BAB I
PENDAHAULUAN
1.1
Latar Belakang
Sekitar 75% dari luas wilayah
Indonesia adalah berupa lautan. Salah satu bagian terpenting dari kondisi geografis
Indonesia sebagai wilayah kepulauan adalah wilayah pantai dan pesisir dengan
garis pantai sepanjang 81.000 km. Wilayah pantai dan pesisir memiliki arti yang
strategis karena merupakan wilayah interaksi/peralihan (interface) antara
ekosistem darat dan laut yang memiliki sifat dan ciri yang unik.
Mangrove (Bakau) adalah jenis pohon
yang tumbuh di daerah perairan dangkal dan daerah intertidal yaitu
daerah batas antara darat dan laut dimana pengaruh pasang surut masih terjadi.
Hutan mangrove atau disebut juga hutan bakau adalah hutan yang tumbuh di atas
rawa-rawa berair payau yang terletak pada garis pantai dan dipengaruhi oleh
pasang-surut air laut. Hutan ini tumbuh khususnya di tempat-tempat di mana
terjadi pelumpuran dan akumulasi bahan organik. Baik di teluk-teluk yang
terlindung dari gempuran ombak, maupun di sekitar muara sungai di mana air
melambat dan mengendapkan lumpur yang dibawanya dari hulu.
Ekosistem wilayah pantai berkarakter
unik dan khas karena ekosistemnya perpaduan antara kehidupan darat dan air.
Ekosistem wilayah itu memiliki arti strategis karena memiliki potensi kekayaan
hayati baik dari segi biologi, ekonomi, bahkan pariwisata. Hal itu
mengakibatkan berbagai pihak ingin memanfaatkan secara maksimal potensi itu.
Ekosistem hutan mangrove bersifat khas, baik karena adanya pelumpuran tadi yang
mengakibatkan kurangnya aerasi tanah; salinitas tanahnya yang tinggi; serta
mengalami daur penggenangan oleh pasang-surut air laut. Hanya sedikit jenis
tumbuhan yang bertahan hidup di tempat semacam ini, dan jenis-jenis ini
kebanyakan bersifat khas hutan bakau karena telah melewati proses adaptasi dan
evolusi.
Akar tanaman mangrove berfungsi
menstabilkan lumpur dan pasir. Di kawasan yang hutan manggrovenya telah
dihancurkan untuk keperluan pembangunan, laju erosinya akan sangat tinggi.
Hutan mangrove juga menjadi tempat hidup bagi habitat liar dan memberikan
perlindungan alami terhadap angin yang kuat, gelombang yang dibangkitkan oleh
angin (siklon atau badai), dan juga gelombang tsunami.
Hutan-hutan mangrove menyebar luas
di bagian yang cukup panas di dunia, terutama di sekeliling khatulistiwa di
wilayah tropika dan sedikit di subtropika dan berfungsi sebagai pelindung
pantai dari terjangan gelombang secara langsung. Oleh karena itu daerah hutan mangrove
dicirikan oleh adanya lapisan lumpur dan sedimen halus.
Indonesia merupakan salah satu
negara yang memiliki hutan mangrove terbesar dan memiliki kekayaan hayati yang
paling banyak. Luas hutan mangrove di Indonesia mencapai 3,2 juta hektare,
walaupun belakangan ini dilaporkan lebih dari 50 persen jumlah hutan itu sudah
rusak. (keluargasehat.com)
Di Indonesia, hutan-hutan mangrove
yang luas terdapat di seputar Dangkalan Sunda yang relatif tenang dan merupakan
tempat bermuara sungai-sungai besar. Yakni di pantai timur Sumatra, dan pantai
barat serta selatan Kalimantan. Di pantai utara Jawa, hutan-hutan ini telah
lama terkikis oleh kebutuhan penduduknya terhadap lahan.
Di bagian timur Indonesia, di tepi
Dangkalan Sahul, hutan-hutan mangrove yang masih baik terdapat di pantai barat
daya Papua, terutama di sekitar Teluk Bintuni. Mangrove di Papua mencapai luas
1,3 juta ha, sekitar sepertiga dari luas hutan bakau Indonesia (Wikipedia).
Di beberapa daearah wilayah pesisir
di Indonesia sudah terlihat adanya degradasi dari hutan mangrove akibat
penebangan hutan mangrove yang melampaui batas kelestariannya. Hutan mangrove
telah berubah menjadi berbagai kegiatan pembangunan seperti pertanian,
pertambakan, pembangunan dermaga dan lain sebagainya. Hal seperti ini terutama
terdapat di Aceh, Sumatera, Riau, pantai utara Jawa, Sulawesi Selatan, Bali dan
Kalimantan Timur.
Oleh sebab itu Mahasiswa D4
Politeknik Vedca Joint Program Politeknik Negeri Jember konsentrasi Bidang
Peminatan Teknologi Pangan dan Gizi Membuat suatau karya ilmiah dengan bentuk
mahkalah yang bertujuan untuk menambah suatu wawasan pengetahuan tentang
Ekosistem Hutan Mangrove.
1.2
Maksud dan Tujuan
Maksud dan Tujuan membuat Mahkalalah ini agar mahasiswa dapat
mengetahui ;
1. Flora dan Fauna yang berada didalam daerah hutan Mangrove
2. Untuk mengetahui ciri dan
karakteristik Hutan Mangrove
3. Jenis – jenis hutan Mangrove yang
dapat tumbuh di daerah perairan
4. Sistem rantai Makanan Dalam Hutan
Mangrove
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi
pertumbuhan Hutan Mangrove
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Pengertian Ekosistem
·
Ekosistem adalah tingkatan organisasi kehidupan
yang mencakup komponen hidup dan
komponen tak hidup, dimana kedua komponen tersebut saling mempengaruhi dan
berinteraksi.
·
Ekosistem adalah suatu sistem ekologi
yang terbentuk oleh hubungan timbal balik antara makhluk hidup
dengan lingkungannya. Ekosistem bisa dikatakan juga suatu tatanan kesatuan
secara utuh dan menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling
mempengaruhi.
·
Komponen-komponen pembentuk ekosistem adalah:
ü
Komponenhidup (biotik)
ü
Komponentakhidup (abiotik)
Kedua komponen tersebut berada pada
suatu tempat dan berinteraksi membentuk suatu kesatuan yang teratur.
Suatuekosistemdapatdibagidalambeberapasub-ekosistem.Misalnya,
ekosistembumikitadapatdibagidalam sub-ekosistemlautan, sub-ekosistemdaratan,
sub-ekosistemdanau, dan sub-ekosistemsungai. Sub-ekosistemdaratandapat pula
dibagidalambagian-bagian sub-ekosistemhutan, sub-ekosistembelukar,
sub-ekosistempadangpasir. Antaramasing-masing sub-ekosistemitu pun
terjadiinteraksidanantara sub-ekosistemituterdapatarusmateri, energi,
daninformasi.Pembagiandemikianitubergunauntukmempelajarlsuatuekosistem yang
besar.
BAB III
PMBAHASAN
2.1 Definisi
Hutan Mangruve
Sebagai salah satu
ekosistem pesisir, hutan mangrove merupakan ekosistem yang unik dan rawan.
Ekosistem ini mempunyai fungsi ekologis dan ekonomis. Fungsi ekologis hutan
mangrove antara lain : pelindung garis pantai, mencegah intrusi air laut,
habitat (tempat tinggal), tempat mencari makan (feeding ground), tempat asuhan
dan pembesaran (nursery ground), tempat pemijahan (spawning ground) bagi aneka
biota perairan, serta sebagai pengatur iklim mikro. Sedangkan fungsi ekonominya
antara lain : penghasil keperluan rumah tangga, penghasil keperluan industri,
dan penghasil bibit.
Hutan mangrove
adalah hutan yang terdapat di daerah pantai yang selalu atau secara teratur
tergenang air laut dan terpengaruh oleh pasang surut air laut tetapi tidak
terpengaruh oleh iklim. Sedangkan daerah pantai adalah daratan yang terletak di
bagian hilir Daerah Aliran Sungai (DAS) yang berbatasan dengan laut dan masih
dipengaruhi oleh pasang surut, dengan kelerengan kurang dari 8% (Departemen
Kehutanan, 1994 dalam Santoso, 2000).
Menurut Nybakken
(1992), hutan mangrove adalah sebutan umum yang digunakan untuk menggambarkan
suatu varietas komunitas pantai tropik yang didominasi oleh beberapa spesies
pohon-pohon yang khas atau semak-semak yang mempunyai kemampuan untuk tumbuh
dalam perairan asin. Hutan mangrove meliputi pohon- pohon dan semak yang
tergolong ke dalam 8 famili, dan terdiri atas 12 genera tumbuhan berbunga :
Avicennie, Sonneratia, Rhyzophora, Bruguiera, Ceriops, Xylocarpus, Lummitzera,
Laguncularia, Aegiceras, Aegiatilis, Snaeda, dan Conocarpus (Bengen, 2000).
Kata mangrove
mempunyai dua arti, pertama sebagai komunitas, yaitu komunitas atau masyarakat
tumbuhan atau hutan yang tahan terhadap kadar garam/salinitas (pasang surut air
laut); dan kedua sebagai individu spesies (Macnae, 1968 dalam Supriharyono, 2000).
Supaya tidak rancu, Macnae menggunakan istilah “mangal” apabila berkaitan
dengan komunitas hutan dan “mangrove” untuk individu tumbuhan. Hutan mangrove
oleh masyarakat sering disebut pula dengan hutan bakau atau hutan payau. Namun
menurut Khazali (1998), penyebutan mangrove sebagai bakau nampaknya kurang
tepat karena bakau merupakan salah satu nama kelompok jenis tumbuhan yang ada
di mangrove.
2.2 Ciri dan Karakteristik Ekosistem Mangrove
Ekosistem mangrove
hanya didapati di daerah tropik dan sub-tropik. Ekosistem mangrove dapat
berkembang dengan baik pada lingkungan dengan ciri-ciri ekologik sebagai
berikut:
(a). Jenis tanahnya berlumpur, berlempung
atau berpasir dengan bahan-bahan yang berasal dari lumpur, pasir atau pecahan
karang;
(b). Lahannya tergenang air laut secara
berkala, baik setiap hari maupun hanya tergenang pada saat pasang purnama.
Frekuensi genangan ini akan menentukan komposisi vegetasi ekosistem mangrove
itu sendiri;
(c). Menerima pasokan air tawar yang cukup
dari darat (sungai, mata air atau air tanah) yang berfungsi untuk menurunkan
salinitas, menambah pasokan unsur hara dan lumpur;
(d). Suhu udara dengan fluktuasi musiman
tidak lebih dari 5ºC dan suhu rata-rata di bulan terdingin lebih dari 20ºC;
(e). Airnya payau dengan salinitas 2-22
ppt atau asin dengan salinitas mencapai 38 ppt;
(f). Arus laut tidak terlalu deras;
(g). Tempat-tempat yang terlindung dari
angin kencang dan gempuran ombak yang kuat;
(h). Topografi pantai yang datar/landai.
Bentuk
vegetasi dan komunitas mangrove terdiri dari 3 zone mangrove berdasarkan
distribusi, karakteristik biologi, kadar garam dan intensitas penggenangan
lahan yaitu:
(
i) Vegetasi Inti
Jenis
ini membentuk hutan mangrove di daerah zona intertidal yang mampu bertahan
terhadap pengaruh salinitas (garam), yang disebut tumbuhan halophyta.
Kebanyakan jenis mangrove mempunyai adaptasi khusus yang memungkinkan untuk
tumbuh dan berkembang dalam substrat/lahan mangrove seperti kemampuan
berkembang biak, toleransi terhadap kadar garam tinggi, kemampuan bertahan
terhadap perendaman oleh pasang surut, memiliki pneumatophore atau akar napas,
bersifat sukulentis dan kelenjar yang mengeluarkan garam. Lima jenis mangrove
paling utama adalah Rhizophora mangle. L., R. harrisonii leechman
(Rhizoporaceae), Pelliciera rhizophorae triana dan Planchon (pelliceriaceae),
Avicennia germinans L ( Avicenniaceae) dan Laguncularia racemosa L. gaertn.
(Combretaceae).
(
ii) Vegetasi marginal
Jenis
ini biasanya dihubungkan dengan mangrove yang berada di darat, di rawa musiman,
pantai dan/atau habitat mangrove marginal. Meskipun demikian vegetasi ini tetap
tergolong mangrove. Jenis Conocarpus erecta (combretaceae) tidak
ditemukan di dalam vegetasi mangrove biasa. Mora oleifera (triana), Duke
(leguminosae) jumlahnya berlimpah-limpah di selatan pantai pasifik, terutama di
semenanjung de osa, dimana mangrove ini berkembang dalam rawa musiman salin (25
promil). Jenis yang lain adalah Annona glabra L. (Annonaceae), Pterocarpus
officinalis jacq. (Leguminosae), Hibiscus tiliaceus L. dan Pavonia
spicata killip (Malvaceae). Jenis pakis-pakisan seperti Acrostichum aureum
L. (Polipodiaceae) adalah yang sangat luas penyebarannya di dalam zone air
payau dan merupakan suatu ancaman terhadap semaian bibit untuk regenerasi.
(iii)
Vegetasi fakultatif marginal
Carapa
guianensis (Meliaceae) tumbuh berkembang di daerah dengan kadar garam sekitar
10 promil. Jenis lain adalah Elaeis oleifera dan Raphia taedigera. Di daerah
zone inter-terrestrial dimana pengaruh iklim khatulistiwa semakin terasa banyak
ditumbuhi oleh Melaleuca leucadendron rawa ( e.g. selatan Vietnam). Jenis ini
banyak digunakan untuk pembangunan oleh manusia. Lugo dan Snedaker (1974)
mengidentifkasi dan menggolongkan mangrove menurut enam jenis kelompok
(komunitas) berdasar pada bentuk hutan, proses geologi dan hidrologi.
Masing-Masing jenis memiliki karakteristik satuan lingkungan seperti jenis
lahan dan kedalaman, kisaran kadar garam tanah/lahan, dan frekuensi
penggenangan. Masing-masing kelompok mempunyai karakteristik yang sama dalam
hal produksi primer, dekomposisi serasah dan ekspor karbon dengan perbedaan
dalam tingkat daur ulang nutrien, dan komponen penyusun kelompok.
2.3 Manfaat Dan Fungsi Hutan Mangrove
Dapat
dikelompokan sebagai berikut:
A.
Manfaat / Fungsi Fisik :
1.
Menjaga agar garis
pantai tetap stabil
2.
Melindungi pantai dan
sungai dari bahaya erosi dan abrasi.
3.
Menahan badai/angin
kencang dari laut
4.
Menahan hasil proses
penimbunan lumpur, sehingga memungkinkan terbentuknya lahan baru.
5.
Menjadi wilayah
penyangga, serta berfungsi menyaring air laut menjadi air daratan yang tawar
6.
Mengolah limbah
beracun, penghasil O2 dan penyerap CO2.
B.
Manfaat / Fungsi Biologis :
1.
Menghasilkan bahan
pelapukan yang menjadi sumber makanan penting bagi plankton, sehingga penting
pula bagi keberlanjutan rantai makanan.
2.
Tempat memijah dan
berkembang biaknya ikan-ikan, kerang, kepiting dan udang.
3.
Tempat berlindung,
bersarang dan berkembang biak dari burung dan satwa lain.
4.
Sumber plasma nutfah
& sumber genetik.
5.
Merupakan habitat alami
bagi berbagai jenis biota.
C. Manfaat / Fungsi
Ekonomis :
1.
Penghasil kayu : bakar,
arang, bahan bangunan.
2.
Penghasil bahan baku
industri : pulp, tanin, kertas, tekstil, makanan, obat-obatan, kosmetik, dll
3.
Penghasil bibit ikan,
nener, kerang, kepiting, bandeng melalui pola tambak silvofishery
4.
Tempat wisata,
penelitian & pendidikan.
2.4Faktor-faktor
Lingkungan
Beberapa
faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan mangrove di suatu lokasi adalah
:
1.
Fisiografi pantai (topografi)
2.
Pasang (lama, durasi, rentang)
3.
Gelombang dan arus
4.
Iklim (cahaya,curah hujan, suhu, angin)
5.
Salinitas
6.
Oksigen terlarut
7.
Tanah
8.
Hara
Faktor-faktor
lingkungan tersebut diuraikan sebagai berikut :
A.
Fisiografi pantai
Fisiografi
pantai dapat mempengaruhi komposisi, distribusi spesies dan lebar hutan
mangrove. Pada pantai yang landai, komposisi ekosistem mangrove lebih beragam
jika dibandingkan dengan pantai yang terjal. Hal ini disebabkan karena pantai
landai menyediakan ruang yang lebih luas untuk tumbuhnya mangrove sehingga
distribusi spesies menjadi semakin luas dan lebar. Pada pantai yang terjal
komposisi, distribusi dan lebar hutan mangrove lebih kecil karena kontur yang
terjal menyulitkan pohon mangrove untuk tumbuh.
B.
Pasang
Pasang
yang terjadi di kawasan mangrove sangat menentukan zonasi tumbuhan dan
komunitas hewan yang berasosiasi dengan ekosistem mangrove. Secara rinci
pengaruh pasang terhadap pertumbuhan mangrove dijelaskan sebagai berikut:
·
Lama pasang :
1.
Lama terjadinya pasang di kawasan mangrove dapat
mempengaruhi perubahan salinitas air dimana salinitas akan meningkat pada saat
pasang dan sebaliknya akan menurun pada saat air laut surut
2.
Perubahan salinitas yang terjadi sebagai akibat lama
terjadinya pasang merupakan faktor pembatas yang mempengaruhi distribusi
spesies secara horizontal.
3.
Perpindahan massa air antara air tawar dengan air laut
mempengaruhi distribusi vertikal organisme
·
Durasi pasang :
1.
Struktur dan kesuburan mangrove di suatu kawasan yang
memiliki jenis pasang diurnal, semi diurnal, dan campuran akan berbeda.
2.
Komposisi spesies dan distribusi areal yang digenangi
berbeda menurut durasi pasang atau frekuensi penggenangan. Misalnya :
penggenagan sepanjang waktu maka jenis yang dominan adalah Rhizophora mucronata
dan jenis Bruguiera serta Xylocarpus kadang-kadang ada.
·
Rentang pasang (tinggi pasang):
1.
Akar tunjang yang dimiliki Rhizophora mucronata menjadi
lebih tinggi pada lokasi yang memiliki pasang yang tinggi dan sebaliknya
2.
Pneumatophora Sonneratia sp menjadi lebih kuat dan panjang
pada lokasi yang memiliki pasang yang tinggi.
C.
Gelombang dan Arus
1.
Gelombang dan arus dapat merubah struktur dan fungsi
ekosistem mangrove. Pada lokasi-lokasi yang memiliki gelombang dan arus yang
cukup besar biasanya hutan mangrove mengalami abrasi sehingga terjadi
pengurangan luasan hutan.
2.
Gelombang dan arus juga berpengaruh langsung terhadap
distribusi spesies misalnya buah atau semai Rhizophora terbawa gelombang dan
arus sampai menemukan substrat yang sesuai untuk menancap dan akhirnya tumbuh.
3.
Gelombang dan arus berpengaruh tidak langsung terhadap
sedimentasi pantai dan pembentukan padatan-padatan pasir di muara sungai.
Terjadinya sedimentasi dan padatan-padatan pasir ini merupakan substrat yang
baik untuk menunjang pertumbuhan mangrove
4.
Gelombang dan arus mempengaruhi daya tahan organisme akuatik
melalui transportasi nutrien-nutrien penting dari mangrove ke laut.
Nutrien-nutrien yang berasal dari hasil dekomposisi serasah maupun yang berasal
dari runoff daratan dan terjebak di hutan mangrove akan terbawa oleh arus dan
gelombang ke laut pada saat surut.
D.
Iklim
Mempengaruhi
perkembangan tumbuhan dan perubahan faktor fisik (substrat dan air). Pengaruh
iklim terhadap pertimbuhan mangrove melalui cahaya, curah hujan, suhu, dan
angin. Penjelasan mengenai faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut:
1.
Cahaya
·
Cahaya berpengaruh terhadap proses fotosintesis, respirasi,
fisiologi, dan struktur fisik mangrove
·
Intensitas, kualitas, lama (mangrove adalah tumbuhan long day plants yang
membutuhkan intensitas cahaya yang tinggi sehingga sesuai untuk hidup di daerah
tropis) pencahayaan mempengaruhi pertumbuhan mangrove
·
Laju pertumbuhan tahunan mangrove yang berada di bawah naungan
sinar matahari lebih kecil dan sedangkan laju kematian adalah sebaliknya
·
Cahaya berpengaruh terhadap perbungaan dan germinasi dimana
tumbuhan yang berada di luar kelompok (gerombol) akan menghasilkan lebih banyak
bunga karena mendapat sinar matahari lebih banyak daripada tumbuhan yang berada
di dalam gerombol.
2.
Curah hujan
·
Jumlah, lama, dan distribusi hujan mempengaruhi perkembangan
tumbuhan mangrove
·
Curah hujan yang terjadi mempengaruhi kondisi udara, suhu
air, salinitas air dan tanah
·
Curah hujan optimum pada suatu lokasi yang dapat
mempengaruhi pertumbuhan mangrove adalah yang berada pada kisaran 1500-3000
mm/tahun
3.
Suhu
·
Suhu berperan penting dalam proses fisiologis (fotosintesis
dan respirasi)
·
Produksi daun baru Avicennia marina terjadi pada suhu 18-20C
dan jika suhu lebih tinggi maka produksi menjadi berkurang
·
Rhizophora stylosa, Ceriops, Excocaria, Lumnitzera tumbuh optimal pada suhu 26-28C
·
Bruguiera tumbuah optimal pada suhu 27C, dan Xylocarpus
tumbuh optimal pada suhu 21-26C
4.
Angin
·
Angin mempengaruhi terjadinya gelombang dan arus
·
Angin merupakan agen polinasi dan diseminasi biji sehingga
membantu terjadinya proses reproduksi tumbuhan mangrove
E.
Salinitas
1.
Salinitas optimum yang dibutuhkan mangrove untuk tumbuh
berkisar antara 10-30 ppt
2.
Salinitas secara langsung dapat mempengaruhi laju
pertumbuhan dan zonasi mangrove, hal ini terkait dengan frekuensi penggenangan
3.
Salinitas air akan meningkat jika pada siang hari cuaca
panas dan dalam keadaan pasang
4.
Salinitas air tanah lebih rendah dari salinitas air
F.
Oksigen Terlarut
1.
Oksigen terlarut berperan penting dalam dekomposisi serasah
karena bakteri dan fungsi yang bertindak sebagai dekomposer membutuhkan oksigen
untuk kehidupannya.
2.
Oksigen terlarut juga penting dalam proses respirasi dan
fotosintesis 3. Oksigen terlarut berada dalam kondisi tertinggi pada siang hari
dan kondisi terendah pada malam hari
G.
Substrat
1.
Karakteristik substrat merupakan faktor pembatas terhadap
pertumbuhan mangrove
2.
Rhizophora mucronata dapat tumbuh baik pada substrat
yang dalam/tebal dan berlumpur
3.
Avicennia marina dan Bruguiera hidup pada tanah lumpur
berpasir
4.
Tekstur dan konsentrasi ion mempunyai susunan jenis dan
kerapatan tegakan Misalnya jika komposisi substrat lebih banyak liat (clay) dan
debu (silt) maka tegakan menjadi lebih rapat
5.
Konsentrasi kation Na>Mg>Ca atau K akan membentuk
konfigurasi hutan Avicennia/Sonneratia/Rhizophora/Bruguiera
6.
Mg>Ca>Na atau K yang ada adalah Nipah
7.
Ca>Mg, Na atau K yang ada adalah Melauleuca
H.
Hara
Unsur hara yang terdapat di
ekosistem mangrove terdiri dari hara inorganik dan organik.
1.
Inorganik : P,K,Ca,Mg,Na
2.
Organik : Allochtonous dan Autochtonous (fitoplankton,
bakteri, alga)
2.5 Klasifikasi hutan mangrove
Suatu uraian ringkas menyangkut
jenis klasifikasi hutan mangrove berdasarkan geomorfologi ditunjukkan sebagai
berikut :
1. Overwash mangrove forest
Mangrove
merah merupakan jenis yang dominan di pulau ini yang sering dibanjiri dan
dibilas oleh pasang, menghasilkan ekspor bahan organik dengan tingkat yang
tinggi. Tinggi pohon maksimum adalah sekitar 7 m.
Gambar 1. Overwash mangrove forest
2.
Fringe mangrove forest
Mangrove
fringe ini ditemukan sepanjang terusan air, digambarkan sepanjang garis pantai
yang tingginya lebih dari rata-rata pasang naik. Ketinggian mangrove maksimum
adalah sekitar 10 m.
Gambar 2. Fringe mangrove forest
3.
Riverine mangrove forest
Kelompok
ini mungkin adalah hutan yang tinggi letaknya sepanjang daerah pasang surut
sungai dan teluk, merupakan daerah pembilasan reguler. Ketiga jenis bakau,
yaitu putih (Laguncularia racemosa), hitam (Avicennia germinans)
dan mangrove merah (Rhizophora mangle) adalah terdapat di dalamnya.
Tingginya rata- rata dapat mencapai 18-20 m.
Gambar 3. Riverine mangrove forest
4.
Basin mangrove forest
Kelompok
ini biasanya adalah jenis yang kerdil terletak di bagian dalam rawa Karena
tekanan runoff terestrial yang menyebabkan terbentuknya cekungan atau terusan
ke arah pantai. Bakau merah terdapat dimana ada pasang surut yang membilas
tetapi ke arah yang lebih dekat pulau, mangrove putih dan hitam lebih mendominasi.
Pohon dapat mencapai tinggi 15 m.
Gambar 4. Basin mangrove forest
5.
Hammock forest
Biasanya
serupa dengan tipe (4) di atas tetapi mereka ditemukan pada lokasi sedikit
lebih tinggi dari area yang melingkupi. Semua jenis ada tetapi tingginya jarang
lebih dari 5 m.
Gambar 5. Hammock forest
6.
Scrub or dwarf forest
Jenis
komunitas ini secara khas ditemukan di pinggiran yang rendah. Semua dari tiga
jenis ditemukan tetapi jarang melebihi 1.5 m ( 4.9 kaki). Nutrient merupakan
faktor pembatas.
Gambar 6. Scrub or dwarf forest
2.6 Rantai Makanan
2.7 Bagan Rantai Makanan
Di gambar tersebut dijelaskan bahwa, mangrove pada ekosistem berlaku
sebagai produsen utama, kemudian daun-daun dan bagian tubuh mangrove yang telah
membusuk akan dimanfaatkan oleh detrivor sebagai bahan makanan. Pada tingkatan
trofik selanjutnya, detrivor dimakan oleh ikan, bivalvia dan crustacean kecil
yang kemudian dimangsa lagi oleh ikan dan crustacean yang berukuran lebih
besar. Rantai makanan ini terus berlangsung. Sampai pada akhirnya
organisme-organisme tersebut mati dan kembali dimanfaatkan oleh detrivor
sebagai bahan makanan.
Mangrove yang ada di
Pulau jawa beragam di tiap daerah. Dan di tiap daerah itu pun memiliki
organisme yang berbeda.
BAGAN ALIR EKOSISTEM
MANGROVE
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ø
Ekosistem adalah tingkatan organisasi kehidupan
yang mencakup komponen hidup dan
komponen tak hidup, dimana kedua komponen tersebut saling mempengaruhi dan
berinteraksi.
Ø
Mangrove (Bakau) adalah jenis pohon yang tumbuh di daerah
perairan dangkal dan daerah intertidal yaitu daerah batas antara darat
dan laut dimana pengaruh pasang surut masih terjadi.
Ø
Hutan mangrove adalah
hutan yang terdapat di daerah pantai yang selalu atau secara teratur tergenang
air laut dan terpengaruh oleh pasang surut air laut tetapi tidak terpengaruh
oleh iklim.
Ø
Manfaat / Fungsi Fisik
:Menjaga agar garis pantai tetap stabil, Melindungi pantai dan sungai dari
bahaya erosi dan abrasi, Menahan badai/angin kencang dari laut, Menahan hasil
proses penimbunan lumpur, sehingga memungkinkan terbentuknya lahan baru,
Menjadi wilayah
penyangga, serta berfungsi menyaring air laut menjadi air daratan yang tawar,
Mengolah limbah beracun, penghasil O2 dan penyerap CO2.
Ø
Faktor-faktor Lingkungan
Beberapa faktor lingkungan yang
mempengaruhi pertumbuhan mangrove di suatu lokasi adalah :Fisiografi pantai
(topografi), Pasang (lama, durasi, rentang), Gelombang dan arus, Iklim
(cahaya,curah hujan, suhu, angin), Salinitas, Oksigen terlarut, Tanah, Hara
DAFTAR PUSTAKA
Http://web.ipb.ac.id