A.
Teknik
Budidaya Tanaman Jagung (Zea mays L)
Jagung
merupakan komoditi tanaman pangan kedua terpenting setelah padi yang
akhir-akhir ini semakin meningkat pula. Berbagai usaha telah dilakukan untuk
meningkatkan produksi benih jagung nasional dan tampaknya telah membawa hasil
yang nyata.
1.
Isolasi
Lahan yang hendak ditanami jagung harus
terbebas dari tanaman jagung varietas lain, guna menjamin kemurnian bibit yang
dihasilkan ke depannya. Proses isolasi ini terbagi menjadi dua cara, yakni
isolasi waktu (terkait dengan masa tanam jagung manis dengan masa tanam jagung
dari varietas lain) selama kira-kira 80-150 hari, dan isolasi jarak (terkait
jarak minimal lokasi penanaman jagung manis dengan lokasi tanam jagung dari
varietas lain) yakni sekitar 400 m.
2.
Persiapan Lahan
Persiapan
lahan bertujuan untuk memperbaiki kondisi tanah, dan memberikan kondisi
menguntungkan bagi pertumbuhan akar. Melalui pengolahan tanah, drainase dan
aerasi yang baik akandidapatkan
media yang cocok untuk perkembangan dan pertumbuhan akar, selain mengurangi
kemunculan gulma dan memperbaiki aliran udara di dalam tanah. Tanah diolah pada kondisi
lembab tetapi tidak terlalu basah.
Setiap 4 meter, hendaknya dibuatkan
got dengan fungsi untuk drainase dan jalur irigasi. Kegiatan ini setidaknya dilakukan 15
hari menjelang masa tanam. Namun, penanaman tanpa adanya olah tanah (TOT) dapat
juga dilakukan guna mengejar masa tanam asalkan pembersihan lahan tetap dijaga
guna meminimalisir serangan penyakit atau hama dari sisa tanaman sebelumnya.
3.
Penanaman
Lubang
tanam dibuat dengan alat tugal. Kedalaman lubang perlu di perhatikan
agar benih tidak terhambat pertumbuhannya. Kedalaman lubang tanam antara:
3-5 cm, dan tiap lubang hanya diisi 1 butir benih. Kedalaman lubang tanam
yaitu antara 3-5 cm.
Tanaman
ini tidak dapat tumbuh dengan baik pada saat air kurang atau saat
air berlebihan. Pada waktu musim penghujan atau waktu musim hujan
hampir berakhir, benih jagung ini dapat ditanam. Tetapi air hendaknya
cukup tersedia selama pertumbuhan tanaman jagung. Pada saat penanaman sebaiknya
tanah dalam keadaan lembab dan tidak tergenang. Apabila tanah kering,
perlu diairi dahulu.
4.
Pemupukan
Pupuk yang diberikan adalah kombinasi
ZA : SP-36 : KCl menggunakan perbandingan dosis 280 : 210 : 35 per-hektarnya.
Pemupukan menggunakan pupuk kombinasi ini dilakukan melalui tiga aplikasi
secara berturut-turut:
a. Umur 0 hst menggunakan dosis ZA :
SP-36 : KCl dengan perbandingan 70 : 140 : 35 yang diterapkan dengan tugal
berjarak 5 cm dari lokasi lubang kemudian ditutup lagi.
b. Umur 15 hst menggunakan dosis ZA :
SP-36 dengan perbandingan 70 : 70 ryang diterapkan melalui penugalan 10 cm dari
lokasi lubang tanam kemudian ditutup lagi.
c. Umur 45 hst menggunakan dosis ZA
hingga 140 kg yang diterapkan dengan cara digejik sejauh 10 cm dari lokasi
lubang tanam kemudian ditutup lagi.
5.
Pengendalian Gulma
Keberhasilan
pengendalian gulma merupakan salah satu faktor penentu tercapainya tingkat
hasil jagung yang tinggi. Gulma dapat dikendalikan melalui berbagai aturan dan
karantina; secara biologi dengan menggunakan organisme hidup; secara fisik
dengan membakar dan menggenangi, melalui budidaya dengan pergiliran tanaman,
peningkatan daya saing dan penggunaan mulsa; secara mekanis dengan mencabut,
membabat, menginjak, menyiang dengan tangan, dan mengolah tanah dengan
alat mekanis bermesin dan nonmesin, secara kimiawi menggunakan herbisida. Gulma
pada pertanaman jagung umumnya dikendalikan dengan cara mekanis dan kimiawi.
Pengendalian gulma secara kimiawi berpotensi merusak lingkungan sehingga perlu
dibatasi melalui pemaduan dengan cara pengendalian lainnya.
6.
Penjarangan dan Penyulaman
Dengan
penjarangan maka dapat ditentukan jumlah tanaman per lubang sesuai dengan
yang dikehendaki. Apabila dalam 1 lubang tumbuh 3 tanaman, sedangkan yang
dikehendaki hanya 1, maka tanaman tersebut harus dikurangi. Tanaman yang
tumbuhnya tidak
baik, dipotong dengan pisau atau gunting yang tajam tepat di atas
permukaan tanah. Pencabutan tanaman secara langsung tidak boleh dilakukan,
karena akan melukai akar tanaman lain yang akan dibiarkan tumbuh.
Penyulaman
bertujuan untuk mengganti benih yang tidak tumbuh/mati. Jumlah dan jenis benih
serta perlakuan dalam penyulaman sama dengan sewaktu penanaman. Penyulaman hendaknya
menggunakan benih dari jenis dan varietas yang sama. Tanaman jagung yang
digunakan untuk menyulam ditanam di pinggiran lahan agar pertumbuhan jagung
yang ada di lahan dengan tanaman yang digunakan untuk menyulam akan berumur dan
mempunyai tinggi yang sama. Selain itu, maksimal waktu penyulaman yaitu 7 HST
atau 1 minggu setelah tanam, karena apabila lebih dari 1 minggu akar yang
terdapat pada tanaman jagung tersebut bisa mengalami stres karena tidak bisa
beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya
7.
Roguing
Roguing adalah aktivitas membuang
tanaman dengan sifat menyimpang dari kondisi ideal tanaman yang diinginkan.
Kondisi menyimpang bisa dilihat dari beberapa ciri tanaman seperti penampilan
yang terlampau subur dan daun yang tumbuh lebar, bunganya berwarna merah, serta
pangkal batang juga berwarna merah. Langkah ini dilakukan pada tanaman betina
ataupun jantan dengan maksud untuk mempertahankan kemurnian induk tanaman
sebagai penghasil bibit. Langkah ini sebaiknya diertai dengan kontrol di
tiap minggunya.
8.
Pembumbunan
Pembumbunan
dilakukan bersamaan dengan penyiangan dan bertujuan untuk memperkokoh
posisi batang, sehingga tanaman tidak mudah rebah. Selain itu juga untuk
menutup akar yang bermunculan di atas permukaan tanah karena adanya
aerasi. Kegiatan ini dilakukan pada saat tanaman berumur 6 minggu, bersamaan
dengan waktu pemupukan. Caranya, tanah di sebelah kanan dan kiri barisan
tanaman diuruk dengan cangkul, kemudian ditimbun di barisan
tanaman. Dengan cara ini akan terbentuk guludan yang memanjang.
9.
Pengairan dan Penyiraman
Setelah
benih ditanam, dilakukan penyiraman secukupnya, kecuali bila tanah
telah lembab. Pengairan berikutnya diberikan secukupnya dengan tujuan
menjaga agar tanaman tidak layu. Namun menjelang tanaman berbunga, air
yang diperlukan lebih besar untuk mendukung terjadinya penyerbukan dan
pembungaan sehingga perlu dialirkan air pada parit-parit di antara
bumbunan tanaman jagung.
10.
Hama Penyakit Tanaman (HPT) dan
Pengendaliannya
a. Hama
1) Lalat
bibit (Atherigona exigua Stein)
Gejala:
Daun
berubah warna menjadi kekuning-kuningan; di sekitar bekas gigitan atau
bagian yang terserang mengalami pembusukan, akhirnya tanaman menjadi layu,
pertumbuhan tanaman menjadi kerdil atau mati. Penyebab: lalat
bibit dengan ciri-ciri warna lalat abu-abu, warna punggung kuning
kehijauan dab bergaris, warna perut coklat kekuningan, warna telur putih
mutiara, dan panjang lalat 3-3,5 mm.
Pengendalian:
a) Penanaman
serentak dan penerapan pergiliran tanaman akan sangat membantu memutus
siklus hidup lalat bibit, terutama setelah selesai panen jagung;
b) Tanaman
yang terserang lalat bibit harus segera dicabut dan dimusnahkan, agar hama
tidak menyebar;
c) Kebersihan
di sekitar areal penanaman hendaklah dijaga dan selalu diperhatikan
terutama terhadap tanaman inang yang sekaligus sebagai gulma;
d) Pengendalian
secara kimiawi dengan insektisida yang dapat digunakan antara lain:
Dursban 20 EC, Hostathion 40 EC, Larvin 74 WP, Marshal 25 ST, Miral 26 dan
Promet 40 SD sedangkan dosis penggunaan dapat mengikuti aturan pakai.
2) Ulat
pemotong
Gejala:
Tanaman
jagung yang terserang biasanya terpotong beberapa cm diatas permukaan
tanah yang ditandai dengan adanya bekas gigitan pada batangnya, akibatnya
tanaman jagung yang masih muda itu roboh di atas tanah. Penyebab : beberapa
jenis ulat pemotong yaitu : Agrotis sp.
(A. ipsilon); Spodoptera litura,
penggerek batang jagung (Ostrinia
furnacalis), dan penggerek buah jagung (Helicoverpa armigera).
Pengendalian:
a) bertanam
secara serentak pada areal yang luas, bisa juga dilakukan pergiliran
tanaman;
b) Dengan
mencari dan membunuh ulat-ulat tersebut yang biasanya terdapat di dalam
tanah;
c) Sebelum lahan
ditanami jagung, disemprot terlebih dahulu dengan insektisida.
b. Penyakit
1) Penyakit
bulai (Downy mildew)
Penyebab:
Cendawan
Peronosclero spora maydis dan P. spora javanica serta P. spora philippinensis. yang akan
merajalela pada suhu udara 27oC ke atas serta keadaan udara
lembab.
Gejala:
a) Pada
tanaman berumur 2-3 minggu, daun runcing dan kecil, kaku dan pertumbuhan
batang terhambat, warna menguning, sisi bawah daun terdapat lapisan spora
cendawan warna putih;
b) Pada
tanaman berumur 3-5 minggu, tanaman yang terserang mengalami gangguan
pertumbuhan, daun berubah warna dan perubahan warna ini dimulai dari
bagian pangkal daun, tongkol berubah bentuk dan isi;
c) Pada
tanaman dewasa, terdapat garis-garis kecoklatan pada daun tua.
Pengendalian:
a) Penanaman
dilakukan menjelang atau awal musim penghujan;
b) Pola
tanam dan pola pergiliran tanaman, penanaman varietas unggul;
c) Dilakukan
pencabutan tanaman yang terserang, kemudian dimusnahkan.
2) Penyakit
bercak daun (Leaf bligh)
Penyebab:
Cendawan
Helminthosporium turcicum.
Gejalanya
:
Pada
daun tampak bercak memanjang dan teratur berwarna kuning dan dikelilingi
warna coklat, bercak berkembang dan meluas dari ujung daun hingga ke
pangkal daun, semula bercak tampak basah, kemudian berubah warna menjadi
coklat kekuningkuningan, kemudian berubah menjadi coklat tua. Akhirnya seluruh
permukaan daun berwarna coklat.
Pengendalian:
a) Pergiliran
tanaman hendaknya selalu dilakukan guna menekan meluasnya cendawan;
b) Mekanis
dengan mengatur kelembaban lahan agar kondisi lahan tidak lembab;
c) Kimiawi
dengan pestisida antara lain: Daconil 75 WP, Difolatan 4 F.
3) Penyakit
karat (Rust)
Penyebab:
Cendawan
Puccinia sorghi Schw dan Puccinia polypora Underw.
Gejala:
Pada
tanaman dewasa yaitu pada daun yang sudah tua terdapat titik-titik noda
yang berwarna merah kecoklatan seperti karat serta terdapat serbuk
yang berwarna kuning kecoklatan, serbuk cendawan ini kemudian berkembang
dan memanjang, kemudian akhirnya karat dapat berubah menjadi
bermacam-macam bentuk.
Pengendalian:
a)
Mengatur kelembaban pada areal
tanam;
b)
Menanam varietas unggul atau
varietas yang tahan terhadap penyakit;
c)
Melakukan sanitasi pada areal
pertanaman jagung;
d)
Kimiawi menggunakan pestisida
seperti pada penyakit bulai dan bercak daun.
4) Penyakit
gosong bengkak (Corn smut/boil smut)
Penyebab:
Cendawan
Ustilago maydis (DC) Cda,
Ustilago zeae (Schw) Ung, Uredo zeae Schw, Uredo maydis DC.
Gejala:
Pada
tongkol ditandai dengan masuknya cendawan ini ke dalam biji sehingga
terjadi pembengkakan dan mengeluarkan kelenjar (gall), pembengkakan ini
menyebabkan pembungkus terdesak hingga pembungkus rusak dan kelenjar
keluar dari pembungkus dan spora tersebar.
Pengendalian:
a)
Mengatur kelembaban areal pertanaman jagung
dengan cara pengeringan dan irigasi;
b)
Memotong bagian
tanaman kemudian dibakar;
c)
Benih yang akan ditanam dicampur
dengan fungisida secara merata hingga semua permukaan benih terkena.
5) Penyakit
busuk tongkol dan busuk biji
Penyebab:
Cendawan
Fusarium atau Gibberella antara lain Gibberella zeae (Schw),
Gibberella fujikuroi (Schw), Gibberella moniliforme.
Gejala:
Dapat diketahui
setelah membuka pembungkus tongkol, biji-biji jagung berwarna merah jambu
atau merah kecoklatan kemudian berubah menjadi warna coklat sawo matang.
Pengendalian:
a) Menanam
jagung varietas unggul, dilakukan pergiliran tanam, mengatur jarak tanam,
perlakuan benih;
b) Penyemprotan
dengan fungisida setelah ditemukan gejala serangan.
11.
Pemangkasan (topping)
Pemangkasan
dilakukan untuk mematangkan buah, biasanya setelah pemangkasan kemudian
dilanjutkan dengan pembukaan atau pengelupasan kulit jagung agar jagung dapat
kering dan masak sempurna.
B. Panen
dan Pasca Panen
1.
Ciri dan Umur Panen
Ciri jagung yang siap dipanen adalah:
a. Umur
panen adalah 86-96 hari setelah tanam.
b. Jagung
siap dipanen dengan tongkol atau kelobot mulai mengering yang ditandai dengan
adanya lapisan hitam pada biji bagian lembaga.
c. Biji
kering, keras, dan mengkilat, apabila ditekan tidak membekas.
Jagung untuk sayur (jagung muda, baby corn) dipanen sebelum
bijinya terisi penuh. Saat itu diameter tongkol baru mencapai 1-2 cm.
Jagung untuk direbus dan dibakar, dipanen ketika matang susu.
Tanda-tandanya kelobot masih berwarna hijau, dan bila biji dipijit tidak
terlalu keras serta akan mengeluarkan cairan putih. Jagung untuk makanan
pokok (beras jagung), pakan ternak, benih, tepung dan berbagai
keperluan lainnya dipanen jika sudah matang fisiologis. Tanda-tandanya:
sebagian besar daun dan kelobot telah menguning. Apabila bijinya
dilepaskan akan ada warna coklat kehitaman pada tangkainya (tempat
menempelnya biji pada tongkol). Bila biji dipijit dengan kuku, tidak
meninggalkan bekas.
2. Cara
Panen
Cara
panen jagung yang matang fisiologis adalah dengan cara memutar
tongkol berikut kelobotnya, atau dapat dilakukan dengan mematahkan tangkai
buah jagung. Pada lahan yang luas dan rata sangat cocok bila menggunakan
alat mesin pemetikan.
3. Periode
Panen
Pemetikan
jagung pada waktu yang kurang tepat, kurang masak dapat menyebabkan
penurunan kualitas, butir jagung menjadi keriput bahkan
setelah pengeringan akan pecah, terutama bila dipipil dengan alat. Jagung
untuk keperluan sayur, dapat dipetik 15 sampai dengan 21 hari setelah
tanaman berbunga. Pemetikan jagung untuk dikonsumsi sebagai jagung rebus,
tidak harus menunggu sampai biji masak, tetapi dapat dilakukan ± 4
minggu setelah tanaman berbunga atau dapat mengambil waktu panen antara
umur panen jagung sayur dan umur panen jagung masak mati.
4. Pengupasan
Jagung
dikupas pada saat masih menempel pada batang atau setelah
pemetikan selesai. Pengupasan ini dilakukan untuk menjaga agar kadar air
di dalam tongkol dapat diturunkan dan kelembaban di sekitar biji tidak
menimbulkan kerusakan biji atau mengakibatkan tumbuhnya cendawan.
Pengupasan dapat memudahkan atau memperingan pengangkutan selama proses
pengeringan. Untuk jagung masak mati sebagai bahan makanan, begitu selesai
dipanen, kelobot segera dikupas.
5. Pengeringan
Pengeringan
jagung dapat dilakukan secara alami atau buatan. Secara tradisional jagung
dijemur di bawah sinar matahari sehingga kadar air berkisar 9–11
%. Biasanya penjemuran memakan waktu sekitar 7-8 hari. Penjemuran dapat
dilakukan di lantai, dengan alas anyaman bambu atau dengan cara diikat dan
digantung. Secara buatan dapat dilakukan dengan mesin pengering untuk
menghemat tenaga manusia, terutama pada musim hujan. Terdapat berbagai
cara pengeringan buatan, tetapi prinsipnya sama yaitu untuk mengurangi
kadar air di dalam biji dengan panas pengeringan sekitar 38-43 derajat C,
sehingga kadar air turun menjadi 12-13 %. Mesin pengering dapat digunakan
setiap saat dan dapat dilakukan pengaturan suhu sesuai dengan kadar air
biji jagung yang diinginkan.
6. Pemipilan
Setelah
dijemur sampai kering jagung dipipil. Pemipilan dapat menggunakan
tangan atau alat pemipil jagung bila jumlah produksi cukup besar. Pada
dasarnya “memipil” jagung hampir sama dengan proses perontokan gabah, yaitu
memisahkan biji-biji dari tempat pelekatan. Jagung melekat pada tongkolnya,
maka antara biji dan tongkol perlu dipisahkan.
7.
Penyortiran dan penggolongan
(grading)
Jagung
terlepas dari tongkol, biji-biji jagung harus dipisahkan dari kotoran atau
apa saja yang tidak dikehendaki, sehinggga tidak menurunkan kualitas
jagung. Yang perlu dipisahkan dan dibuang antara lain sisa-sisa tongkol,
biji kecil, biji pecah, biji hampa, kotoran selama petik ataupun pada
waktu pengumpilan. Tindakan ini sangat bermanfaat untuk menghindari atau
menekan serangan jamur dan hama selama dalam penyimpanan. Disamping itu
juga dapat memperbaiki peredaran udara. Untuk pemisahan biji yang
akan digunakan sebagai benih terutama untuk penanaman dengan mesin
penanam, biasanya membutuhkan keseragaman bentuk dan ukuran butirnya. Maka
pemisahan ini sangat penting untuk menambah efisiensi penanaman dengan
mesin. Ada berbagai cara membersihkan atau memisahan jagung dari campuran
kotoran. Tetapi pemisahan dengan cara ditampi seperti pada proses
pembersihan padi, akan mendapatkan hasil yang baik.
No comments:
Post a Comment