BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Bawang merah dalam bahasa Sunda
dinamakan “bawang beureum” dan dalam bahasa Jawa disebut “brambang”, sedangkan
dalam bahasa Inggris disebut “shallot”. Bawang merah merupakan salah satu jenis
sayuran yang digunakan sebagai bahan/bumbu penyedap makanan sehari-hari dan
juga biasa dipakai sebagai obat tradisional atau bahan untuk industri makanan
yang saat ini berkembang dengan pesat. (anaktptph-agriculture.blogspot.com.2014)
Bawang merah (Allium cepa var.
ascalonicum) menurut sejarah awalnya tanaman ini memiliki hubungan erat
dengan bawang bombay (Allium cepa L.), yaitu merupakan salah satu bentuk
tanaman hasil seleksi yang terjadi secara alami terhadap varian-varian dalam
populasi bawang bombay (Permadi 1995). Penyebaran alami tanaman bawang merah
berkembang dari daerah asalnya yaitu dimulai dari Tazhikistan, Afganistan dan
Iran (Jones dan Mann 1963). Tanaman tersebut menyebar di dunia, mulai dari
Eropa sampai sekarang ditemukan di daerah ekuator sampai jauh ke Utara dan
Selatan pusat polar. Di daerah tropik, bawang merah dominan dibudidayakan di
dataran rendah pada 10° Lintang Utara dan 10° Lintang Selatan.
Di Indonesia, bawang merah berkembang
dan diusahakan petani mulai di dataran rendah sampai dataran tinggi. Sistem
budidayanya merupakan perkembangan dari cara-cara tradisional yang bersifat
subsisten ke cara budidaya intensif dan berorientasi pasar. Produksi bawang
merah sampai saat ini memang belum optimal dan masih tercermin dalam keragaman
cara budidaya yang bercirikan spesifik agroekosistem tempat bawang merah
diusahakan.
bawang merah pada dasarnya hanya
terjadi di daerah sentra produksi yang telah maju seperti di daerah Brebes Jawa
Tengah dengan rataan produktivitas telah mencapai 9,2 ton/ha dibandingkan
dengan rataan nasional 7,67 t/ha bawang merah (BPS 1994). Oleh karena itulah
dalam mata kuliah produksi tanaman sayuran 2 ini kami membudidayakan bawang
merah.
1.2 Tujuan
1.
Untuk
mengetahui cara budidaya tanaman bawang merah.
2.
Untuk
menunjang pengetahuan dalam budidaya tanaman sayuran umbi pada khusunya.
3.
Untuk
mengetahui kendala-kendala/permasalahan dalam teknik budidaya dan
penyelesaiannya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Deskripsi
Tanaman bawang merah diyakini berasal
dari daerah Asia tengah, yakni sekitar Banglades, India, dan Pakistan. Bawang
merah dapat dikatakan sudah dikenal oleh masyarakat sejak ribuan tahun yang
lalu, pada zaman Mesir kuno sudah banyak orang menggunakan bawang merah untuk
pengobatan.
Masyarakat Indonesia mengenal bawang
sebagai salah satu bahan yang tidak dapat dipisahkan dari masakan makanan
sehari-hari, selalu menggunakan bumbu bawang merah atau bawang putih. Dapat
dikatakan bahwa seluruh masyarakat Indonesia mengenal bawang merah ini.
Adapun klasifikasi botani tanaman
bawang merah adalah sebagai berikut :
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Class :
monocotyledonae
Ordo : Liliales
Famili :
Liliaceae
Genus :
Allium
Spesies : Allium ascalonium L.
2.2
Syarat tumbuh
Syarat tumbuh tanaman bawang merah
sebagai berikut:
a.
Tanah
Tanaman
bawang merah dapat tumbuh baik di sawah, tanah tegalan atau pekarangan, asalkan
keadaan tanahnya subur, gembur dan banyak mengandung bahan organik atau humus,
dan mudah mengikat air serta mempunyai aerasi ( peredaran oksigen) yang baik.
Jenis tanah yang paling cocok untuk bawang merah adalah tanah jenis lempung
berpasir atau lempung berdebu karena tanah jenis ini mempunyai aerasi dan
drainase (pengairan) cukup baik.
Menurut
Spur Way ( 1941) tanaman bawang merah akan tumbuh baik pada tanah dengan pH
optimum 5,8-7,0 tetapi bawang merah masih toleran terhadap tanah dengan pH 5,5.
b.
Iklim
Bawang
merah dapat tumbuh di dataran rendah sampai dataran tinggi yakni pada
ketinggian antara 0-900 m diatas permukaan laut. Tanaman bawang merah sangat
bagus dan memberikan hasil optimum, baik kualitas maupun kuantitas, apabila
ditanam didaerah dengan ketinggian sampai dengan 250 m diatas permukaan laut.
Curah
hujan yang sesuai untuk pertumbuhan bawang merah adalah antara 300-2500 mm per
tahun, dengan intensitas cahaya matahari penuh lebih dari 14 jam sehari Bawang
merah sangat cocok ditanam di daerah yang suhu udaranya hangat-hangat panas,
kering dan cerah. Suhu udara yang ideal untuk tanaman bawang merah antara 250-300
C. dan kelembaban udara (nisbi) yang dikehendaki bawang merah antara 80%-90%.
Angin
merupakan faktor iklim yang juga berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman
bawang merah. System perakaran tanaman bawang merah yang sangat dangkal, maka
angina kencang yang berhembus terus-menerus secara langsung dapat menyebabkan kerusakan
tanaman, terutana tanaman seringkali roboh.
2.3. Budidaya Bawang Merah
a) Pengolahan
tanah
Pengolahan
tanah adalah kegiatan mengolah tanah untuk menciptakan media tanam yang sesuai
dengan kondisi lingkungan, terutama sifat fisik tanah yang dikehendaki oleh
tanaman untuk tumbuh dan berkembang.
Mula-mula
tanah dibajak sedalam 20-30 cm dengan traktor atau bajak tradisional, setelah
dibajak, tanah dibiarkan selama 5-7 hari agar bongkahan-bongkahan akibat
pembajakan, mendapat cukup angina dan sinar matahari secara langsung sehingga
berbagai macam pathogen tanah mati. Selain itu zat-zat racun yang berada di
dalam tanah menguap atau teroksidasi, sehingga tidak membahayakan tanaman yang
hendak dibudidayakan. Pengolahan selanjutnya, tanah diratakan sekaligus bongkahan-bongkahan dihancurkan
dengan cangkul, lalu dibiarkan selama 7 hari agar tanah menjadi kering. Setelah
itu, dicangkul lagi agar diperoleh struktur yang gembur.
b) Pembuatan
bedengan
Ada
dua faktor penting yang harus diperhatikan dalam membuat bedengan, yaitu ukuran
dan arah bedengan.
1)
Ukuran
bedengan
Bedengan sebagai tempat penanaman, sebaiknya dibuat
dengan lebar 80-100 cm. panjang bedengan disesuaikan dengan lahan setempat,
sedang tingginya dibuat sekitar 30-50 cm, dengan kedalaman 20-30 cm.
2)
Arah
bedengan
Arah
bedengan berpengaruh terhadap penyebaran sinar matahari keseluruh tanaman. Agar
seluruh tanaman memperoleh sinar matahari secara merata, maka bedengan dibuat
membujur arah Timur-Barat.
c) Pupuk
kandang
Bedengan
yang telah bersih dari rumput diberi pupuk kandang sebanyak 15-20 ton per
hektar yang ditaburkan dipermukaan bedengan secara merata. Setiap 1m2
lahan memerlukan pupuk kandang sebanyak 1,5-2 kg.
d) Sleksi
bibit
Sleksi
bibit merupakan langkah awal yang sangat menentukan keberhasilan panen. Bibit
bawang merah yang belum cukup umur, kecil, dan keriput akan menyebabkan tanaman
tumbuh lambat, lemah, dan hasil umbinya kecil-kecil. Untuk mendapatkan bibit
yang berkualitas, pemilihan bibit harus memperhatikan syarat-syarat sebagai
berikut:
1.
cukup
umur tanam (>65 hari)
2.
cukup
umur simpan (30-60 hari)
3.
umbi
padat
4.
tidak
luka dan warnanya berkilau
5.
untuk
ukuran umbi sedang (diameter umbi 1,5-1,8 cm)
e) perlakuan
bibit
sehari
bsebelum tanam, umbi bibit dipotong sepertiga bagian dari ujungnya dengan hati-hati,
kemudian dimasukan kedalam larutan atonik yang telah diencerkan sesuai dosis
yang dianjurkan selama 5-10 menit, dan ditiriskan ditempat yang
kering(dikering-anginkan), atau benih direndam dengan air hangat suam-suam kuku
selama 30 menit bisa juga dalam larutan fungisida proparmokab hidroklorida (1
ml/l selama 5 menit lalu dititriskan media semai disemprot dengan larutan
fungisida proparmokab hidroklorida dengan dosis sama
f) Penanaman
Satu
hari sebelum tanam, bedengan dibasahi. Setelah agak kering, buatlah
guritan-guritan sejajar dengan lebar bedengan sedalam 2-3 cm. setelah itu bibit dibenamkan dalam
guritan dengan posisi tegak dan agak ditekan sedikit ke bawah, kemudian ditutup
dengan tanah tipis-tipis. Jarak tanam sangat bervariasi antara 15x20 cm atau 20x20 cm.
1-2
hari sebelum ditanam benih bawang merah ditaburi fungisida untuk mencegah
penyakit layu fusarium. setiap 100 kg benih bawang merah ditaburi dengan 100 g
fungisida
g) Pemeliharaan
tanaman
1. Pengairan
Pengairan
yang kontiniu dalam pemeliharaan tanman bawang merah sangat penting. Pengairan
dilakukan secara rutin sekali atau dua kali dalam sehari, bergantung opada
keadaan tanah atau musim. Air merupakan kebutuhan utama bagi tanaman bawang
merah. Tanaman bawang merah memerlukan air dalam jumlah banyak tetapi tidak boleh tergenang. Penyiraman pada
bawang merah diantaranya :
a.
0-5
hst, 2x per hari (pagi dan sore hari)
b.
6-25
hst, 1x per hari (pagi hari)
c.
25-50
hst, 2x per hari (pagi dan sore hari
d.
>50
hari, 1x per hari (siang hari)
2. Penyiangan
Gulma
yang tumbuh disekitar tanaman bawang merah dilahan pertanaman perlu diberantas.
Selain menjadi sarang hama dan penyakit, juga merupakan pesaing dalam kebutuhan
unsur hara dan air. Pada dasarnya ada tiga cara pemberantasan gulma, yaitu
secara mekanis (manual), kimiawi, dan biologis.
v
Pemberantasan
gulma secara mekanis (manual) adalah pemberantasan dengan menggunakan alat dan
tenaga secara langsung. alat yang digunakan antara lain sabit, cangkul, dan
garpu. Pemberantasan mekanis dapat dilakukan dengan cara penyiangan bersih pada
daerah sekitar tanaman.
v
Pemberantasan
gulma secara kimiawi dilakukan dengan menggunakan herbisida. Keuntungan cara
ini adalah dapat menghemat tenaga. Namun, cara ini dapat juga mengganggu
organisme lain dan kelestarian alam.
v
Pemberantasan
gulma secara biologi adalah dengan menggunakan tumbuh-tumbuhan atau organisme
tertentu yang bertujuan untuk mengurangi pengaruh buruk dari gulma.
Bersamaan dengan penyiangan sekaligus
diadakan penggemburan tanah disekeliling tajuk tanaman secara hati-hati agar
tidak sampai merusak umbinya. Penyiangan dapat dilakukan setiap waktu,
bergantung pada keadaan pertumbuhan gulma. tapi untuk menghemat Tenaga dan
waktu sebaiknya penyiangan dilakukan persis sebelum waktu pemupukan dilakukan.
3. Penyulaman
Penyulaman
adalah kegiatan untuk mengganti tanaman yang mati, rusak atau yang
pertumbuhanya tidak normal. Penyulaman
biasanya dilakukan 1 minggu setelah tanam karena pada saat itu sudah
dapat terlihat adanya tanaman yang pertumuhanya tidak normal. Bibit yang digunakan
untuk penyulaman adalah bibit yang sengaja disisakan atau dibiarkan tumbuh pada
lahan pembibitan sebagai bibit cadangan. Bibit yang digunakan untuk pengulaman
adalah bibit yang sama umurnya dengan tanaman yang tidak disulam, sehingga
pertumbuhan semua tanaman seragam.
4. Pemupukan
Salah
satu tindakan perawatan tanaman yang berpengaruh besar terhadap pertumbuhan dan
produksi tanaman adalah pemupukan. Pemupukan bertujuan untuk menambah
ketersediaan unsur hara didalam tanah terutama agar tanaman dapat menyerapnya
sesuai dengan kebutuhan tanamn itu sendiri.
·
Cara
pemupukan
Pemupukan
dilakukan dalam dua tahap yaitu sebelum penanaman sebagai pupuk dasar dan
sesudah penanaman sebagai pupuk susulan. Untuk pupuk dasarnya, biasanya
digunakan pupuk kandang atau kompos yang sudah jadi. saat menelang tanaman
mulai dalam proses pembentukan umbi diberi pupuk buatan, misalntya pupuk urea
dan Za pupuk TSP, dan KCL. Pupuk susulan
tersebut diberikan dengan cara menaburkanya diantara barisan tanaman kira-kira
5-10 cm dari tanaman. dapat juga dibenamkan dalam alur yang dibuat diantara
barisan tanaman dengan jarak sekitar 10 cm dari tanaman.
5. Pengendalian
hama dan penyakit pada tanaman bawang merah
Pengamatan
OPT dilakukan 5-7 hst dengan interpal 3-4 hari, Pengendalian hama dan penyakit
pada tanaman bawang merah diantaranya :
1.
Hama
yang menyerang tanaman bawang merah :
·
Hama
gurem (Thrips atau Myten)
Gejala
: daun dewasa yang baru mengalami serangan terlihat adanya bercak-bercak yang
mengkilau dan luka bekas gigitan yang berwarna putih, bercak-bercak mengkilau
makin lama makin mengumpul menjadi satu dan warna daunnya menjadi abu-abu
mengkilat seperti warna perak, akhirnya pucuk daun yang diserang menjadi
terkulai jatuh, sementara bintik-bintik putih yang terlihat pada daun lama-kelamaan
menering. Biasanya hama ini menyerang daun bawang merah dimulai dari ujungnya.
Cara
pengendaliannya : penyemprotan pestisida, atau areal lahan pertanaman dapat
disemprot dengan campuran copper fungisida dan dieldrin.
·
Ulat
tanah (Agrotis ipsilon)
Gejala
: pada pangkal batang menunjukkan adanya bekas gigitan atau bahkan terpotong
sehngga tanaman rebah, bekas potongan-potongan akar tersebut berada
disekitarnya, pada serangan yang hebaat ulat ini memakn umbi tanaman sehingga
berlubang.
Cara
pengendaliannya : penyemprotan seminggu sekali dengan obat bayrusil 0,2 %,
nemagon disemprotkan 20-30 liter/ha dan furadan 3 G sebanyak 55-65 kg/ha.
·
Ulat
daun (Spodoptera exigua Hbn.)
Gejala
: ulat ini menyerang daun dengan mumelubangi bagian ujung daun daun lalu masuk
kedalam daun bawang, ujung daun bawang tampak terpotong-potong dan daun bawang
terlihat menerawang tembus cahaya atau terlihat bercak-bercak putih pada ujung
dan pinggir daun terlihat bervariatif.
Cara
pengendaliannya : penyemprotan dengan pestisida.
·
Siput
(Achatina fulica)
Gejala
: terdapat bekas gigitan pada daun tanaman yang terserang, sekeliling tanaman
yang terserang biasanya terdapat kotoran siput yang berwarna hitam.
Cara
pengendaliannya : secara mekanik yaitu diambil langsung, menaburkan kapur
diseliling tanaman, dan memberi umpan yang merupakan campuran antara metadex
dan bekatul dengan perbandingan 1:20.
·
Kutu
pucuk
Gejala
: pucuk tanaman yang terserang mati, pertumbuhan tanaman menjadi terhambat.
Cara
pengendalian : penyemprotan dengan polidol dan dieldrin.
2.
Penyakit
yang menyerang tanaman bawang merah :
·
Penyakit
jamur (Fhythophthora infestans)
Gejala : pada daun terdapat
bercak-bercak coklat kehitam-hitaman makin lama makin meluas, pada serangan
lanjut daunnya mongering dan ada juga yang membusuk.
Cara pengendalian : penyemprotan
fungisida.
·
Penyakit
layu
Gejala
: tanaman kelihatan layu, pertumbuhannya tidak sempurna, biasanya tanaman
tumbuh kerdil dan hidupnya merana.
Cara
pengendalian : tanaman diusahakan agar jangan sampai terjadi luka, benih
tanaman didesinveksi dengan air panas bersuhu 55 0C selama 10-17 menit dan
tanaman yang terserang dicabut kemudian dibakar.
·
Penyakit
akar
Gejala
: adanya tanaman yang terserang layu kemudian mati.
Cara
pengendalian : dicabut dan dimusnahkan dengan membakarnya.
·
Penyakit
virus (Mozaik)
Gejala : tanaman yang terserang
penyakit virus memperlihatkan gejala mozaik dan bintik-bintik klorotik pada
permulaan serangan, selanjutnya daun berubah menggulung kebawah dan samping
tetapi akhirnya daun-daun berikutnya yang terserang berkerut dan rapuh.
Cara pencegahan : menanam tanaman
bawang merah tidak pada musim hujan, segera dicabut dan dibakar.
·
Penyakit
bakteri (Xanthomonas Solanacearum)
Gejala
: bila tanaman dicabut kemudian batangnya dipijar, akan keluar cairan seperti
susu, tanaman seluruhnya layu seperti tersiram air panas.
Cara
pengendalian : tanaman yang sakit segera dicabut dan dimusnahkan.
·
Penyakit
bercak ungu (Alternaria porri)
Gejala
: adanya bercak berwarna ungu dan terdapat lingkaran-lingkaran konsentris
ditengahnya, dan dapat ditemukan pada seluruh dan dari pangkal sampai ujung.
Cara
pengendalian : penyemprotan fungisida.
6. Panen
dan pasca panen
a.
Panen
pemanenan
bawang merah untuk keperluan konsumsi dipanen pada usia 50-55 hari untuk benih
60-70 hari ciri-ciri fisik tanaman bawang merah yang siap di penen sebagai
berikut:
1.
Pangkal
daun sudah lemas
2.
Daun
berwarna kuning(70-80 %)
3.
Umbi
penuh dan kompak
4.
Sebagian
umbi muncul kepermukaan tanah
5.
Umbi
berwarna merah tua
6.
Sebagian
besar tanaman (>80%) daun telah rebah
b.
Pasca
panen
Penanganan
hasil panen adalah suatu rangkaian kegiatan yang dimulai dari pengumpulan hasil
panen samapai pada tahap siap untuk dipasarkan atau disimpan.
1.
Pengeringan
Bawang
merah yang sudah dibersihkan dan dikelompokan dalam ikatan-ikatan selanjutnya
diangkut ke gudang dan digantung pada para-para. Salah satu cara yang paling
mudah untuk mengeringkan bawang merah adalah dengan menjemurnya di bawah terik
matahari. Setelah bawang merah kering biasanya dilakukan penyortiran atau
seleksi untuk memisahkan umbi bawang merah yang bagus atau cacat.
2.
Penyimpanan
bawang merah
Bawang
merah yang belum dikeringkan hanya dapat disimpan sekitar 1 minggu saja. Bawang
merah biasanya disimpan dengan menggantungkan bawang dalam ikatan pada
para-para di gudang kering dalam jumlah kecil penyimpanan dengan cara tersebut
dapat memperpanjang daya tahan bawang merah sampai 6 bulan tanpa mengalami
serangan penyakit umbi. Untuk menyinmpan bawang merah dalam jumlah yang banyak
dan dalam waktu lama di butuhkan ruang yang luas.
BAB III
PELAKSANAAN
KEGIATAN
3.1. Tempat
dan Waktu
Budidaya
tanaman bawang merah di lahan departemen hortikultura, Desa Bobojong, Kec.
Mande, Kab. Cianjur. Daerah ini memiliki jenis tanah Latosol,
ketinggiannya 220 meter di atas
permukaan laut (DPL), dan berjarak sekitar 12 km dari kota Cianjur. Kegiatan
ini berlangsung dari pertengahan November 2013 sampai akhir Maret 2014.
3.2. Alat
dan Bahan
3.2.1. Alat
Ø
Cangkul
Ø
Sprayer
Ø
Kored
Ø
Meteran
Ø
Timbangan
Ø
Sabit
Ø
Masker
Ø
Ember
Ø
Gayung
Ø
PH
meter
3.2.2. Bahan
Ø
Bibit
bawang merah varietas filipina
Ø
Pupuk
kandang
Ø Urea
Ø SP36
Ø KCL
Ø Pestisida (Fungisida, Insektisida, dan
Furadan)
Ø Air
3.3.
Pelaksanaan Kegiatan
3.3.1. Perencanaan
Perencanaan kegiatan budidaya bawang merah meliputi penyusunan
proposal yang dibimbing oleh 2 dosen per kelompok, dosen pembimbing termasuk
dosen mata kuliah produksi sayuran yang ditetapkan sesuai kompetensi
masing-masing mahasiswa.
3.3.2. Pengukuran lahan
Luas lahan yang digunakan untuk budidaya bawang merah yaitu 126,5 m2 yang terdiri dari 1
petak. Panjang bedengan petak 11.5 m2
dengan rata-rata lebar bedengan 100 cm, dan lebar parit 40 cm pada tiap
petaknya.
3.3.3. Pengukuran pH tanah
Pengukuran pH tanah menggunakan alat soil tester. Pengukuran pH
tanah dilaksanakan satu kali.
3.3.4. Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah dilakukan dengan menggunakan cangkul. Pengolahan
lahan ini meliputi pembalikan tanah, dan penggemburan tanah. Lahan yang sudah
diolah dan sudah terbentuk bedengan-bedengan kemudian digemburkan dan didiamkan
selama satu minggu.
3.3.5.
Penanaman
Penanaman
dilakukan pada akhir musim hujan, dengan jarak tanam 10-20 cm x 20 cm. Cara
penanamannya; kulit pembalut umbi dikupas terlebih dahulu dan dipisahkan
siung-siungnya. Untuk mempercepat keluarnya tunas, sebelum ditanam bibit
tersebut dipotong ujungnya hingga 1/3 bagian. Bibit ditanam berdiri diatas
bedengan sampai permukaan irisan tertutup oleh lapisan tanah yang tipis.
3.3.6.
Pemeliharaan
1.
Penyiraman dapat menggunakan gembor atau
sprinkler, atau dengan cara menggenangi air disekitar bedengan yang disebut
sistem leb. Pengairan dilakukan secara teratur sesuai dengan keperluan tanaman,
terutama jika tidak ada hujan.
2.
Pemupukan : Pupuk yang diberikan adalah pupuk
kandang, dengan dosis 10 ton/ha, pupuk buatan dengan dosis urea 100 kg/Ha, ZA
200 kg/Ha, TSP/SP-36 250 kg/ha. KCI 150 kg/ha (sesuai dengan kesuburan tanah)
3.
Penyulaman, dilakukan apabila dilapangan
dijumpai tanaman yang mati. Biasanya dilakukan paling lambat 2 minggu setelah
tanam.
4.
Pembumbunan dan penyiangan, dilakukan
bersamaan pada saat tanaman berumur 21 hari.
5.
Pengendalian OPT dilakukan tergantung pada
serangan hama dan penyakit. Hama yang menyerah tanaman bawang merah adalah ulat
tanah, ulat daun, ulat grayak, kutu daun dan Nematoda Akar.
Pengendalian Hama dilakukan dengan cara:
1. Sanitasi dan pembuangan gulma
2. Pengumpulan larva dan memusnahkan
3. Pengolahan lahan untuk membongkar persembunyian ulat
4. Penggunaan Insektisida
5. Rotasi Tanaman
Penyakit yang sering menyerang bawang merah adalh Bercak
Ungu, Embun Tepung, Busuk Leher Batang, Antraknose, Busuk Umbi, Layu Fusarium
dan Busuk Basah.
Pengendalian penyakit dilakukan dengan cara:
- Sanitasi dan pembakaran sisa tanaman yang sakit
- Penggunaan benih yang sehat
- Penggunaan fungisida yang efektif
3.3.7.
Panen
Panen dilakukan bila umbi sudah cukup umur sekitar 60 HST,
ditandai daun mulai menguning, caranya mencabut seluruh tanaman dengan
hati-hati supaya tidak ada umbi yang tertinggal atau lecet. Untuk 1 (satu)
hektar pertanaman bawang merah yang diusahakan secara baik dapat dihasilkan
10-15 ton.
3.3.8.
Pasca Panen
1.
Pengeringan umbi dilakukan dengan cara
dihamparkan merata diatas tikar atau digantung diatas para-para. Dalam keadaan
cukup panas biasanya memakan waktu 4-7 hari. Bawang merah yang sudah agak
kering diikat dalam bentuk ikatan.Proses pengeringan dihentikan apabila umbi
telah mengkilap, lebih merah, leher umbi tampak keras dan bila terkena sentuhan
terdengar gemerisik.
2.
Sortasi dilakukan setalh proses pengeringan
3.
Ikatan bawang merah dapat disimpan dalam rak
penyimpanan atau digantung dengan kadar air 80 (persen) - 85 (persen), ruang
penyimpnan harus bersih, aerasi cukup baik, dan harus khusus tidak dicampur
dengan komoditas lain.
3.4.
Jadwal Pelaksanaan
NO
|
KEGIATAN
|
APRIL 2013
|
MEI 2014
|
JUNI 2014
|
JULI 2014
|
|||||||||||||
MINGGU
|
I
|
II
|
III
|
IV
|
I
|
II
|
III
|
IV
|
I
|
II
|
III
|
IV
|
I
|
II
|
III
|
IV
|
||
A.
|
Persiapan On Farm
|
|||||||||||||||||
1.
|
Penyusunan Proposal
|
√
|
||||||||||||||||
B.
|
Persiapan Lahan
|
|||||||||||||||||
1.
|
Sanitasi & Pengolahan tanah
|
√
|
||||||||||||||||
2.
|
Pembuatan bedengan
|
√
|
||||||||||||||||
3.
|
Pemupukan dasar
|
√
|
||||||||||||||||
4.
|
Pemasangan mulsa
|
√
|
||||||||||||||||
5.
|
Pembuatan lubang tanam
|
√
|
||||||||||||||||
B.
|
Penanaman
|
|||||||||||||||||
1.
|
Penanaman
|
√
|
||||||||||||||||
2.
|
Penyulaman
|
√
|
||||||||||||||||
C.
|
Pemupukan Susulan
|
|||||||||||||||||
1.
|
Pemupukan Urea+SP-36+KCl
|
√
|
√
|
|||||||||||||||
D.
|
Penyiraman
|
|||||||||||||||||
1.
|
Penyiraman (air hujan)
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
||||||
E.
|
Pemeliharaan
|
|||||||||||||||||
1.
|
Pengendalian
hama penyakit (Penyemprotan)
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
||||||
2.
|
Pewiwilan
|
√
|
||||||||||||||||
3.
|
Penyiangan
|
√
|
√
|
√
|
||||||||||||||
4.
|
Pembumbunan
|
√
|
√
|
|||||||||||||||
F.
|
Pemanenan
|
|||||||||||||||||
1.
|
Panen dan Pasca Panen
|
|||||||||||||||||
G.
|
Pelaporan
|
|||||||||||||||||
1.
|
PBL (Problem Based Learning) dengan persentasi perkelompok
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
||||||||||||
2.
|
Penilaian
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
DAFTAR PUSTAKA
Bina Karya Tani. 2008. Pedoman Bertanam Bawang Merah. Yrama
Widya : Bandung.
Jones, H.A. and L.K. Mann. 1963. Allium
cepa L. cv. Group Ageratum In Plant Resources of South East Asia. 8.
Vegetables. Prosca. P. : 64-48.
Permadi, A.H. 1995. Pemuliaan Bawang Merah. Dalam Teknologi
produksi bawang merah. Pusat penelitian dan pengembangan hortikultura. Badan
Litbang Pertanian.
Sartono
Putrasamedja dan Suwandi. 1996. Bawang
Merah Di Indonesia. Bandung: balai penelitian tanaman sayuran
Samadi,
Budi dan Bambang Cahyono.1996. Intensivikasi
Budidaya Bawang Merah. Kanisus: Yogyakarta
LAMPIRAN 1
ANALISI USAHA
Nama
Barang
|
Harga
|
Jumlah
|
|
A.Sarana
Produksi
|
|||
1.
Pestisida
|
|||
-
Fungisida
Antracol
|
250
gr
|
@
Rp. 30.000/gr
|
Rp.
30.000,-
|
-
Insektisida
decis
|
100 ml
|
@Rp.17.000/ml
|
Rp. 17.000,-
|
-
Furadan
|
1 kg
|
@
Rp. 12.000/kg
|
Rp.
12.000,-
|
2.
Pemupukan
|
|||
-
Pupuk
kandang
|
50 kg
|
@Rp.8.000/25kg
|
Rp.
16.000,-
|
-
Urea
|
3 kg
|
@
Rp.2.500/kg
|
Rp.
7.500,-
|
-
Sp36
|
10 kg
|
@
Rp.3.000/kg
|
Rp. 30.000,-
|
-
KCl
|
6 kg
|
@
Rp.2.500/kg
|
Rp.
15.000,-
|
3.
Benih
|
6,3 kg
|
@
Rp.15 .000/kg
|
Rp.
100.000,-
|
4.
Tali
rapia
|
1 rol
|
@
Rp.10.000,-
|
Rp.
10.000,-
|
5.
Sewa peralatan
|
|||
-
cangkul
|
3
buah
|
@
Rp.5.000,-
|
Rp.
15.000,-
|
-
coret
|
3 buah
|
@ Rp.5.000,-
|
Rp.
15.000,-
|
-
Sepreyer (knapsack)
|
1 buah
|
@ Rp.25.000,-
|
Rp.
25.000,-
|
-
Timba
(ember)
|
2 buah
|
@ Rp.2.000,-
|
Rp. 4.000,-
|
6.
Mulsa
|
100
m
|
@
Rp.1.000,-
|
Rp.100.000,-
|
Total
Biaya Sarana Produksi
|
Rp.396.500,-
|
||
B. Biaya Tenaga Kerja
|
|||
|
3 HKP / 1
hari
|
@ Rp.25.000,-/ hari
|
Rp.
75.000,-
|
Total biaya tenaga kerja
|
Rp.75.000,-
|
||
Total
Biaya Produksi
|
Rp.471.500 ,-
|
No comments:
Post a Comment