Monday, 14 April 2014

Proposal Budidaya Tanaman Bawang Merah

BAB I
PENDAHULUAN

1.1      Latar belakang

Bawang merah dalam bahasa Sunda dinamakan “bawang beureum” dan dalam bahasa Jawa disebut “brambang”, sedangkan dalam bahasa Inggris disebut “shallot”. Bawang merah merupakan salah satu jenis sayuran yang digunakan sebagai bahan/bumbu penyedap makanan sehari-hari dan juga biasa dipakai sebagai obat tradisional atau bahan untuk industri makanan yang saat ini berkembang dengan pesat. (anaktptph-agriculture.blogspot.com.2014)


Bawang merah (Allium cepa var. ascalonicum) menurut sejarah awalnya tanaman ini memiliki hubungan erat dengan bawang bombay (Allium cepa L.), yaitu merupakan salah satu bentuk tanaman hasil seleksi yang terjadi secara alami terhadap varian-varian dalam populasi bawang bombay (Permadi 1995). Penyebaran alami tanaman bawang merah berkembang dari daerah asalnya yaitu dimulai dari Tazhikistan, Afganistan dan Iran (Jones dan Mann 1963). Tanaman tersebut menyebar di dunia, mulai dari Eropa sampai sekarang ditemukan di daerah ekuator sampai jauh ke Utara dan Selatan pusat polar. Di daerah tropik, bawang merah dominan dibudidayakan di dataran rendah pada 10° Lintang Utara dan 10° Lintang Selatan.

Di Indonesia, bawang merah berkembang dan diusahakan petani mulai di dataran rendah sampai dataran tinggi. Sistem budidayanya merupakan perkembangan dari cara-cara tradisional yang bersifat subsisten ke cara budidaya intensif dan berorientasi pasar. Produksi bawang merah sampai saat ini memang belum optimal dan masih tercermin dalam keragaman cara budidaya yang bercirikan spesifik agroekosistem tempat bawang merah diusahakan.

bawang merah pada dasarnya hanya terjadi di daerah sentra produksi yang telah maju seperti di daerah Brebes Jawa Tengah dengan rataan produktivitas telah mencapai 9,2 ton/ha dibandingkan dengan rataan nasional 7,67 t/ha bawang merah (BPS 1994). Oleh karena itulah dalam mata kuliah produksi tanaman sayuran 2 ini kami membudidayakan bawang merah.

1.2      Tujuan

1.   Untuk mengetahui cara budidaya tanaman bawang merah.
2.   Untuk menunjang pengetahuan dalam budidaya tanaman sayuran umbi pada khusunya.
3.   Untuk mengetahui kendala-kendala/permasalahan dalam teknik budidaya dan penyelesaiannya.






BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Deskripsi

Tanaman bawang merah diyakini berasal dari daerah Asia tengah, yakni sekitar Banglades, India, dan Pakistan. Bawang merah dapat dikatakan sudah dikenal oleh masyarakat sejak ribuan tahun yang lalu, pada zaman Mesir kuno sudah banyak orang menggunakan bawang merah untuk pengobatan.

Masyarakat Indonesia mengenal bawang sebagai salah satu bahan yang tidak dapat dipisahkan dari masakan makanan sehari-hari, selalu menggunakan bumbu bawang merah atau bawang putih. Dapat dikatakan bahwa seluruh masyarakat Indonesia mengenal bawang merah ini.

Adapun klasifikasi botani tanaman bawang merah adalah sebagai berikut :
Divisi          : Spermatophyta
Subdivisi    : Angiospermae
Class         : monocotyledonae
Ordo          : Liliales
Famili        : Liliaceae
Genus       : Allium
Spesies     : Allium ascalonium L.

2.2   Syarat tumbuh

Syarat tumbuh tanaman bawang merah sebagai berikut:
a.   Tanah
Tanaman bawang merah dapat tumbuh baik di sawah, tanah tegalan atau pekarangan, asalkan keadaan tanahnya subur, gembur dan banyak mengandung bahan organik atau humus, dan mudah mengikat air serta mempunyai aerasi ( peredaran oksigen) yang baik. Jenis tanah yang paling cocok untuk bawang merah adalah tanah jenis lempung berpasir atau lempung berdebu karena tanah jenis ini mempunyai aerasi dan drainase (pengairan) cukup baik.

Menurut Spur Way ( 1941) tanaman bawang merah akan tumbuh baik pada tanah dengan pH optimum 5,8-7,0 tetapi bawang merah masih toleran terhadap tanah dengan pH 5,5.

b.   Iklim
Bawang merah dapat tumbuh di dataran rendah sampai dataran tinggi yakni pada ketinggian antara 0-900 m diatas permukaan laut. Tanaman bawang merah sangat bagus dan memberikan hasil optimum, baik kualitas maupun kuantitas, apabila ditanam didaerah dengan ketinggian sampai dengan 250 m diatas permukaan laut.

Curah hujan yang sesuai untuk pertumbuhan bawang merah adalah antara 300-2500 mm per tahun, dengan intensitas cahaya matahari penuh lebih dari 14 jam sehari Bawang merah sangat cocok ditanam di daerah yang suhu udaranya hangat-hangat panas, kering dan cerah. Suhu udara yang ideal untuk tanaman bawang merah antara 250-300 C. dan kelembaban udara (nisbi) yang dikehendaki bawang merah antara 80%-90%.

Angin merupakan faktor iklim yang juga berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman bawang merah. System perakaran tanaman bawang merah yang sangat dangkal, maka angina kencang yang berhembus terus-menerus secara langsung dapat menyebabkan kerusakan tanaman, terutana tanaman seringkali roboh.

2.3. Budidaya Bawang Merah

a)  Pengolahan tanah
Pengolahan tanah adalah kegiatan mengolah tanah untuk menciptakan media tanam yang sesuai dengan kondisi lingkungan, terutama sifat fisik tanah yang dikehendaki oleh tanaman untuk tumbuh dan berkembang.

Mula-mula tanah dibajak sedalam 20-30 cm dengan traktor atau bajak tradisional, setelah dibajak, tanah dibiarkan selama 5-7 hari agar bongkahan-bongkahan akibat pembajakan, mendapat cukup angina dan sinar matahari secara langsung sehingga berbagai macam pathogen tanah mati. Selain itu zat-zat racun yang berada di dalam tanah menguap atau teroksidasi, sehingga tidak membahayakan tanaman yang hendak dibudidayakan. Pengolahan selanjutnya, tanah diratakan  sekaligus bongkahan-bongkahan dihancurkan dengan cangkul, lalu dibiarkan selama 7 hari agar tanah menjadi kering. Setelah itu, dicangkul lagi agar diperoleh struktur yang gembur.

b)    Pembuatan bedengan
Ada dua faktor penting yang harus diperhatikan dalam membuat bedengan, yaitu ukuran dan arah bedengan.
1)     Ukuran bedengan
Bedengan sebagai tempat penanaman, sebaiknya dibuat dengan lebar 80-100 cm. panjang bedengan disesuaikan dengan lahan setempat, sedang tingginya dibuat sekitar 30-50 cm, dengan kedalaman 20-30 cm.
2)     Arah bedengan
Arah bedengan berpengaruh terhadap penyebaran sinar matahari keseluruh tanaman. Agar seluruh tanaman memperoleh sinar matahari secara merata, maka bedengan dibuat membujur arah Timur-Barat.

c)    Pupuk kandang
Bedengan yang telah bersih dari rumput diberi pupuk kandang sebanyak 15-20 ton per hektar yang ditaburkan dipermukaan bedengan secara merata. Setiap 1m2 lahan memerlukan pupuk kandang sebanyak 1,5-2 kg.

d)    Sleksi bibit
Sleksi bibit merupakan langkah awal yang sangat menentukan keberhasilan panen. Bibit bawang merah yang belum cukup umur, kecil, dan keriput akan menyebabkan tanaman tumbuh lambat, lemah, dan hasil umbinya kecil-kecil. Untuk mendapatkan bibit yang berkualitas, pemilihan bibit harus memperhatikan syarat-syarat sebagai berikut:
1.     cukup umur tanam (>65 hari)
2.     cukup umur simpan (30-60 hari)
3.     umbi padat
4.     tidak luka dan warnanya berkilau
5.     untuk ukuran umbi sedang (diameter umbi 1,5-1,8 cm)

e)     perlakuan bibit
sehari bsebelum tanam, umbi bibit dipotong sepertiga bagian dari ujungnya dengan hati-hati, kemudian dimasukan kedalam larutan atonik yang telah diencerkan sesuai dosis yang dianjurkan selama 5-10 menit, dan ditiriskan ditempat yang kering(dikering-anginkan), atau benih direndam dengan air hangat suam-suam kuku selama 30 menit bisa juga dalam larutan fungisida proparmokab hidroklorida (1 ml/l selama 5 menit lalu dititriskan media semai disemprot dengan larutan fungisida proparmokab hidroklorida dengan dosis sama

f)     Penanaman
Satu hari sebelum tanam, bedengan dibasahi. Setelah agak kering, buatlah guritan-guritan sejajar dengan lebar bedengan sedalam  2-3 cm. setelah itu bibit dibenamkan dalam guritan dengan posisi tegak dan agak ditekan sedikit ke bawah, kemudian ditutup dengan tanah tipis-tipis. Jarak tanam sangat bervariasi  antara 15x20 cm atau 20x20 cm.
1-2 hari sebelum ditanam benih bawang merah ditaburi fungisida untuk mencegah penyakit layu fusarium. setiap 100 kg benih bawang merah ditaburi dengan 100 g fungisida

g)     Pemeliharaan tanaman
1.   Pengairan
Pengairan yang kontiniu dalam pemeliharaan tanman bawang merah sangat penting. Pengairan dilakukan secara rutin sekali atau dua kali dalam sehari, bergantung opada keadaan tanah atau musim. Air merupakan kebutuhan utama bagi tanaman bawang merah. Tanaman bawang merah memerlukan air dalam jumlah banyak  tetapi tidak boleh tergenang. Penyiraman pada bawang merah diantaranya :
a.    0-5 hst, 2x per hari (pagi dan sore hari)
b.    6-25 hst, 1x per hari (pagi hari)
c.    25-50 hst, 2x per hari (pagi dan sore hari
d.    >50 hari, 1x per hari (siang hari)

2.    Penyiangan
Gulma yang tumbuh disekitar tanaman bawang merah dilahan pertanaman perlu diberantas. Selain menjadi sarang hama dan penyakit, juga merupakan pesaing dalam kebutuhan unsur hara dan air. Pada dasarnya ada tiga cara pemberantasan gulma, yaitu secara mekanis (manual), kimiawi, dan biologis.
v  Pemberantasan gulma secara mekanis (manual) adalah pemberantasan dengan menggunakan alat dan tenaga secara langsung. alat yang digunakan antara lain sabit, cangkul, dan garpu. Pemberantasan mekanis dapat dilakukan dengan cara penyiangan bersih pada daerah sekitar tanaman.
v  Pemberantasan gulma secara kimiawi dilakukan dengan menggunakan herbisida. Keuntungan cara ini adalah dapat menghemat tenaga. Namun, cara ini dapat juga mengganggu organisme lain dan kelestarian alam.
v  Pemberantasan gulma secara biologi adalah dengan menggunakan tumbuh-tumbuhan atau organisme tertentu yang bertujuan untuk mengurangi pengaruh buruk dari gulma.
Bersamaan dengan penyiangan sekaligus diadakan penggemburan tanah disekeliling tajuk tanaman secara hati-hati agar tidak sampai merusak umbinya. Penyiangan dapat dilakukan setiap waktu, bergantung pada keadaan pertumbuhan gulma. tapi untuk menghemat Tenaga dan waktu sebaiknya penyiangan dilakukan persis sebelum waktu pemupukan dilakukan.



3.    Penyulaman
Penyulaman adalah kegiatan untuk mengganti tanaman yang mati, rusak atau yang pertumbuhanya tidak normal. Penyulaman  biasanya dilakukan 1 minggu setelah tanam karena pada saat itu sudah dapat terlihat adanya tanaman yang pertumuhanya tidak normal. Bibit yang digunakan untuk penyulaman adalah bibit yang sengaja disisakan atau dibiarkan tumbuh pada lahan pembibitan sebagai bibit cadangan. Bibit yang digunakan untuk pengulaman adalah bibit yang sama umurnya dengan tanaman yang tidak disulam, sehingga pertumbuhan semua tanaman seragam.

4.    Pemupukan
Salah satu tindakan perawatan tanaman yang berpengaruh besar terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman adalah pemupukan. Pemupukan bertujuan untuk menambah ketersediaan unsur hara didalam tanah terutama agar tanaman dapat menyerapnya sesuai dengan kebutuhan tanamn itu sendiri.
·      Cara pemupukan
Pemupukan dilakukan dalam dua tahap yaitu sebelum penanaman sebagai pupuk dasar dan sesudah penanaman sebagai pupuk susulan. Untuk pupuk dasarnya, biasanya digunakan pupuk kandang atau kompos yang sudah jadi. saat menelang tanaman mulai dalam proses pembentukan umbi diberi pupuk buatan, misalntya pupuk urea dan Za pupuk TSP, dan KCL. Pupuk  susulan tersebut diberikan dengan cara menaburkanya diantara barisan tanaman kira-kira 5-10 cm dari tanaman. dapat juga dibenamkan dalam alur yang dibuat diantara barisan tanaman dengan jarak sekitar 10 cm dari tanaman.

5.    Pengendalian hama dan penyakit pada tanaman bawang merah
Pengamatan OPT dilakukan 5-7 hst dengan interpal 3-4 hari, Pengendalian hama dan penyakit pada tanaman bawang merah diantaranya :

1.   Hama yang menyerang tanaman bawang merah :
·     Hama gurem (Thrips atau Myten)
Gejala : daun dewasa yang baru mengalami serangan terlihat adanya bercak-bercak yang mengkilau dan luka bekas gigitan yang berwarna putih, bercak-bercak mengkilau makin lama makin mengumpul menjadi satu dan warna daunnya menjadi abu-abu mengkilat seperti warna perak, akhirnya pucuk daun yang diserang menjadi terkulai jatuh, sementara bintik-bintik putih yang terlihat pada daun lama-kelamaan menering. Biasanya hama ini menyerang daun bawang merah dimulai dari ujungnya.
Cara pengendaliannya : penyemprotan pestisida, atau areal lahan pertanaman dapat disemprot dengan campuran copper fungisida dan dieldrin.

·     Ulat tanah (Agrotis ipsilon)
Gejala : pada pangkal batang menunjukkan adanya bekas gigitan atau bahkan terpotong sehngga tanaman rebah, bekas potongan-potongan akar tersebut berada disekitarnya, pada serangan yang hebaat ulat ini memakn umbi tanaman sehingga berlubang.
Cara pengendaliannya : penyemprotan seminggu sekali dengan obat bayrusil 0,2 %, nemagon disemprotkan 20-30 liter/ha dan furadan 3 G sebanyak 55-65 kg/ha.

·     Ulat daun (Spodoptera exigua Hbn.)
Gejala : ulat ini menyerang daun dengan mumelubangi bagian ujung daun daun lalu masuk kedalam daun bawang, ujung daun bawang tampak terpotong-potong dan daun bawang terlihat menerawang tembus cahaya atau terlihat bercak-bercak putih pada ujung dan pinggir daun terlihat bervariatif.
Cara pengendaliannya : penyemprotan dengan pestisida.



·     Siput (Achatina fulica)
Gejala : terdapat bekas gigitan pada daun tanaman yang terserang, sekeliling tanaman yang terserang biasanya terdapat kotoran siput yang berwarna hitam.
Cara pengendaliannya : secara mekanik yaitu diambil langsung, menaburkan kapur diseliling tanaman, dan memberi umpan yang merupakan campuran antara metadex dan bekatul dengan perbandingan 1:20.

·     Kutu pucuk
Gejala : pucuk tanaman yang terserang mati, pertumbuhan tanaman menjadi terhambat.
Cara pengendalian : penyemprotan dengan polidol dan dieldrin.

2.   Penyakit yang menyerang tanaman bawang merah :
·     Penyakit jamur (Fhythophthora infestans)
Gejala : pada daun terdapat bercak-bercak coklat kehitam-hitaman makin lama makin meluas, pada serangan lanjut daunnya mongering dan ada juga yang membusuk.
Cara pengendalian : penyemprotan fungisida.

·     Penyakit layu
Gejala : tanaman kelihatan layu, pertumbuhannya tidak sempurna, biasanya tanaman tumbuh kerdil dan hidupnya merana.
Cara pengendalian : tanaman diusahakan agar jangan sampai terjadi luka, benih tanaman didesinveksi dengan air panas bersuhu 55 0C selama 10-17 menit dan tanaman yang terserang dicabut kemudian dibakar.

·     Penyakit akar
Gejala : adanya tanaman yang terserang layu kemudian mati.
Cara pengendalian : dicabut dan dimusnahkan dengan membakarnya.

·     Penyakit virus (Mozaik)
Gejala : tanaman yang terserang penyakit virus memperlihatkan gejala mozaik dan bintik-bintik klorotik pada permulaan serangan, selanjutnya daun berubah menggulung kebawah dan samping tetapi akhirnya daun-daun berikutnya yang terserang berkerut dan rapuh.
Cara pencegahan : menanam tanaman bawang merah tidak pada musim hujan, segera dicabut dan dibakar.

·     Penyakit bakteri (Xanthomonas Solanacearum)
Gejala : bila tanaman dicabut kemudian batangnya dipijar, akan keluar cairan seperti susu, tanaman seluruhnya layu seperti tersiram air panas.
Cara pengendalian : tanaman yang sakit segera dicabut dan dimusnahkan.

·     Penyakit bercak ungu (Alternaria porri)
Gejala : adanya bercak berwarna ungu dan terdapat lingkaran-lingkaran konsentris ditengahnya, dan dapat ditemukan pada seluruh dan dari pangkal sampai ujung.
Cara pengendalian : penyemprotan fungisida.

6.   Panen dan pasca panen
a.    Panen
pemanenan bawang merah untuk keperluan konsumsi dipanen pada usia 50-55 hari untuk benih 60-70 hari ciri-ciri fisik tanaman bawang merah yang siap di penen sebagai berikut:
1.   Pangkal daun sudah lemas
2.   Daun berwarna kuning(70-80 %)
3.   Umbi penuh dan kompak
4.   Sebagian umbi muncul kepermukaan tanah
5.   Umbi berwarna merah tua
6.   Sebagian besar tanaman (>80%) daun telah rebah

b.   Pasca panen
Penanganan hasil panen adalah suatu rangkaian kegiatan yang dimulai dari pengumpulan hasil panen samapai pada tahap siap untuk dipasarkan atau disimpan.
1.    Pengeringan
Bawang merah yang sudah dibersihkan dan dikelompokan dalam ikatan-ikatan selanjutnya diangkut ke gudang dan digantung pada para-para. Salah satu cara yang paling mudah untuk mengeringkan bawang merah adalah dengan menjemurnya di bawah terik matahari. Setelah bawang merah kering biasanya dilakukan penyortiran atau seleksi untuk memisahkan umbi bawang merah yang bagus atau cacat.
2.    Penyimpanan bawang merah
Bawang merah yang belum dikeringkan hanya dapat disimpan sekitar 1 minggu saja. Bawang merah biasanya disimpan dengan menggantungkan bawang dalam ikatan pada para-para di gudang kering dalam jumlah kecil penyimpanan dengan cara tersebut dapat memperpanjang daya tahan bawang merah sampai 6 bulan tanpa mengalami serangan penyakit umbi. Untuk menyinmpan bawang merah dalam jumlah yang banyak dan dalam waktu lama di butuhkan ruang yang luas.






BAB III
PELAKSANAAN KEGIATAN

3.1.    Tempat dan Waktu
Budidaya tanaman bawang merah di lahan departemen hortikultura, Desa Bobojong, Kec. Mande, Kab. Cianjur. Daerah ini memiliki jenis tanah Latosol, ketinggiannya  220 meter di atas permukaan laut (DPL), dan berjarak sekitar 12 km dari kota Cianjur. Kegiatan ini berlangsung dari pertengahan November 2013 sampai akhir Maret 2014. 

3.2.     Alat dan Bahan
3.2.1.    Alat


Ø  Cangkul
Ø  Sprayer
Ø  Kored
Ø  Meteran
Ø  Timbangan

Ø  Sabit
Ø  Masker
Ø  Ember
Ø  Gayung
Ø  PH meter


3.2.2.    Bahan
Ø  Bibit bawang merah varietas filipina
Ø  Pupuk kandang
Ø  Urea
Ø  SP36
Ø  KCL
Ø  Pestisida (Fungisida, Insektisida, dan Furadan)
Ø  Air








3.3.        Pelaksanaan Kegiatan
3.3.1.    Perencanaan
Perencanaan kegiatan budidaya bawang merah meliputi penyusunan proposal yang dibimbing oleh 2 dosen per kelompok, dosen pembimbing termasuk dosen mata kuliah produksi sayuran yang ditetapkan sesuai kompetensi masing-masing mahasiswa.

3.3.2.    Pengukuran lahan
Luas lahan yang digunakan untuk budidaya bawang merah  yaitu 126,5 m2 yang terdiri dari 1 petak.  Panjang bedengan petak 11.5 m2 dengan rata-rata lebar bedengan 100 cm, dan lebar parit 40 cm pada tiap petaknya.

3.3.3.    Pengukuran pH tanah
Pengukuran pH tanah menggunakan alat soil tester. Pengukuran pH tanah dilaksanakan satu  kali.

3.3.4.    Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah dilakukan dengan menggunakan cangkul. Pengolahan lahan ini meliputi pembalikan tanah, dan penggemburan tanah. Lahan yang sudah diolah dan sudah terbentuk bedengan-bedengan kemudian digemburkan dan didiamkan selama satu minggu.

3.3.5.    Penanaman
Penanaman dilakukan pada akhir musim hujan, dengan jarak tanam 10-20 cm x 20 cm. Cara penanamannya; kulit pembalut umbi dikupas terlebih dahulu dan dipisahkan siung-siungnya. Untuk mempercepat keluarnya tunas, sebelum ditanam bibit tersebut dipotong ujungnya hingga 1/3 bagian. Bibit ditanam berdiri diatas bedengan sampai permukaan irisan tertutup oleh lapisan tanah yang tipis.



3.3.6.    Pemeliharaan
1.      Penyiraman dapat menggunakan gembor atau sprinkler, atau dengan cara menggenangi air disekitar bedengan yang disebut sistem leb. Pengairan dilakukan secara teratur sesuai dengan keperluan tanaman, terutama jika tidak ada hujan.
2.      Pemupukan : Pupuk yang diberikan adalah pupuk kandang, dengan dosis 10 ton/ha, pupuk buatan dengan dosis urea 100 kg/Ha, ZA 200 kg/Ha, TSP/SP-36 250 kg/ha. KCI 150 kg/ha (sesuai dengan kesuburan tanah)
3.      Penyulaman, dilakukan apabila dilapangan dijumpai tanaman yang mati. Biasanya dilakukan paling lambat 2 minggu setelah tanam.
4.      Pembumbunan dan penyiangan, dilakukan bersamaan pada saat tanaman berumur 21 hari.
5.      Pengendalian OPT dilakukan tergantung pada serangan hama dan penyakit. Hama yang menyerah tanaman bawang merah adalah ulat tanah, ulat daun, ulat grayak, kutu daun dan Nematoda Akar.

Pengendalian Hama dilakukan dengan cara:
1.      Sanitasi dan pembuangan gulma
2.      Pengumpulan larva dan memusnahkan
3.      Pengolahan lahan untuk membongkar persembunyian ulat
4.      Penggunaan Insektisida
5.      Rotasi Tanaman
Penyakit yang sering menyerang bawang merah adalh Bercak Ungu, Embun Tepung, Busuk Leher Batang, Antraknose, Busuk Umbi, Layu Fusarium dan Busuk Basah.
Pengendalian penyakit dilakukan dengan cara:
-       Sanitasi dan pembakaran sisa tanaman yang sakit
-       Penggunaan benih yang sehat
-       Penggunaan fungisida yang efektif


3.3.7.    Panen
Panen dilakukan bila umbi sudah cukup umur sekitar 60 HST, ditandai daun mulai menguning, caranya mencabut seluruh tanaman dengan hati-hati supaya tidak ada umbi yang tertinggal atau lecet. Untuk 1 (satu) hektar pertanaman bawang merah yang diusahakan secara baik dapat dihasilkan 10-15 ton.

3.3.8.    Pasca Panen
1.    Pengeringan umbi dilakukan dengan cara dihamparkan merata diatas tikar atau digantung diatas para-para. Dalam keadaan cukup panas biasanya memakan waktu 4-7 hari. Bawang merah yang sudah agak kering diikat dalam bentuk ikatan.Proses pengeringan dihentikan apabila umbi telah mengkilap, lebih merah, leher umbi tampak keras dan bila terkena sentuhan terdengar gemerisik.
2.    Sortasi dilakukan setalh proses pengeringan
3.    Ikatan bawang merah dapat disimpan dalam rak penyimpanan atau digantung dengan kadar air 80 (persen) - 85 (persen), ruang penyimpnan harus bersih, aerasi cukup baik, dan harus khusus tidak dicampur dengan komoditas lain.



3.4.        Jadwal Pelaksanaan
NO
KEGIATAN
APRIL 2013
MEI 2014
JUNI 2014
JULI 2014
   MINGGU
I
II
III
IV
I
II
III
IV
I
II
III
IV
I
II
III
IV

A.
Persiapan On Farm
1.
Penyusunan Proposal
















B.
Persiapan Lahan
1.
Sanitasi & Pengolahan tanah
















2.
Pembuatan bedengan
















3.
Pemupukan dasar
















4.
Pemasangan mulsa
















5.
Pembuatan lubang tanam
















B.
Penanaman
1.
Penanaman
















2.
Penyulaman
















C.
Pemupukan Susulan
1.
Pemupukan Urea+SP-36+KCl















D.
Penyiraman
1.
Penyiraman (air hujan)






E.
Pemeliharaan
1.
Pengendalian hama penyakit (Penyemprotan)






2.
Pewiwilan
















3.
Penyiangan














4.
Pembumbunan















F.
Pemanenan
1.
Panen dan Pasca Panen

















G.
Pelaporan
1.
PBL (Problem Based Learning) dengan persentasi perkelompok












2.
Penilaian








DAFTAR PUSTAKA

Bina Karya Tani. 2008. Pedoman Bertanam Bawang Merah. Yrama Widya : Bandung.
Jones, H.A. and L.K. Mann. 1963. Allium cepa L. cv. Group Ageratum In Plant Resources of South East Asia. 8. Vegetables. Prosca. P. : 64-48.
Permadi, A.H. 1995. Pemuliaan Bawang Merah. Dalam Teknologi produksi bawang merah. Pusat penelitian dan pengembangan hortikultura. Badan Litbang Pertanian.
Sartono Putrasamedja dan Suwandi. 1996. Bawang Merah Di Indonesia. Bandung: balai penelitian tanaman sayuran
Samadi, Budi dan Bambang Cahyono.1996. Intensivikasi Budidaya Bawang Merah. Kanisus: Yogyakarta




















LAMPIRAN 1
ANALISI USAHA
Nama Barang

Harga
Jumlah
A.Sarana Produksi



1.   Pestisida



-       Fungisida Antracol
250 gr
@ Rp. 30.000/gr
Rp. 30.000,-
-       Insektisida decis
 100 ml
@Rp.17.000/ml
Rp. 17.000,-
-       Furadan
 1 kg
@ Rp. 12.000/kg
Rp. 12.000,-
2.   Pemupukan



-       Pupuk kandang
 50 kg
@Rp.8.000/25kg
Rp. 16.000,-
-       Urea
 3 kg
@ Rp.2.500/kg
Rp. 7.500,-
-       Sp36
 10  kg
@ Rp.3.000/kg
Rp. 30.000,-
-       KCl
 6 kg
@ Rp.2.500/kg
Rp. 15.000,-
3.   Benih
 6,3 kg
@ Rp.15 .000/kg
Rp. 100.000,-
4.   Tali rapia
 1 rol
@ Rp.10.000,-
Rp. 10.000,-
5.   Sewa peralatan



-       cangkul
3 buah
@ Rp.5.000,-
Rp. 15.000,-
-       coret
3 buah
@ Rp.5.000,-
Rp. 15.000,-
-       Sepreyer (knapsack)
1 buah
@ Rp.25.000,-
Rp. 25.000,-
-       Timba (ember)
2 buah
@ Rp.2.000,-
Rp.  4.000,-
6.               Mulsa
100 m
@ Rp.1.000,-
Rp.100.000,-
Total Biaya Sarana Produksi


Rp.396.500,-
B. Biaya Tenaga Kerja



  1. Pengelolahan lahan, pembuatan bedengan, pemupukan dasar
3 HKP / 1 hari
@ Rp.25.000,-/ hari
Rp. 75.000,-
Total biaya tenaga kerja


Rp.75.000,-
Total Biaya Produksi


Rp.471.500 ,-



No comments:

Post a Comment