Wednesday, 7 October 2015

Teknik Budidaya Tanaman Jagung (Zea mays L)

A.  Teknik Budidaya Tanaman Jagung (Zea mays L)
Jagung merupakan komoditi tanaman pangan kedua terpenting setelah padi yang akhir-akhir ini semakin meningkat pula. Berbagai usaha telah dilakukan untuk meningkatkan produksi benih jagung nasional dan tampaknya telah membawa hasil yang nyata.

Budidaya Jagung memiliki beberapa tahap antara lain sebagai berikut  (Anonymous, 2010)

1.      Isolasi
Lahan yang hendak ditanami jagung harus terbebas dari tanaman jagung varietas lain, guna menjamin kemurnian bibit yang dihasilkan ke depannya. Proses isolasi ini terbagi menjadi dua cara, yakni isolasi waktu (terkait dengan masa tanam jagung manis dengan masa tanam jagung dari varietas lain) selama kira-kira 80-150 hari, dan isolasi jarak (terkait jarak minimal lokasi penanaman jagung manis dengan lokasi tanam jagung dari varietas lain) yakni sekitar 400 m.

2.      Persiapan Lahan
Persiapan lahan bertujuan untuk memperbaiki kondisi tanah, dan memberikan kondisi menguntungkan bagi pertumbuhan akar. Melalui pengolahan tanah, drainase dan aerasi yang baik akandidapatkan media yang cocok untuk perkembangan dan pertumbuhan akar, selain mengurangi kemunculan gulma dan memperbaiki aliran udara di dalam  tanah. Tanah diolah pada kondisi lembab tetapi tidak terlalu basah.

Setiap 4 meter, hendaknya dibuatkan got dengan fungsi untuk drainase dan jalur irigasi. Kegiatan ini setidaknya dilakukan 15 hari menjelang masa tanam. Namun, penanaman tanpa adanya olah tanah (TOT) dapat juga dilakukan guna mengejar masa tanam asalkan pembersihan lahan tetap dijaga guna meminimalisir serangan penyakit atau hama dari sisa tanaman sebelumnya.



3.      Penanaman
Lubang tanam dibuat dengan alat tugal. Kedalaman lubang perlu di perhatikan agar benih tidak terhambat pertumbuhannya. Kedalaman lubang tanam antara: 3-5 cm, dan tiap lubang hanya diisi 1 butir benih. Kedalaman lubang tanam yaitu antara 3-5 cm.

Tanaman ini tidak dapat tumbuh dengan baik pada saat air kurang atau saat air berlebihan. Pada waktu musim penghujan atau waktu musim hujan hampir berakhir, benih jagung ini dapat ditanam. Tetapi air hendaknya cukup tersedia selama pertumbuhan tanaman jagung. Pada saat penanaman sebaiknya tanah dalam keadaan lembab dan tidak tergenang. Apabila tanah kering, perlu diairi dahulu.

4.      Pemupukan
Pupuk yang diberikan adalah kombinasi ZA : SP-36 : KCl menggunakan perbandingan dosis 280 : 210 : 35 per-hektarnya. Pemupukan menggunakan pupuk kombinasi ini dilakukan melalui tiga aplikasi secara berturut-turut:

a.  Umur 0 hst menggunakan dosis ZA : SP-36 : KCl dengan perbandingan 70 : 140 : 35 yang diterapkan dengan tugal berjarak 5 cm dari lokasi lubang kemudian ditutup lagi.
b.  Umur 15 hst menggunakan dosis ZA : SP-36 dengan perbandingan 70 : 70 ryang diterapkan melalui penugalan 10 cm dari lokasi lubang tanam kemudian ditutup lagi.
c.  Umur 45 hst menggunakan dosis ZA hingga 140 kg yang diterapkan dengan cara digejik sejauh 10 cm dari lokasi lubang tanam kemudian ditutup lagi.


5.      Pengendalian Gulma
Keberhasilan pengendalian gulma merupakan salah satu faktor penentu tercapainya tingkat hasil jagung yang tinggi. Gulma dapat dikendalikan melalui berbagai aturan dan karantina; secara biologi dengan menggunakan organisme hidup; secara fisik dengan membakar dan menggenangi, melalui budidaya dengan pergiliran tanaman, peningkatan daya saing dan penggunaan mulsa; secara mekanis dengan mencabut, membabat, menginjak, menyiang dengan tangan, dan mengolah tanah dengan alat mekanis bermesin dan nonmesin, secara kimiawi menggunakan herbisida. Gulma pada pertanaman jagung umumnya dikendalikan dengan cara mekanis dan kimiawi. Pengendalian gulma secara kimiawi berpotensi merusak lingkungan sehingga perlu dibatasi melalui pemaduan dengan cara pengendalian lainnya.

6.      Penjarangan dan Penyulaman
Dengan penjarangan maka dapat ditentukan jumlah tanaman per lubang sesuai dengan yang dikehendaki. Apabila dalam 1 lubang tumbuh 3 tanaman, sedangkan yang dikehendaki hanya 1, maka tanaman tersebut harus dikurangi. Tanaman yang tumbuhnya tidak baik, dipotong dengan pisau atau gunting yang tajam tepat di atas permukaan tanah. Pencabutan tanaman secara langsung tidak boleh dilakukan, karena akan melukai akar tanaman lain yang akan dibiarkan tumbuh.

Penyulaman bertujuan untuk mengganti benih yang tidak tumbuh/mati. Jumlah dan jenis benih serta perlakuan dalam penyulaman sama dengan sewaktu penanaman. Penyulaman hendaknya menggunakan benih dari jenis dan varietas yang sama. Tanaman jagung yang digunakan untuk menyulam ditanam di pinggiran lahan agar pertumbuhan jagung yang ada di lahan dengan tanaman yang digunakan untuk menyulam akan berumur dan mempunyai tinggi yang sama. Selain itu, maksimal waktu penyulaman yaitu 7 HST atau 1 minggu setelah tanam, karena apabila lebih dari 1 minggu akar yang terdapat pada tanaman jagung tersebut bisa mengalami stres karena tidak bisa beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya

7.      Roguing
Roguing adalah aktivitas membuang tanaman dengan sifat menyimpang dari kondisi ideal tanaman yang diinginkan. Kondisi menyimpang bisa dilihat dari beberapa ciri tanaman seperti penampilan yang terlampau subur dan daun yang tumbuh lebar, bunganya berwarna merah, serta pangkal batang juga berwarna merah. Langkah ini dilakukan pada tanaman betina ataupun jantan dengan maksud untuk mempertahankan kemurnian induk tanaman sebagai penghasil bibit. Langkah ini  sebaiknya diertai dengan kontrol di tiap minggunya.

8.      Pembumbunan
Pembumbunan dilakukan bersamaan dengan penyiangan dan bertujuan untuk memperkokoh posisi batang, sehingga tanaman tidak mudah rebah. Selain itu juga untuk menutup akar yang bermunculan di atas permukaan tanah karena adanya aerasi. Kegiatan ini dilakukan pada saat tanaman berumur 6 minggu, bersamaan dengan waktu pemupukan. Caranya, tanah di sebelah kanan dan kiri barisan tanaman diuruk dengan cangkul, kemudian ditimbun di barisan tanaman. Dengan cara ini akan terbentuk guludan yang memanjang.

9.      Pengairan dan Penyiraman
Setelah benih ditanam, dilakukan penyiraman secukupnya, kecuali bila tanah telah lembab. Pengairan berikutnya diberikan secukupnya dengan tujuan menjaga agar tanaman tidak layu. Namun menjelang tanaman berbunga, air yang diperlukan lebih besar untuk mendukung terjadinya penyerbukan dan pembungaan sehingga perlu dialirkan air pada parit-parit di antara bumbunan tanaman jagung.

10.   Hama Penyakit Tanaman (HPT) dan Pengendaliannya
a.   Hama
1)  Lalat bibit (Atherigona  exigua Stein)
Gejala:
Daun berubah warna menjadi kekuning-kuningan; di sekitar bekas gigitan atau bagian yang terserang mengalami pembusukan, akhirnya tanaman menjadi layu, pertumbuhan tanaman menjadi kerdil atau mati.  Penyebab: lalat bibit dengan ciri-ciri warna lalat abu-abu, warna punggung kuning kehijauan dab bergaris, warna perut coklat kekuningan, warna telur putih mutiara, dan panjang lalat 3-3,5 mm.
Pengendalian:
a)  Penanaman serentak dan penerapan pergiliran tanaman akan sangat membantu memutus siklus hidup lalat bibit, terutama setelah selesai panen jagung;
b)  Tanaman yang terserang lalat bibit harus segera dicabut dan dimusnahkan, agar hama tidak menyebar;
c)  Kebersihan di sekitar areal penanaman hendaklah dijaga dan selalu diperhatikan terutama terhadap tanaman inang yang sekaligus sebagai gulma;
d)  Pengendalian secara kimiawi dengan insektisida yang dapat digunakan antara lain: Dursban 20 EC, Hostathion 40 EC, Larvin 74 WP, Marshal 25 ST, Miral 26 dan Promet 40 SD sedangkan dosis penggunaan dapat mengikuti aturan pakai.


2)  Ulat pemotong
Gejala:
Tanaman jagung yang terserang biasanya terpotong beberapa cm diatas permukaan tanah yang ditandai dengan adanya bekas gigitan pada batangnya, akibatnya tanaman jagung yang masih muda itu roboh di atas tanah. Penyebab : beberapa jenis ulat pemotong yaitu : Agrotis sp. (A. ipsilon); Spodoptera litura, penggerek batang jagung (Ostrinia  furnacalis), dan penggerek buah jagung (Helicoverpa   armigera).
Pengendalian:
a)  bertanam secara serentak pada areal yang luas, bisa juga dilakukan pergiliran tanaman;
b)  Dengan mencari dan membunuh ulat-ulat tersebut yang biasanya terdapat di dalam tanah;
c)  Sebelum lahan ditanami jagung, disemprot terlebih dahulu dengan insektisida.

b.   Penyakit
1)  Penyakit bulai (Downy mildew)
Penyebab:
Cendawan Peronosclero spora maydis dan P. spora javanica serta P. spora philippinensis. yang akan merajalela pada suhu udara 27oC ke atas serta keadaan udara lembab.
Gejala:
a)  Pada tanaman berumur 2-3 minggu, daun runcing dan kecil, kaku dan pertumbuhan batang terhambat, warna menguning, sisi bawah daun terdapat lapisan spora cendawan warna putih;
b)  Pada tanaman berumur 3-5 minggu, tanaman yang terserang mengalami gangguan pertumbuhan, daun berubah warna dan perubahan warna ini dimulai dari bagian pangkal daun, tongkol berubah bentuk dan isi;
c)  Pada tanaman dewasa, terdapat garis-garis kecoklatan pada daun tua.  

Pengendalian:
a)  Penanaman dilakukan menjelang atau awal musim penghujan;
b)  Pola tanam dan pola pergiliran tanaman, penanaman varietas unggul;
c)  Dilakukan pencabutan tanaman yang terserang, kemudian dimusnahkan.

2)  Penyakit bercak daun (Leaf bligh)
Penyebab:
Cendawan  Helminthosporium turcicum
Gejalanya :
Pada daun tampak bercak memanjang dan teratur berwarna kuning dan dikelilingi warna coklat, bercak berkembang dan meluas dari ujung daun hingga ke pangkal daun, semula bercak tampak basah, kemudian berubah warna menjadi coklat kekuningkuningan, kemudian berubah menjadi coklat tua. Akhirnya seluruh permukaan daun berwarna coklat.  

Pengendalian:
a)  Pergiliran tanaman hendaknya selalu dilakukan guna menekan meluasnya cendawan;
b)  Mekanis dengan mengatur kelembaban lahan agar kondisi lahan tidak lembab;
c)  Kimiawi dengan pestisida antara lain: Daconil 75 WP, Difolatan 4 F.

3)  Penyakit karat (Rust)
Penyebab:
Cendawan  Puccinia sorghi Schw dan  Puccinia polypora Underw. 
Gejala:
Pada tanaman dewasa yaitu pada daun yang sudah tua terdapat titik-titik noda yang berwarna merah kecoklatan seperti karat serta terdapat serbuk yang berwarna kuning kecoklatan, serbuk cendawan ini kemudian berkembang dan memanjang, kemudian akhirnya karat dapat berubah menjadi bermacam-macam bentuk. 

Pengendalian:
a)  Mengatur kelembaban pada areal tanam;
b)  Menanam varietas unggul atau varietas yang tahan terhadap penyakit;
c)  Melakukan sanitasi pada areal pertanaman jagung;
d)  Kimiawi menggunakan pestisida seperti pada penyakit bulai dan bercak daun.

4)  Penyakit gosong bengkak (Corn smut/boil smut)
Penyebab:
Cendawan  Ustilago maydis (DC) Cda,  Ustilago zeae (Schw) Ung, Uredo zeae Schw,  Uredo maydis DC. 
Gejala:
Pada tongkol ditandai dengan masuknya cendawan ini ke dalam biji sehingga terjadi pembengkakan dan mengeluarkan kelenjar (gall), pembengkakan ini menyebabkan pembungkus terdesak hingga pembungkus rusak dan kelenjar keluar dari pembungkus dan spora tersebar.

Pengendalian:
a)  Mengatur kelembaban areal pertanaman jagung dengan cara pengeringan dan irigasi;
b)  Memotong bagian tanaman kemudian dibakar;
c)  Benih yang akan ditanam dicampur dengan fungisida secara merata hingga semua permukaan benih terkena.

5)  Penyakit busuk tongkol dan busuk biji
Penyebab:
Cendawan  Fusarium atau  Gibberella antara lain  Gibberella zeae (Schw),  Gibberella fujikuroi (Schw),  Gibberella moniliforme. 
Gejala:
Dapat diketahui setelah membuka pembungkus tongkol, biji-biji jagung berwarna merah jambu atau merah kecoklatan kemudian berubah menjadi warna coklat sawo matang.


Pengendalian:
a)  Menanam jagung varietas unggul, dilakukan pergiliran tanam, mengatur jarak tanam, perlakuan benih;
b)  Penyemprotan dengan fungisida setelah ditemukan gejala serangan.

11.   Pemangkasan (topping)
Pemangkasan dilakukan untuk mematangkan buah, biasanya setelah pemangkasan kemudian dilanjutkan dengan pembukaan atau pengelupasan kulit jagung agar jagung dapat kering dan masak sempurna.


B.  Panen dan Pasca Panen
1.      Ciri dan Umur Panen
Ciri jagung yang siap dipanen adalah:
a.  Umur panen adalah 86-96 hari setelah tanam.
b.  Jagung siap dipanen dengan tongkol atau kelobot mulai mengering yang ditandai dengan adanya lapisan hitam pada biji bagian lembaga.
c.  Biji kering, keras, dan mengkilat, apabila ditekan tidak membekas.
Jagung untuk sayur (jagung muda, baby corn) dipanen sebelum bijinya terisi penuh. Saat itu diameter tongkol baru mencapai 1-2 cm. Jagung untuk direbus dan dibakar, dipanen ketika matang susu. Tanda-tandanya kelobot masih berwarna hijau, dan bila biji dipijit tidak terlalu keras serta akan mengeluarkan cairan putih. Jagung untuk makanan pokok (beras jagung), pakan ternak, benih, tepung dan berbagai keperluan lainnya dipanen jika sudah matang fisiologis. Tanda-tandanya: sebagian besar daun dan kelobot telah menguning. Apabila bijinya dilepaskan akan ada warna coklat kehitaman pada tangkainya (tempat menempelnya biji pada tongkol). Bila biji dipijit dengan kuku, tidak meninggalkan bekas.

2.      Cara Panen
Cara panen jagung yang matang fisiologis adalah dengan cara memutar tongkol berikut kelobotnya, atau dapat dilakukan dengan mematahkan tangkai buah jagung. Pada lahan yang luas dan rata sangat cocok bila menggunakan alat mesin pemetikan.

3.      Periode Panen
Pemetikan jagung pada waktu yang kurang tepat, kurang masak dapat menyebabkan penurunan kualitas, butir jagung menjadi keriput bahkan setelah pengeringan akan pecah, terutama bila dipipil dengan alat. Jagung untuk keperluan sayur, dapat dipetik 15 sampai dengan 21 hari setelah tanaman berbunga. Pemetikan jagung untuk dikonsumsi sebagai jagung rebus, tidak harus menunggu sampai biji masak, tetapi dapat dilakukan  ± 4 minggu setelah tanaman berbunga atau dapat mengambil waktu panen antara umur panen jagung sayur dan umur panen jagung masak mati.

4.      Pengupasan
Jagung dikupas pada saat masih menempel pada batang atau setelah pemetikan selesai. Pengupasan ini dilakukan untuk menjaga agar kadar air di dalam tongkol dapat diturunkan dan kelembaban di sekitar biji tidak menimbulkan kerusakan biji atau mengakibatkan tumbuhnya cendawan. Pengupasan dapat memudahkan atau memperingan pengangkutan selama proses pengeringan. Untuk jagung masak mati sebagai bahan makanan, begitu selesai dipanen, kelobot segera dikupas.

5.      Pengeringan
Pengeringan jagung dapat dilakukan secara alami atau buatan. Secara tradisional jagung dijemur di bawah sinar matahari sehingga kadar air berkisar 9–11 %. Biasanya penjemuran memakan waktu sekitar 7-8 hari. Penjemuran dapat dilakukan di lantai, dengan alas anyaman bambu atau dengan cara diikat dan digantung. Secara buatan dapat dilakukan dengan mesin pengering untuk menghemat tenaga manusia, terutama pada musim hujan. Terdapat berbagai cara pengeringan buatan, tetapi prinsipnya sama yaitu untuk mengurangi kadar air di dalam biji dengan panas pengeringan sekitar 38-43 derajat C, sehingga kadar air turun menjadi 12-13 %. Mesin pengering dapat digunakan setiap saat dan dapat dilakukan pengaturan suhu sesuai dengan kadar air biji jagung yang diinginkan.



6.      Pemipilan
Setelah dijemur sampai kering jagung dipipil. Pemipilan dapat menggunakan tangan atau alat pemipil jagung bila jumlah produksi cukup besar. Pada dasarnya “memipil” jagung hampir sama dengan proses perontokan gabah, yaitu memisahkan biji-biji dari tempat pelekatan. Jagung melekat pada tongkolnya, maka antara biji dan tongkol perlu dipisahkan.

7.      Penyortiran dan penggolongan (grading)
Jagung terlepas dari tongkol, biji-biji jagung harus dipisahkan dari kotoran atau apa saja yang tidak dikehendaki, sehinggga tidak menurunkan kualitas jagung. Yang perlu dipisahkan dan dibuang antara lain sisa-sisa tongkol, biji kecil, biji pecah, biji hampa, kotoran selama petik ataupun pada waktu pengumpilan. Tindakan ini sangat bermanfaat untuk menghindari atau menekan serangan jamur dan hama selama dalam penyimpanan. Disamping itu juga dapat memperbaiki peredaran udara. Untuk pemisahan biji yang akan digunakan sebagai benih terutama untuk penanaman dengan mesin penanam, biasanya membutuhkan keseragaman bentuk dan ukuran butirnya. Maka pemisahan ini sangat penting untuk menambah efisiensi penanaman dengan mesin. Ada berbagai cara membersihkan atau memisahan jagung dari campuran kotoran. Tetapi pemisahan dengan cara ditampi seperti pada proses pembersihan padi, akan mendapatkan hasil yang baik.

No comments:

Post a Comment