoleh data dari lapangan dapat di uraikan sebagai
berikut:
a. pengukuran
dengan materan
·
3 f =
90 cm 0,9 M
·
6,4 f =
192 cm 1,92 M
·
9,14 f =
274,2 cm 2,742 M
·
25 f =
750 cm 7,5 M
3.3. Tinjauan Pustaka
Profil Tanah merupakan suatu irisan
melintang pada tubuh tanah dibuat dengan cara menggali lubang dengan ukuran
(panjang dan lebar) tertentu dan kedalaman yang tertentu pula sesuai dengan
keadaan keadaan tanah dan keperluan penelitian. Tekanan pori diukur relative
terhadap tekanan atmosfer dianamakan muka air tanah. Tanah yang diasumsikan
jenuh walaupun sebenarnya tidak demikian karena ada rongga-rongga udara
(Pasaribu, 2007).
Horizon Tanah adalah tanah terdiri dari lapisan
berbeda horisontal, pada lapisan yang disebut horizons. Mereka mulai dari kaya,
organik lapisan atas (humus dan tanah) ke lapisan yang rocky (lapisan tanah
sebelah bawah, dan regolith bedrock) (Anonim1, 2011).Horizon
dan lapisan terbagi sesuai dengan (Anonim2, 2011):
1.
Horizon organik : horizon organik
dari tanah mineral
a.
Terbentuk pada bagian atas tanah
mineral
b. Terdiri atas oleh bahan-bahan 30% jika berfrasi lempung.³organik segar/terurai sebagian 50%
c.
Berkadar BO 20% jika berfraksi bukan
lempung
·
O1
= horizon organik yang sebagian besar bagian-bagiannya masih jelas menampakkan
bentukasli.
·
O2
= horizon organik yang sudah tidak tersidik bentuk asli asalnya.
2.
Horizon mineral yang terdiri atas:
a.
Horizon pengumpulan b.o yang
terbentuk dekat permukaan
b. Lap yang telah kehilangan lempung,
besi atau aluminium yang mengakibatkan pengumpulan kwarsa atau mineral
c. Horizon yang dirajai (a) atau (b)
tapi memperlihatkan sifat ke horison B atau C dibawahnya.
·
A1
: Terbentuk/sedang terbentuk pada/dekat muka tanah dengan penimbunan b.o.
Terhumofikasi yang berhubungan dengan fraksi mineralnya.
·
A2
: Berciri pokok hilangnya lempung, besi atau aluminium sehingga terjadi
pemekatan residuil kwarsa.
·
A3
: Horizon peralihan antara A dan B dan dirajai oleh sifat-sifat khas A1dan A2
yang menumpanginya, tapi mempunyai beberapa sifat tambahan dari horizon B di
bawahnya. AB : peralihan antara A dan B, yang bagian atas berciri utama
sifat-sifat A, dan bagian bawah seperti horizon B. Biasanya karena terlalu
tipis, bila tebal harus dipisahkan.
Keduanya tidak bisa dipisahkan menjadi A3 dan B1
v Ciri-ciri Utamanya
a. Pemekatan illuvial lempung silikat,
besi, Al/humus baik sendiri-sendiri maupun kombinasi.
b. Pemekatan residuil seskudesido atau
lempung silikat dengan pelarutan/penghilangan karbonat-karbonat/garam-garam
mudah larut.
c. Terjadi pelarutan seskuidesida
sehingga berwarna lebih tua, cemerlang atau lebih merah tapi tak ada iluviasi
besi.
d. Perobahan bahan dari keadaan aslinya
yang mengaburkan struktur batuan asli, yang membentuk
lempung-lempung silikat, membebaskan desida-desida atau keduanya dan membentuk
struktur granuler, gumpal atau prismatik.
Menurut Hanafiah (2007), berdasarkan
pembentukannya, bebatuan ini dikelompokkan menjadi 3 golongan yaitu:
1.
Batuan beku (igneous rock) yang
merupakan bebatuan yang terbentuk dari proses solidifikasi (pembekuan) magma
cair. Apabila proses pembentukannya terjadi jauh dibawah tanah, maka bebatuan
yang terbentuk disebut plutonik (batuan dalam), disebut intrusi (batuan gang)
jika pembekuannya terjadi didalam liang-liang menuju permukaan tanah, dan
disebut ekstrusi (batuan vulkanik atau lelehan) jika pembekuannya terjadi
dipermukaan tanah.
2.
Batuan sedimen (sedimentary rock)
merupakan bebatuan yang terbentuk dari proses konsolidassi (pemadatan)
endapan-endapan partikel yang terbawa oleh angina atau air dibawah permukaan
bumi.
3.
Batuan peralihan (metamorf) yang
merupakan batuan beku atau batuan sedimen yang telah mengalami transformasi
(perubahan rupa) akibat adanya pengaruh perubahan suhu, tekanan, cairan atau
gas aktif.
Horizon O adalah lapisan teratas
yang hampir seluruhnya mengandung bahan organik. Tumbuhan daratan dan jatuhan
dedaunan termasuk pada horizon ini. Juga humus. Humus dari horizon O bercampur
dengan mineral lapuk untuk membentuk horizon A, soil berwarna gelap yang kaya
akan bahan organik dan aktivitas biologis, tumbuhan ataupun hewan. Dua horizon
teratas ini sering disebut topsoil.
Asam organik dan CO2 yang
diproduksi oleh tumbuhan yang membusuk pada topsoil meresap ke bawah ke horizon
E, atau zona pencucian, dan membantu melarutkan mineral seperti besi dan
kalsium. Pergerakan air ke bawah pada horizon E membawa serta mineral terlarut,
juga mineral lempung berukuran halus, ke lapisan di bawahnya. Pencucian (atau
eluviasi) mineral lempung dan terlarut ini dapat membuat horizon ini berwarna
pucat seperti pasir (Hakim, 2007).
Material yang tercuci ke bawah ini
berkumpul pada horizon B, atau zona akumulasi. Lapisan ini kadang agak
melempung dan berwarna merah/coklat karat akibat kandungan hematit dan
limonitnya. Kalsit juga dapat terkumpul di horizon B. Horizon ini sering
disebut subsoil. Pada horizon B, material Bumi yang masih keras (hardpan),
dapat terbentuk pada daerah dengan iklim basah di mana mineral lepung, silika
dan oksida besi terakumulasi akibat pencucian dari horizon E. Lapisan hardpan
ini sangat sulit untuk digali/dibor. Akar tumbuhan akan tumbuh secara lateral
di atasnya dan bukannya menembus lapisan ini; pohon-pohon berakar dangkal ini
biasanya terlepas dari akarnya oleh angin (Pairunan, 1985).
Horizon C ialah material batuan asal
yang belum seluruhnya lapuk yang berada di bawah horizon B. Material batuan
asal ini menjadi subjek pelapukan mekanis maupun kimiawi dari frost action,
akar tumbuhan, asam organik, dan agen lainnya. Horizon C merupakan transisi
dari batuan asal (sedimen) di bawahnya dan soil yang berkembang di atasnya
(Buckman, 1992).
Contoh Tanah adalah suatu volume
massa tanah yang diambil dari suatu bagian tubuh tanah (horison/lapisan/solum)
dengan cara-cara tertentu disesuaikan dengan sifat-sifat yang akan diteliti
secara lebih detail di laboratorium. Pengambilan contoh tanah dapat dilakukan
dengan teknik dasar yaitu pengambilan contoh tanah secara utuh dan pengambilan
contoh tanah secara tidak utuh (Anonim, 2011).
Menurut Anonim (2011), untuk
penetapan sifat-sifat fisika tanah ada 3 macam pengambilan contoh tanah yaitu:
Contoh tanah tidak terusik
(undisturbed soil sample) yang diperlukan untuk analisis penetapan berat isi
atau berat volume (bulk density), tagihan ukuran pori (pore size distribution)
dan untuk permeabilitas (konduktivitas jenuh).
Contoh
tanah dalam keadaan agregat tak terusik (undisturbed soil aggregate) yang
diperlukan untuk penetapan ukuran agregat dan derajad kemantapan agregat
(aggregate stability).
Contoh
tanah terusik (disturbed soil sample), yang diperlukan untuk penetapan kadar
lengas, tekstur, tetapan Atterberg, kenaikan kapiler, sudut singgung, kadar
lengas kritik, Indeks patahan (Modulus of Rupture:MOR), konduktivitas hidroulik
tak jenuh, luas permukaan (specific surface), erodibilitas (sifat ketererosian)
tanah menggunakan hujan tiruan.
Secara umum, analisis contoh tanah
menurut (Anonim, 2011) bertujuan untuk:
a. Menentukan sifat fisik dan kimia tanah (status unsur hara
tanah).
b. Mengetahui lebih dini adanya unsur-unsur beracun tanah.
3.4. Pembahasan Tentang Hasil
Peraktikum
Berdasarkan
pada tabel di atas, terlihat bahwa setiap tanah mempunyai horison-horison yang
berbeda. Lapisan I pada profil dalam mempunyai kedalaman lapisan 90 cm dan
berwarna hitam. Warna gelap tersebut terjadi karena dipengaruhi oleh kandungan
bahan organik yang tinggi yang terdekomposisi. . Hal ini sesuai dengan
dituturkan Hakim (2007) yang menyatakan bahwa horison teratas hampir seluruhnya
mengandung bahan organik. Tumbuhan
daratan dan jatuhan dedaunan termasuk pada horizon ini. Humus dari horizon
bercampur dengan mineral lapuk untuk membentuk lapisan I, soil berwarna gelap
yang kaya akan bahan organik dan aktivitas biologis, tumbuhan ataupun hewan.
Lapisan II pada
profil dalam mempunyai kedalaman lapisan 192 cm dan berwarna coklat muda.
Memiliki tekstur lempung liat berpasir karena pada saat pengambilan
profil struktur bongkahan mudah hancur dan mudah dibentuk. Lapisan II mempunyai batasan lapisan
baur. Menurut Hardjowigeno (1985) bahwa batas suatu horizon dengan horizon
lainnya dalam suatu Profil Tanah dapat terlihat jelas atau baur
Lapisan III
pada profil dalam berwarna hitam dengan kedalaman lapisan 274,2 cm. Memiliki
tekstur lempung liat berpasir mempunyai struktur yang medium dan konsistensinya
lembab atau tidak kering karena berada pada lapisan bawah sehingga tidak mudah
untuk mengalami penguapan air.
3.5. Tabel Pengamatan
Berdasarkan
hasil pengamatan yang diperoleh di lapangan dapat dilihat pada tabel berikut
Tabel 1: Hasil
Pengamatan Profil Tanah
Kategori
|
Lapisan
|
||
I
|
II
|
III
|
|
Kedalaman
Lapisan (cm)
|
22
|
34
|
34
|
Batasan
Lapisan
|
Nyata
|
Berbaur
|
Berbaur
|
Topografi
Batas Lapisan
|
Berombak
|
Berombak
|
Berombak
|
Warna(Munsell)
|
Coklat keabua-abuan
|
||
Tekstur
|
Pasir
berlempung
|
Lempung liat
berpasir
|
Lempung liat
berpasir
|
Struktur
|
Halus
|
Medium
|
Medium
|
Konsistensi
|
Kering
|
Lembab
|
Lembab
|
Karatan
|
Tidak ada
|
Mangan
|
Alumunium, Mn
|
Sumber : Data primer, 2012
BAB
IV
PENUTUP
4.1. KESIMPULAN
Berdasarkan
hasil pengamatan praktikum maka dapat disimpulkan bahwa :
a.
Lapisan I
mempunyai kedalaman 90 cm dengan warna abu-abu, memiliki batasan lapisan nyata,
topografi batas lapisan berombak, konsistensi kering, tekstur pasir berlempung,
struktur halus, dan tidak ada karatan.
b.
Lapisan II
mempunyai kedalaman 192 cm dengan warna tanah coklat, memiliki batasan lapisan
berbaur, topografi batas lapisan berombak, konsistensi lembab, tekstur lempung
liat berpasir, struktur medium, dan mengandung mangan.
c.
Lapisan III
mempunyai kedalaman 274,4 cm dengan warna tanah coklat kekunig-kuningan,
memiliki batasan lapisan berbaur, topografi batas lapisan berombak, konsistensi
tanah lembab, tekstur lempung liat berpasir, struktur medium (sedang), dan
mengandung alumunium, mangan.
d.
Faktor- faktor pembentukan tanah
yaitu kemeringan, material asal, organism hidup, waktu, dan iklim.
4.2. Saran
Adapun saran yang di
sampaikan dalam penyusunan lapaoran praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Sebelum melakukan budidaya tanaman hendaklah kita
mengetahui jenis dan keadaan tanah yang cocok, untuk tanaman yang akan di
budidayakan, karena tanah sangat berpengaruh terhadap hasil produksi tanaman
yang kita budidayakan.
2. Pengetahuan
dasar tentang tanah sangatlah penting dalam pengolahan tanah yang akan
dijadikan lahan tempat proses produksi tanaman . baik secara umum maupun khusus
untuk setiap individu untuk melakukan produksi tanh .
PUSTAKA
Anonim1
.2011. http://feiraz.wordpress.com/2008/11/08/geografi-tanahindonesia.
Diakses tanggal 4/11/2011 pukul 20.00 WITA
Anonim2
.2011. http://feiraz.wordpress.com/2008/11/08/geografi-tanah-indonesia.
Diakses tanggal 4/10/2011 pukul 19.40 WITA
Buckman,Harry
O.1982.Ilmu Tanah.Bhratara Karya Aksara: Jakarta
Buol,Holo,Cracken.
1980.Ilmu Tanah.Bhratara Karya Aksara: Jakarta
Hakim.2007. 1986.
Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas
Lampung.
Lampung.
Hanafiah,
Kemas Ali,Dr,Ir.2007.Dasar-dasar Ilmu Tanah. PT.Rajagra Findo Persada: Jakarta
Hardjowigeno.
1985. Ilmu Tanah. Jakarta : Akademika Pressindo.
Lopulisa.2004.Dasar-Dasar Ilmu
Tanah.PT.Rajagara Findo Persada: Jakarta
Maidhal,
1993. Skripsi “Perbandingan sifat fisika tanah lapisan atas oxisol di dataran
tinggi dan dataran rendah”. Universitas Andalas Fakultas Pertanian. Padang.
Munir,
1996. http://feiraz.wordpress.com/2008/11/08/geografi-tanah-indonesia. Diakses
tanggal 16/10/2011 pukul 21.00 WITA
Pairunan, A.K, dkk. 1985. Dasar-Dasar
Ilmu Tanah. Badan Kerja Sama Perguruan Tinggi Indonesia Timur.
Pasaribu.2007.
http://www.scribd.com/doc/13977716/Alfisol-Dan-Oxisol.Diakses tanggal
16/10/2011 pukul 21.00 WITA
S. Pedro A. 1993. Sifat Dan
Pengelolaan Tanah Tropika, Edisi Kedua. ITB; BANDUNG. 303 hlm.
Soepardi,
1979.http://www.scribd.com/doc/13977716/Alfisol-Dan-Oxisol. Diakses tanggal
16/10/2011 pukul 21.00 WITA
No comments:
Post a Comment