Sunday 4 November 2012

Laporan Biotanah

Untuk keperluan – keperluan tertentu (misalnya genesa tanah, analisis tanah, biologi maupun fisika tanah dan keperluan lainnya) sangat diperlukan gambaran yang lebih jelas tentang tanah, umumnya hal ini dapat diatasi dengan pembuatan suatu profil tanah. Tanah adalah salah satu sistem bumi, yang bersama dengan sistem bumi yang lain, yaitu air alami dan atmosfer, menjadi inti fungsi, perubahan dan kemantapan ekosistem. Profil tanah itu merupakan irisan melintang pada tubuh tanah, dibuat dengan cara menggali lubang dengan ukuran tertentu dan kedalaman yang tertentu pula sesuai dengan keadaan tanah dan keperluan penelitianya.
Pada umumnya penelaahan lapisan-lapisan pembentuk tanah ditekankan pada ketebalan solum tanah (medium bagi pertumbuhan tanaman) yang diukur ketebalannya itu mulai dari lapisan batu-batuan sampai ke permukaan tanah. Setelah diketahui solum tanah itu kemudian dapat ditentukan tebalnya lapisan atas tanah (top soil) dan lapisan bawahnya (sub soil) yang satu dengan yang lainnya akan menunjukkan perbedaan atau kekhususan yang mencolok. Hal ini dapat dikemukakan sebagai berikut:
  1. Lapisan atas tanah (top soil) ayang ketebalan solumnya sekitar 20-35 cm merupakan tanah yang relatif lebih subur jika dibandingkan dengan sub soil, banyak mengandung bahan organik dan biasanya merupakanlapisan olah tanah bagi pertanian yang banyak memungkinkan keberhasilan usaha penanaman di atasnya. Pada tanah Litosol ketebalan soloum tanah ini biasanya kurang dari 25 cm.
  2. Lapisan atas tanah merupakan media utama bagi perkembangan akar tanaman yang kita budidayakan, dengan kandungan unsur-unsur haranya yang tinggi serta tingkat kelembapan tanahnya menguntungkan bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Pengelolaan tanah yang baik (pengolahan dan pemberian bahan organik) akan lebih memperbaiki sifat fisik tanah itu, sedangkan kesuburan dan produktivitasnya akan dapat lebih ditingkatkan dengan beberapa perlakuan, seperti pemberian pupuk, pemulsaan, pengapuran, pengeringan atau pembasahan dan lain sebagainya.
  3. Akan tetapi dalam ketahanan, tanah lapisan atas biasanya lebih rapuh. lebih mudah terangkut dan hanyut dibanding dengan sub soil, terutama pada permukaan tanah yang mempunyai kemiringan (slope), hanya dengan beberapa perlakuan pula maka keadaan top soil akan dapat lebih dipertahankan.

Dengan uraian-uraian di atas jangan diartikan bahwa lapisan tanah bawah tidak bermanfaat bagi pembudidayaan tanaman, karena produktivitas lapisan tanah atas sesungguhnya ditentukan pula dan dipengaruhi oleh lapisan tanah bawah. Tanaman-tanaman keras/ tinggi perakarannya akan menembus batas lapisan tanah bawah. Menurut penelitian para ahli kesarangan tanah maupun sifat kimiawi tanah lapisan bawah akan sangat berpengaruh terhadap lapisan tanah atas. Bagi usaha-usaha yang bukan pertanian keadaan sub soil yang stabil adalah sangat bermanfaat bagi mereka.
Warna Tanah
Warna tanah yang sering kita jumpai adalah warna kuning, merah, coklat, putih, dan hitam serta warna-warna tanah di antara warna-warna tesebut, sedangkan yang berwarna hijau dan lembayung jarang sekali dijumpai. Menurut KOHNKE (1986) warna tabah itu tidak murni, dalam suatu warna coklat misalnya, di sana sini sering terdapat tambahan berupa kumpulan titik dan corengan warna merah, kuning atau warna hitam merupakan warna noda atau bercak.
Menurut WIRJODIHARJO faktor-faktor yang mempengaruhi intensitas warna (terutama warna dasar) adalah:
  1. Kadar lengas dan tingkat hidratasi
  2. Kadar bahan organik
  3. Kadar dan mutu mineral

Kadar lengas atau tingkat hidratasi sangat berpengaruh terhadap warna tanah, dalam hal ini apabila lembab hingga basah maka tanah akan tampak berwarna lebih gelap. Tingkat hidratasi banyak berpengaruh terhadap permukaan air tanah, yang ternyata mengarah ke warna reduksi (gleisasi) yaitu kelabu hijau.
Tentang kadar bahan organik, makin tinggi kendungan bahan organiknya, maka warna tanah akan makin kelam, sebaliknya wrana tanah akan tampak lebih terang jika kandungan bahan organiknya kurang atau rendah.
Mineral kaolin feldspar Kaolin, kapur dan kuarsa dapat mneybabkan pul awarna yang macam-macam, terutama warna merah. Hematit dapat menjadikan warna merah sampai merah tua pada tanah.
Warna-warna pada tanah itu menjadi indikator dalam pengelompokan pengaruh iklim, bahan induk serta fisiografi. Di daerah ugahari yag humid dan dingin misalnya, tanah akan berwarna keabu-abuan, sedang di daerah tropika dan subtropika kita akan menjumpai tanah berwarna merah dan kuning.
Warna tanah yang hitam ataupun kelam/ gelap kenyataannnya akan menyerap panas lebih banyak daripada tanah yang berwarna putih atau terang. Dengan demikian apabil atanah yanag berwarna hitam mendapatkan penyinaran matahari akan lebih panas. Akibat selanjutnya yaitu laju evaporasi akan lebih tinggi, dan pengeringan tanah akan lebih cepat. Dapat dikatakan bahwa warna tanah berpengaruh terhadap proses keseimbnagan panas, dan secara tidak langsung mempengaruhi pula pertumbuhan tanaman tingakat tinggi, kegiatan jasad renik dan struktur tanah.
Pengaruh yang lebih langsung yang berkaitan dengan warna tanah ini ialah terhadap suhu dan lengas tanah. Warna dapat menjadi indikator keadaan iklim dan hal itu berpengaruh terhadap bahan induk tanah, sehingga kapasitas produksinya sampai batas-batas tertentu dapat diselidiki. Makin tua warna tanah itu menunjukkan makin tinggi kesuburannya, penilaian demikian tentunya disebabkan oleh bahan organik yang menunjukkan tingkat penumpuan hara-hara yang terjadi. Warna tanah yang terang umumnya disebabkan oleh kuarsa (suatu mineral yang nilai gizinya kurang). Warna tanah yang berbercak umumnya menunjukkan reduksi dan oksidasi berlangsung silih berganti.
Dapat dikatakan pula bahawa profil tanah akan menujukkan variasi warna sesuai dengan horisonnya, tanah yang masih muda ataupun yang terlalu tua kurang menunjukkan gejala tersebut. Menurut KOHNKE tanah yang masih muda dikarenakan waktu untuk diferensisasi horison belum mungkin, sedangkan tanah yang tua proses penumpuannya telah berlangsung secara lanjut.
Tanah sebagai Ekosistem
Deretan tanah yang berkaitan dengan kegiatan flora dan fauna tanah boleh dikatakan tidak terbatas. Dari beberapa tampakan penting yang menonjol dan mudah dilihat. Tampakan tersebut mencakup struktur tanah  yang khas dalam bentuk satuan agregat dan pori berkenaan dengan pembuatan sarang dan pengubahan dalam saluran pencernaan larva insekta, cacing tanah, dan fauna tanah yang berasosiasi, serta berkenaan dengan penerowongan tanah oleh akar tumbuhan. Tampakan lain ialah penggemburan konsistensi tanah, perombakan bahan organik, sintesis humus, pengangkutan bahan organik dan bahan tanah dari tempat lain serta penimbunannya di dalam liang sarang yang disebut krotovina, bahan galian tanah dan tinja yang dibuang ke permukaan tanah dan campuran bahan tanah dari berbagai horison merupakan peristiwa yang disebut biopedoturbasi. Pedoturbasi faunal adalah biopedoturbasi yang dilakukan hewan, seperti semut, cacing, tikus, dan manusia sendiri. Pedoturbasi floral dilakukan oleh tumbuhan sewaktu pohon tumbang sehingga akarnya mengaduk tanah. Meskipun tidak tampak mata namun tidak kalah penting, ialah peran biota tanah dalam meningkatkan ketersediaan hara tumbuhan dan cadangan air dalam tanah (Buol,dkk.., 1980; Anderson, 1988, Lal, 1988)
Kegiatan hayati di dalam tanah berperan penting sekali dalam alih ragam dan alih tempat, serta daur hara. Segala kegiatan penting yang telah dikemukakan terdahulu secara rampat menajdi dua kelompok: (1) perombakan bahan organik  dan pelapukan bahan mineral, berarti berperan serta amat penting dalam pendauran unsur kimia secar alami dan (2) pengolahan tanah (Tan, 1994). Pengubahan struktur dan porositas tanah., penggemburan tanah, pemindahan bahan tanah atasan ke bawah dan sebaliknya, dan pencampuran tanah adalah akibat-akibat yang mirip dengan yang diperbuat oleh pengolahan tanah.
Kelompok fauna tanah dapat dibedakan lebih lanjut menurut ukuran badan menjadi mikrofauna (kira-kira <100:m), mesofauna (100:m -1cm) dan makrofauna (>1cm). Yang termasuk mikrofauna ialah protozoa dan nematode, mesofauna ialah rayap dan semut, makrofauna ialah cacing tanah. Rayap, semut, dan cacing tanah termasuk hewan invertebrata. Mereka berperan penting dalam tanah. Ada mesofauna yang lebih suka tanah lembab (bukan basah) dan ada yang lebih suka tanah yang lebih kering. Hampir semua mesofauna dapat menegang keadaan masam. Mikrofauna lebih menyukai keadaan lembab dan masam lemah sampai netral (Schroeder, 1984).
PEMBAHASAN
Kegiatan dalam praktikum kali ini yang dilaksanakan pada 25 Februari  adalah untuk mengetahui perbedaan profil tanah di hutan kawasan FMIPA UNYdengan di lahan rerumputan kebun biologi FMIPA dan untuk mengetahui sebaran organisme tanah meso dan makro di hutan serta di lahan rerumputan. Untuk mengetahiu profil tanah yaitu dengan menggali tanah sedalam kurang lebih 30 cm sampai dengan terlihat lapisan – lapisan tanah yang berbeda secara vertikal. Kemudian mengamati profil tanah yang ada meliputi banyaknya horizon, tebal masing- masing horizon dan kondisi fisik horizon. Selain itu juga mengamatai sebaran organisme yang ada baik makro maupun meso yang terdapat pada tiap – tiap horizon.
Berdasarkan hasil yang dilakukan, hasilnya sebagai berikut :

1, Hutan di kawasan FMIPA
Pada kawasan hutan diperoleh 2 horizon yaitu horizon yang pertama dengan ketebalan 6 cm dari permukaan tanah mempunyai ciri – ciri tanah yang berwarna hitam dan tanahnya gembur. Pada lapisan tanah ini telah ditemukan organisme yang berupa cacing dan larva serangga. Organisme- organisme ini biasanya disebut sebagai organisme makro karena ukurannya yang besar dan dapat dibedakan bagian – bagian tubuhnya dengan mata telanjang. Pada lapisan tanah yang kedua yaitu dengan kedalaman 6 – 30 cm mempunyai ciri- ciri tanah yang berwarna coklat dan lebih gembur dari lapisan tanah sebelumnya. Pada lapisan tanah ini telah ditemukan organisme berupa kecoa tanah, kebo – keboan dan rayap yang mana organisme – organisme tersebut biasanya disebut sebagai organisme meso karena ukuranya relatif kecil dan sulit dibedakan bagian –bagian tubuhnya dengan mata telanjang.
Pada  horizon yang pertama warna tanah lebih gelap / hitam dari pada lapisan yang kedua, hal ini mungkin disebabkan karena tanah pada lapisan pertama masih banyak seresah – seresah yang berasal dari vegetasi yang tumbuh di hutan. Selain itu vegetasi yang ada sangat banyak, beraneka ragam dan pohon – pohon yang ada sangat tinggi – tingi dan lebat daunnya sehingga menghalangi sinar matahari untuk sampai ke tanah. Dengan terhalangnya sinar matahari untuk sampai ke tanah serta adanya organisme – organisme yang ada di tanah menyebabkan sersah cepat terurai dan membusuk sehingga menyebabkan warna tanah menjadi hitam. Selain itu dengan adanya aktivitas organisme – organisme di dalam tanah menyebabkan tanah menjadi gembur. Organisme yang hidup di lapisan tanah ini seperti cacing warnanya kehitam- hitaman, hal ini mungkin disebabkan oleh kondisi tanah yang gelap, lembab dan banyaknya sersah- sersah. Selain cacing juga terdapat larva serangga yang dalam istilah jawa disebut “ Gendon “.
Pada horizon yang kedua warna tanah berbeda dengan lapisan yang pertama yaitu coklat. Selain itu tanah juga lebih lembut, hal ini mungkin disebabkan karena letak tanah yang cukup dalam dan tidak ada sersah –sersah, kalaupun ada mungkin sersah – sersah tersebut sudah terurai menjadi sangat lembut dan menjadi tanah. Organisme yang hidup di lapisan tanah ini yaitu kecoa tanah, rayap dan kebo – keboan. Tanah pada lapisan ini lebih gembur dari pada lapisan yang pertama, hal ini mungkin disebabkan oleh aktivitas organisme – organisme dan adanya humus / uraian sersah –sersah dalam lapisan ini.

2. Kawasan Rerumputan
Profil tanah yang terdapat pada kawasan rerumputan ini di ambil dari rerumputan kebun biologi FMIPA. Pada daerah rerumputan ini terdapat 3 lapisan tanah, ini berarti lapisan tanah pada kawasan ini lebih banyak dari pada pada kawasan hutan. Hal ini disebabkan karena tanah pada daerah rerumputan merupakan tanah urukan ( bekas bangunan ). Lapisan tanah yang pertama dengan kedalaman 5 cm dari permukaan tanah mempunyai warna tanah coklat. Hal ini mungkin disebabkan karena tanah pada lapisan ini berupa tanah urug, Selain itu vegetasi yang ada hanya sedikit dan hanya berupa rerumputan yang tidak terlalu tinggi sehingga cahaya yang menuju ke tanah tidak terhalang oleh vegetasi yang ada.Tanah pada laisan ini gembur. Kegemburan ini mungkin disebabkan karena tanah pada lapisan  ini merupakan tanah urukan serta adanya organisme yang hidup di dalamnya seperti semut dan kecoa ( Mesobiota ) serta cacing tanah ( Makrobiota ).
Pada lapisan tanah yang kedua yaitu lapisan tanah dengan kedalaman 5-15 cm dari permukaan tanah. Pada lapisan  ini, tanahnya masih berwarna coklat namun terdapat beberapa krikil. Hal ini mungkin disebabkan karena tanah yang bersal dari tanah urukan ini dulunya digunakan untuk membangun sehingga tanahnya berkerikil yang merupakan bahan campuran untuk bangunan. Selain itu mungkin dulunya tanah pada lapisan pertamapun juga ada kerikilnya, namun karena berlalunya waktu serta adanya aliran air hujan menyebabkan kerikil turun ke lapisan bawahnya. Organisme yang ada pada lapisan ini berupa larva serangga dan  lipan ( Mesobiota ).
Pada lapisan tanah yang ketiga yaitu pada kedalaman  15-30 cm dari permukaan tanah mempunyai warna tanah yang agak hitam dan liat. Hal ini mungkin disebabkan karena umur tanah yang lebih tua dari pada lapisan tanah yang sebelumnya dan mungkin lapisan tanah ini bukan tanah urukan tapi merupakan tanah yang sesungguhnya yang berada pada kawasan tersebut. Selain itu juga disebabkan oleh adanya aktivitas organisme – organisme yang hidup didalamnya seperti cacing ( Makrobiota ). Pada lapisan tanah ini hanya ditemukan cacing, hal ini mungkin disebabkan karena jenis tanah pada lapisan tanah ini yaitu liat dengan susunannya yang padat sehingga tidak begitu disukai oleh tanah.
Peranan organisme di dalam tanah sbb:
  1. Membentuk pori- pori tanah sehingga pertukaran udara dan infiltrasi air dapat berjalan denganlancar.
  2. Membentuk struktur tanah yang remah karena organisme mempunyai enzim- enzim yang mampu memecah partikel tanah yang keras.
  3. Meningkatkan daya simpan air tanah
  4. Merombak bahan – bahan organik yang ada di dalam tanah
  5. Membongkar bahan – bahan organik yang ada di dalam tanah
  6. Mendekomposisi bahan organik bahkan dalam keasaman
  7. Membantu pelapukan tanah karena mampu menghancurkan selulose, zat pati dan protein.

No comments:

Post a Comment