BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Tumpang
sari adalah suatu bentuk pertanaman campuran (polyculture)
berupa pelibatan dua jenis atau lebih tanaman pada
satu areal lahan tanam dalam
waktu yang bersamaan atau agak bersamaan Tumpang
sari ditunjukan untuk memanfaatkan lingkungan sebaik-baiknya agar diperoleh
produksi yang maksimum. Sistem
ini mengurangi pengeluaran petani untuk biaya pengolahan lahan serta
meningkatkan hasil panen berlipat ganda.(anaktptph-agriculture.blogspot.com.2014)
Sistem tumpang sari dapat di atur berdasarkan 1)
sifat-sifat perakaran dan 2) waktu penanaman (Anonima,
2012). Dijelaskan lebih lanjut bahwa pengaturan sifat-sifat
perakaran sangat perlu untuk menghidarkan persaingan unsur hara, air yang
berasal dari dalam tanah.
Tanaman
bawang merah diyakini berasal dari daerah Asia tengah, yakni sekitar Banglades,
India, dan Pakistan. Bawang merah dapat dikatakan sudah dikenal oleh masyarakat
sejak ribuan tahun yang lalu, pada zaman Mesir kuno sudah banyak orang
menggunakan bawang merah untuk pengobatan.
Masyarakat
Indonesia mengenal bawang sebagai salah satu bahan yang tidak dapat dipisahkan
dari masakan makanan sehari-hari, selalu menggunakan bumbu bawang merah atau
bawang putih. Dapat dikatakan bahwa seluruh masyarakat Indonesia mengenal
bawang merah ini.
Tanaman sawi juga mudah
dibudidayakan. Sayuran berwarna hijau ini termasuk tanaman yang
tahan terhadap air hujan, dan dapat dipanen sepanjang tahun tidak tergantung
dengan musim. Masa panennyapun terbilang cukup pendek, setelah 40
hari ditanam sudah dapat dipanen. Disamping kemudahan dalam proses
budidaya, sayur sawi juga banyak dijadikan sebagai peluang bisnis karena
peminatnya yang cukup banyak. Permintaan pasarnya juga cukup stabil
sehingga kerugian petani sangat kecil.
1.2.
Manfaat dan Tujuan
A. Manfaat
Adapun manfaat dari budidaya tumpang sari
khusunya budidaya tanaman umbi dan sayuran daun adalah sebagai berikut :
1.
Untuk mengetahui system
budidaya tanaman tumpang sari itu sendiri mulai dari tahapan budidaya sampai
unsur hara yang di butuhkan.
B. Tujuan
Adapun Tujuan dari budidaya tumpang sari
khusunya budidaya tanaman umbi dan sayuran daun adalah sebagai berikut :
1.
Mahasiswa mampu
mengembangkan system pemanfaatan budidaya tumpang sari pada khususnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Bawang Merah
2.1. Klasifikasi Tanaman
Bawang Merah
Adapun klasifikasi botani
tanaman bawang merah adalah sebagai berikut :
Divisi
: Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Class : monocotyledonae
Ordo : Liliales
Famili : Liliaceae
Genus : Allium
Spesies : Allium
ascalonium L.
2.2
Syarat tumbuh
Syarat tumbuh tanaman
bawang merah sebagai berikut:
a. Tanah
Tanaman bawang merah dapat tumbuh baik di sawah, tanah tegalan
atau pekarangan, asalkan keadaan tanahnya subur, gembur dan banyak mengandung
bahan organik atau humus, dan mudah mengikat air serta mempunyai aerasi (
peredaran oksigen) yang baik. Jenis tanah yang paling cocok untuk bawang merah
adalah tanah jenis lempung berpasir atau lempung berdebu karena tanah jenis ini
mempunyai aerasi dan drainase (pengairan) cukup baik.
Menurut Spur Way ( 1941) tanaman bawang merah akan tumbuh baik
pada tanah dengan pH optimum 5,8-7,0 tetapi bawang merah masih toleran terhadap
tanah dengan pH 5,5.
b. Iklim
Bawang merah dapat tumbuh di dataran rendah sampai dataran tinggi
yakni pada ketinggian antara 0-900 m diatas permukaan laut. Tanaman bawang
merah sangat bagus dan memberikan hasil optimum, baik kualitas maupun
kuantitas, apabila ditanam didaerah dengan ketinggian sampai dengan 250 m
diatas permukaan laut.
Curah hujan yang sesuai untuk pertumbuhan bawang merah adalah
antara 300-2500 mm per tahun, dengan intensitas cahaya matahari penuh lebih
dari 14 jam sehari Bawang merah sangat cocok ditanam di daerah yang suhu
udaranya hangat-hangat panas, kering dan cerah. Suhu udara yang ideal untuk
tanaman bawang merah antara 250-300 C. dan kelembaban
udara (nisbi) yang dikehendaki bawang merah antara 80%-90%.
Angin merupakan faktor iklim yang juga berpengaruh terhadap
pertumbuhan tanaman bawang merah. System perakaran tanaman bawang merah yang
sangat dangkal, maka angina kencang yang berhembus terus-menerus secara
langsung dapat menyebabkan kerusakan tanaman, terutana tanaman seringkali
roboh.
2.3. Budidaya Bawang Merah
a) Pengolahan tanah
Pengolahan tanah adalah kegiatan mengolah tanah untuk menciptakan
media tanam yang sesuai dengan kondisi lingkungan, terutama sifat fisik tanah
yang dikehendaki oleh tanaman untuk tumbuh dan berkembang.
Mula-mula tanah dibajak sedalam 20-30 cm dengan traktor atau bajak
tradisional, setelah dibajak, tanah dibiarkan selama 5-7 hari agar
bongkahan-bongkahan akibat pembajakan, mendapat cukup angina dan sinar matahari
secara langsung sehingga berbagai macam pathogen tanah mati. Selain itu zat-zat
racun yang berada di dalam tanah menguap atau teroksidasi, sehingga tidak
membahayakan tanaman yang hendak dibudidayakan. Pengolahan selanjutnya, tanah
diratakan sekaligus bongkahan-bongkahan
dihancurkan dengan cangkul, lalu dibiarkan selama 7 hari agar tanah menjadi
kering. Setelah itu, dicangkul lagi agar diperoleh struktur yang gembur.
b) Pembuatan bedengan
Ada dua faktor penting yang harus diperhatikan dalam membuat
bedengan, yaitu ukuran dan arah bedengan.
1) Ukuran bedengan
Bedengan sebagai tempat penanaman, sebaiknya
dibuat dengan lebar 80-100 cm. panjang bedengan disesuaikan dengan lahan
setempat, sedang tingginya dibuat sekitar 30-50 cm, dengan kedalaman 20-30 cm.
2) Arah bedengan
Arah bedengan berpengaruh terhadap penyebaran sinar matahari
keseluruh tanaman. Agar seluruh tanaman memperoleh sinar matahari secara
merata, maka bedengan dibuat membujur arah Timur-Barat.
c) Pupuk kandang
Bedengan yang telah bersih dari rumput diberi pupuk kandang
sebanyak 15-20 ton per hektar yang ditaburkan dipermukaan bedengan secara
merata. Setiap 1m2 lahan memerlukan pupuk kandang sebanyak 1,5-2 kg.
d) Sleksi bibit
Sleksi bibit merupakan langkah awal yang sangat menentukan
keberhasilan panen. Bibit bawang merah yang belum cukup umur, kecil, dan keriput
akan menyebabkan tanaman tumbuh lambat, lemah, dan hasil umbinya kecil-kecil.
Untuk mendapatkan bibit yang berkualitas, pemilihan bibit harus memperhatikan
syarat-syarat sebagai berikut:
1.
cukup umur tanam (>65 hari)
2.
cukup umur simpan (30-60 hari)
3.
umbi padat
4.
tidak luka dan warnanya berkilau
5.
untuk ukuran umbi sedang (diameter umbi 1,5-1,8 cm)
e) perlakuan bibit
sehari bsebelum tanam, umbi bibit dipotong sepertiga bagian dari
ujungnya dengan hati-hati, kemudian dimasukan kedalam larutan atonik yang telah
diencerkan sesuai dosis yang dianjurkan selama 5-10 menit, dan ditiriskan
ditempat yang kering(dikering-anginkan), atau benih direndam dengan air hangat
suam-suam kuku selama 30 menit bisa juga dalam larutan fungisida proparmokab
hidroklorida (1 ml/l selama 5 menit lalu dititriskan media semai disemprot
dengan larutan fungisida proparmokab hidroklorida dengan dosis sama
f) Penanaman
Satu hari sebelum tanam, bedengan dibasahi. Setelah agak kering,
buatlah guritan-guritan sejajar dengan lebar bedengan sedalam 2-3 cm. setelah itu bibit dibenamkan dalam
guritan dengan posisi tegak dan agak ditekan sedikit ke bawah, kemudian ditutup
dengan tanah tipis-tipis. Jarak tanam sangat bervariasi antara 15x20 cm atau 20x20 cm.
1-2 hari sebelum ditanam benih bawang merah ditaburi fungisida
untuk mencegah penyakit layu fusarium. setiap 100 kg benih bawang merah
ditaburi dengan 100 g fungisida
g) Pemeliharaan tanaman
1. Pengairan
Pengairan yang kontiniu dalam pemeliharaan tanman bawang merah
sangat penting. Pengairan dilakukan secara rutin sekali atau dua kali dalam
sehari, bergantung opada keadaan tanah atau musim. Air merupakan kebutuhan
utama bagi tanaman bawang merah. Tanaman bawang merah memerlukan air dalam
jumlah banyak tetapi tidak boleh
tergenang. Penyiraman pada bawang merah diantaranya :
a.
0-5 hst, 2x per hari (pagi dan sore hari)
b.
6-25 hst, 1x per hari (pagi hari)
c.
25-50 hst, 2x per hari (pagi dan sore hari
d.
>50 hari, 1x per hari (siang hari)
2. Penyiangan
Gulma yang tumbuh disekitar tanaman bawang merah dilahan
pertanaman perlu diberantas. Selain menjadi sarang hama dan penyakit, juga
merupakan pesaing dalam kebutuhan unsur hara dan air. Pada dasarnya ada tiga
cara pemberantasan gulma, yaitu secara mekanis (manual), kimiawi, dan biologis.
v
Pemberantasan gulma secara mekanis (manual) adalah pemberantasan
dengan menggunakan alat dan tenaga secara langsung. alat yang digunakan antara
lain sabit, cangkul, dan garpu. Pemberantasan mekanis dapat dilakukan dengan
cara penyiangan bersih pada daerah sekitar tanaman.
v
Pemberantasan gulma secara kimiawi dilakukan dengan menggunakan
herbisida. Keuntungan cara ini adalah dapat menghemat tenaga. Namun, cara ini
dapat juga mengganggu organisme lain dan kelestarian alam.
v
Pemberantasan gulma secara biologi adalah dengan menggunakan
tumbuh-tumbuhan atau organisme tertentu yang bertujuan untuk mengurangi
pengaruh buruk dari gulma.
Bersamaan dengan
penyiangan sekaligus diadakan penggemburan tanah disekeliling tajuk tanaman
secara hati-hati agar tidak sampai merusak umbinya. Penyiangan dapat dilakukan
setiap waktu, bergantung pada keadaan pertumbuhan gulma. tapi untuk menghemat
Tenaga dan waktu sebaiknya penyiangan dilakukan persis sebelum waktu pemupukan
dilakukan.
3. Penyulaman
Penyulaman adalah kegiatan untuk mengganti tanaman yang mati,
rusak atau yang pertumbuhanya tidak normal. Penyulaman biasanya dilakukan 1 minggu setelah tanam
karena pada saat itu sudah dapat terlihat adanya tanaman yang pertumuhanya
tidak normal. Bibit yang digunakan untuk penyulaman adalah bibit yang sengaja
disisakan atau dibiarkan tumbuh pada lahan pembibitan sebagai bibit cadangan.
Bibit yang digunakan untuk pengulaman adalah bibit yang sama umurnya dengan
tanaman yang tidak disulam, sehingga pertumbuhan semua tanaman seragam.
4. Pemupukan
Salah satu tindakan perawatan tanaman yang berpengaruh besar
terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman adalah pemupukan. Pemupukan bertujuan
untuk menambah ketersediaan unsur hara didalam tanah terutama agar tanaman
dapat menyerapnya sesuai dengan kebutuhan tanamn itu sendiri.
·
Cara pemupukan
Pemupukan dilakukan dalam dua tahap yaitu sebelum penanaman
sebagai pupuk dasar dan sesudah penanaman sebagai pupuk susulan. Untuk pupuk
dasarnya, biasanya digunakan pupuk kandang atau kompos yang sudah jadi. saat
menelang tanaman mulai dalam proses pembentukan umbi diberi pupuk buatan,
misalntya pupuk urea dan Za pupuk TSP, dan KCL. Pupuk susulan tersebut diberikan dengan cara
menaburkanya diantara barisan tanaman kira-kira 5-10 cm dari tanaman. dapat
juga dibenamkan dalam alur yang dibuat diantara barisan tanaman dengan jarak
sekitar 10 cm dari tanaman.
5. Pengendalian hama dan penyakit pada tanaman bawang merah
Pengamatan OPT dilakukan 5-7 hst dengan interpal 3-4 hari,
Pengendalian hama dan penyakit pada tanaman bawang merah diantaranya :
1. Hama yang menyerang tanaman bawang merah :
·
Hama gurem (Thrips atau Myten)
Gejala : daun dewasa yang baru mengalami serangan terlihat adanya
bercak-bercak yang mengkilau dan luka bekas gigitan yang berwarna putih,
bercak-bercak mengkilau makin lama makin mengumpul menjadi satu dan warna
daunnya menjadi abu-abu mengkilat seperti warna perak, akhirnya pucuk daun yang
diserang menjadi terkulai jatuh, sementara bintik-bintik putih yang terlihat
pada daun lama-kelamaan menering. Biasanya hama ini menyerang daun bawang merah
dimulai dari ujungnya.
Cara pengendaliannya : penyemprotan pestisida, atau areal lahan
pertanaman dapat disemprot dengan campuran copper fungisida dan dieldrin.
·
Ulat tanah (Agrotis ipsilon)
Gejala : pada pangkal batang menunjukkan adanya bekas gigitan atau
bahkan terpotong sehngga tanaman rebah, bekas potongan-potongan akar tersebut
berada disekitarnya, pada serangan yang hebaat ulat ini memakn umbi tanaman
sehingga berlubang.
Cara pengendaliannya : penyemprotan seminggu sekali dengan obat
bayrusil 0,2 %, nemagon disemprotkan 20-30 liter/ha dan furadan 3 G sebanyak
55-65 kg/ha.
·
Ulat daun (Spodoptera exigua Hbn.)
Gejala : ulat ini menyerang daun dengan mumelubangi bagian ujung
daun daun lalu masuk kedalam daun bawang, ujung daun bawang tampak terpotong-potong
dan daun bawang terlihat menerawang tembus cahaya atau terlihat bercak-bercak
putih pada ujung dan pinggir daun terlihat bervariatif.
Cara pengendaliannya : penyemprotan dengan pestisida.
·
Siput (Achatina fulica)
Gejala : terdapat bekas gigitan pada daun tanaman yang terserang,
sekeliling tanaman yang terserang biasanya terdapat kotoran siput yang berwarna
hitam.
Cara pengendaliannya : secara mekanik yaitu diambil langsung,
menaburkan kapur diseliling tanaman, dan memberi umpan yang merupakan campuran
antara metadex dan bekatul dengan perbandingan 1:20.
·
Kutu pucuk
Gejala : pucuk tanaman yang terserang mati, pertumbuhan tanaman
menjadi terhambat.
Cara pengendalian : penyemprotan dengan polidol dan dieldrin.
2. Penyakit yang menyerang tanaman bawang merah :
·
Penyakit jamur (Fhythophthora infestans)
Gejala : pada daun
terdapat bercak-bercak coklat kehitam-hitaman makin lama makin meluas, pada
serangan lanjut daunnya mongering dan ada juga yang membusuk.
Cara pengendalian :
penyemprotan fungisida.
·
Penyakit layu
Gejala : tanaman kelihatan layu, pertumbuhannya tidak sempurna,
biasanya tanaman tumbuh kerdil dan hidupnya merana.
Cara pengendalian : tanaman diusahakan agar jangan sampai terjadi
luka, benih tanaman didesinveksi dengan air panas bersuhu 55 0C selama 10-17
menit dan tanaman yang terserang dicabut kemudian dibakar.
·
Penyakit akar
Gejala : adanya tanaman yang terserang layu kemudian mati.
Cara pengendalian : dicabut dan dimusnahkan dengan membakarnya.
·
Penyakit virus (Mozaik)
Gejala : tanaman yang
terserang penyakit virus memperlihatkan gejala mozaik dan bintik-bintik
klorotik pada permulaan serangan, selanjutnya daun berubah menggulung kebawah
dan samping tetapi akhirnya daun-daun berikutnya yang terserang berkerut dan
rapuh.
Cara pencegahan : menanam
tanaman bawang merah tidak pada musim hujan, segera dicabut dan dibakar.
·
Penyakit bakteri
(Xanthomonas Solanacearum)
Gejala : bila tanaman dicabut kemudian batangnya dipijar, akan
keluar cairan seperti susu, tanaman seluruhnya layu seperti tersiram air panas.
Cara pengendalian : tanaman yang sakit segera dicabut dan
dimusnahkan.
·
Penyakit bercak ungu (Alternaria porri)
Gejala : adanya bercak berwarna ungu dan terdapat
lingkaran-lingkaran konsentris ditengahnya, dan dapat ditemukan pada seluruh
dan dari pangkal sampai ujung.
Cara pengendalian : penyemprotan fungisida.
6. Panen dan pasca panen
a. Panen
pemanenan
bawang merah untuk keperluan konsumsi dipanen pada usia 50-55 hari untuk benih
60-70 hari ciri-ciri fisik tanaman bawang merah yang siap di penen sebagai
berikut:
1.
Pangkal daun sudah lemas
2.
Daun berwarna kuning(70-80 %)
3.
Umbi penuh dan kompak
4.
Sebagian umbi muncul kepermukaan tanah
5.
Umbi berwarna merah tua
6.
Sebagian besar tanaman (>80%) daun telah rebah
b. Pasca panen
Penanganan hasil panen adalah suatu rangkaian kegiatan yang
dimulai dari pengumpulan hasil panen samapai pada tahap siap untuk dipasarkan
atau disimpan.
1. Pengeringan
Bawang merah yang sudah dibersihkan dan dikelompokan dalam
ikatan-ikatan selanjutnya diangkut ke gudang dan digantung pada para-para.
Salah satu cara yang paling mudah untuk mengeringkan bawang merah adalah dengan
menjemurnya di bawah terik matahari. Setelah bawang merah kering biasanya
dilakukan penyortiran atau seleksi untuk memisahkan umbi bawang merah yang
bagus atau cacat.
2. Penyimpanan bawang merah
Bawang merah yang belum dikeringkan hanya dapat disimpan sekitar 1
minggu saja. Bawang merah biasanya disimpan dengan menggantungkan bawang dalam
ikatan pada para-para di gudang kering dalam jumlah kecil penyimpanan dengan
cara tersebut dapat memperpanjang daya tahan bawang merah sampai 6 bulan tanpa
mengalami serangan penyakit umbi. Untuk menyinmpan bawang merah dalam jumlah
yang banyak dan dalam waktu lama di butuhkan ruang yang luas.
B. Budidaya
Sawi (Brassica sinensis L.)
2.4. Klasifikasi tanaman sawi hijau
Adapun klasifikasi botani
tanaman sawi adalah sebagai berikut :
Divisi
: Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Rhoeadales (Brassicales)
Famili : Cruciferae (Brassicaceae)
Genus : Brassica
Spesies : Brassica Juncea
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Rhoeadales (Brassicales)
Famili : Cruciferae (Brassicaceae)
Genus : Brassica
Spesies : Brassica Juncea
2.5. Manfaat Sawi
Manfaat
sawi sangat baik untuk menghilangkan rasa gatal di tenggorokan pada penderita
batuk. Penyembuh penyakit kepala, bahan pembersih darah, memperbaiki fungsi
ginjal, serta memperbaiki dan memperlancar pencernaan.
Sedangkan kandungan yang terdapat pada sawi adalah protein, lemak, karbohidrat, Ca, P, Fe, Vitamin A, Vitamin B, dan Vitamin C. (http://zuldesains.wordpress.com, 2008). Sawi mengandung pro vitamin A dan asam askorbat yang tinggi.
Sedangkan kandungan yang terdapat pada sawi adalah protein, lemak, karbohidrat, Ca, P, Fe, Vitamin A, Vitamin B, dan Vitamin C. (http://zuldesains.wordpress.com, 2008). Sawi mengandung pro vitamin A dan asam askorbat yang tinggi.
2.6. Budidaya sawi
Sawi atau
Caisin (Brassica sinensis L.) daunnya panjang, halus, tidak
berbulu, dan tidak berkrop. Tumbuh baik di tempat yang berhawa panas maupun
berhawa dingin, sehingga dapat diusahakan dari dataran rendah sampai dataran
tinggi, tetapi pertumbuhan dan produksi sawi yang ditanam lebih baik di dataran
tinggi. Biasanya dibudidayakan di daerah ketinggian 100 – 500 m dpl, dengan
kondisi tanah gembur, banyak mengandung humus, subur dan drainase baik. Tanaman
sawi terdiri dari dua jenis yaitu sawi putih dan sawi hijau
a. Benih Sawi
Benih
merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha tani karena benih yang
baik akan menghasilkan pertumbuhan tanaman yang bagus. Kebutuhan benih 650
gr/ha, bila benih hasil pananaman sendiri maka tanaman yang akan diambil
sebagai benih harus berumur di atas 70 hari dan penggunaan benih tidak lebih
dari 3 tahun
b. Persemaian/Pembibitan Tanaman Sawi
Sebelum
benih sawi disebar, direndam dengan larutan Previcur N dengan konsentrasi 0,1 %
selama + 2 jam. Selanjutnya benih disebar merata pada bedengan persemaian,
dengan media semai setebal + 7 cm dan disiram. Media semai dibuat dari pupuk
organik dan tanah yang telah dihaluskan dengan perbandingan 1 : 1. Benih yang
telah disebar ditutup dengan media semai, selanjutnya ditutup dengan
alang-alang atau jerami kering selama 2-3 hari. Bedengan persemaian tersebut
sebaiknya diberi naungan
c. Persiapan Lahan Tanaman Sawi
Lahan Budidaya Sawi terlebih
dahulu diolah dengan cangkul sedalam 20-30 cm supaya gembur, setelah itu dibuat
bedengan dengan arah membujur dari Barat ke Timur agar mendapatkan cahaya
penuh.
Bedengan
sebaiknya dibuat dengan ukuran lebar 100-120 cm, tinggi 30 cm dan panjang
sesuai kondisi lahan. Jarak antar bedengan + 30 cm. Lahan yang asam (pH rendah)
lakukan pengapuran dengan kapur kalsit atau dolomite 2-4 minggu sebelum tanam
dengan dosis 1,5 ton/ha
d. Pemupukan Sawi
Tiga
hari sebelum tanam berikan pupuk organik (kotoran ayam yang telah difermentasi)
dengan dosis 2-4 kg/m2. Dua minggu setelah tanam dilakukan pemupukan susulan
Urea 150 kg/ha (15 gr/m2). Agar pemberian pupuk lebih merata,
pupuk Urea diaduk dengan pupuk organik kemudian diberikan secara larikan di
samping barisan tanaman. Selanjutnya dapat ditambahkan pupuk cair 3 liter/ha
(0,3 ml/m2) pada umur 10 dan 20 hari setelah tanam
f. Penanaman Tanaman Sawi
Bibit
umur 2-3 minggu setelah semai atau telah berdaun 3-4 helai, dipindahkan pada
lubang tanam yang telah disediakan dengan jarak tanam 20×20 cm atau sistem
baris dengan jarak 15×10-15 cm. Jika ada yang tidak tumbuh lakukan penyulaman,
yaitu tindakan penggantian tanaman dengan tanaman baru
g. Pemeliharaan Tanaman Sawi
Pada
musim kemarau atau di lahan kurang air perlu penyiraman tanaman. Penyiraman ini
dilakukan dari awal sampai panen. Penyiangan dilakukan 2 kali atau disesuaikan
dengan kondisi gulma, bila perlu dilakukan penggemburan dan pengguludan
bersamaan dengan penyiangan
h. Pengendalian Organisme Penggangu Tanaman
(OPT) Tanaman Sawi
Untuk mencegah hama dan penyakit pada
sawi yang perlu diperhatikan adalah sanitasi dan drainase
lahan. OPT utama adalah ulat daun kubis (Plutella xylostella).
Pengendalian dapat dilakukan dengan cara pemanfaatan Diadegma
semiclausuma sebagai parasitoid hamaPlutella xylostella. Jika
terpaksa menggunakan pestisida, gunakan pestisida yang aman dan mudah terurai
seperti pestisida biologi, pestisida nabati atau pestisida piretroid sintetik.
i. Panen Tanaman Sawi
Panen
sawi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu
1) mencabut seluruh tanaman beserta akarnya, 2) memotong bagian pangkal batang yang berada di atas tanah. Umur panen sawi + 40 hari setelah tanam, sebaiknya terlebih dahulu dilihat fisik tanaman seperti warna, bentuk dan ukuran daun
1) mencabut seluruh tanaman beserta akarnya, 2) memotong bagian pangkal batang yang berada di atas tanah. Umur panen sawi + 40 hari setelah tanam, sebaiknya terlebih dahulu dilihat fisik tanaman seperti warna, bentuk dan ukuran daun
j. Pasca Panen Tanaman Sawi
Tanaman sawi yang
baru dipanen, ditempatkan di tempat yang teduh agar tidak cepat layu dengan
cara diperciki air. Selanjutnya lakukan sortasi untuk memisahkan bagian tanaman
yang tua, busuk atau sakit. Penyimpanan bisa menggunakan wadah berupa keranjang
bambu,plastik atau karton yang berlubang-lubang untuk menjaga sirkulasi udara.
DAFTAR PUSTAKA
Anonima. 2012. Sistem Pertanian Tumpang Sari. Dalam
Ashari, Sumeru. 2006. Hortikultura Aspek Budidaya edisi revisi.
Jakarta ; penerbit universitas Indonesia (UI-Press).
Bina Karya
Tani. 2008. Pedoman Bertanam Bawang Merah.
Yrama Widya : Bandung.
Muhlisah, Fauziah dan Sapta
hening. 2002 sayur dan bumbu dapur
berkhasiat obat. Jakarta; Penebar swadaya.
Permadi, A.H.
1995. Pemuliaan Bawang Merah. Dalam
Teknologi produksi bawang merah. Pusat penelitian dan pengembangan hortikultura.
Badan Litbang Pertanian.
Sartono Putrasamedja dan Suwandi. 1996. Bawang Merah Di Indonesia. Bandung: balai penelitian tanaman
sayuran
Samadi, Budi dan Bambang Cahyono.1996. Intensivikasi Budidaya Bawang Merah. Kanisus: Yogyakarta
Sumbar Internet ;
http://carabudidaya.com/budidaya-tanaman-sawi/. Diakses tanggal 14 april 2014.
No comments:
Post a Comment