NAMA : RUADI MAHA PUTRA
NIM :
A42121710
B.STUDY : DASAR-DASAR AGRONOMI
PENGELOLAAN
TANAMAN TERPADU (PTT) KEDELAI
Pasok
Kedelai dari Lahan Rawa
Gonjang-ganjing krisis kedelai impor
membuat bangsa kita ketar-ketir. Bahan baku tempe dan kedelai itu menjadi
langka. Pabrik olahan tempe dan tahu pun mogok produksi. Padahal, lahan rawa
juga dapat memasok kedelai. Rahasianya pilih varietas kedelai yang tahan masam
untuk di tanam di lahan rawa. Sebut saja Anjasmoro, Grobokan, Lawit, Manyapa,
Sinabung, Ijen, dan Seulawah. Pada musim hujan padukan teknik itu dengan
saluran drainase agar lahan tidak tergenang. Sebaliknya pada musim kering
saluran itu menjadi saluran irigasi. Simak lebih lengkap pada Pengelolaan
Tanaman Terpadu (PTT) Kedelai Rawa.
PTT didefinisikan sebagai metoda
atau suatu pendekatan inovatif dan dinamis dalam upaya meningkatkan produksi
dan pendapatan petani melalui perakitan komponen teknologi secara partisipatif
bersama petani.
SL-PTT adalah suatu tempat
pendidikan non formal bagi petani untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan dalam mengenali potensi, menyusun rencana usahatani, mengatasi
permasalahan, mengambil keputusan dan menerapkan teknologi yang ruadi maha putra sesuai dengan
kondisi sumberdaya setempat secara sinergis dan berwawasan lingkungan sehingga
usaha-taninya menjadi efisien, berproduktivias tinggi dan berkelanjutan.
LIMA PRINSIP UTAMA PENERAPAN PTT
- Partisipatif: Petani berperan
aktif memilih dan menguji teknologi yang sesuai dengan kondisi setempat,
dan meningkatkan kemampuan melalui proses pembelajaran di LL
- Spesifik lokasi: Memperhatikan
kesesuaian teknologi dengan lingkungan fisik, sosial-budaya dan ekonomi
petani setempat.
- Terpadu: Sumberdaya tanaman,
tanah dan air dikelola dengan baik secara terpadu.
- Sinergis: Pemanfaatan teknologi
terbaik, mem-perhatikan keterkaitan antarkomponen teknologi yang saling
mendukung.
- Dinamis: Penerapan teknologi
selalu disesuai-kan dengan perkembangan dan kemajuan IPTEK serta kondisi
social-budaya ekonomi setempat.
PEMAHAMAN MASALAH DAN
PELUANG (PMP)
Langkah pertama dalam setiap
penerapan PTT harus diawali dengan pemahaman masalah dan peluang (PMP)
pengembangan sumberdaya dan kondisi lingkungan setempat, dengan tujuan:
- Mengumpulkan informasi dan
menganalisis kendala, dan peluang usahatani
- Mengembangkan peluang dalam
upaya peningkatan produksi
- Mengindentifikasi teknologi
yang sesuai dengan kebutuhan petani setempat
KOMPONEN TEKNOLOGI :
Komponen teknologi untuk PTT kedelai
terdiri atas 10 komponen teknologi yang dapat diterapkan, namun penerapannya
harus disesuikan dengan lingkungan setempat (spesifik lokasi), antara
lain :
- Varietas unggul bermutu yang
sesuai
- Penggunaan benih bermutu
(berlabel)
- Populasi dan pengaturan tata
tanam secara tepat
- Pemupukan
- Pengendalian organisme
pengganggu tanaman
- Pengolahan tanah
- Pemberian pupuk bio-hayati
- Pemberian pupuk organik
- Amelioran pada lahan masam
- Panen dan penanganan pasca
panen
No.1 s/d 5 merupakan komponen utama,
sedangkan 6 s/d 10 merupakan komponen pilihan. Penerapan komponen teknologi
harus berdasarkan hasil dari PMP/KKP sehingga upaya peningkatan produksi dapat
dicapai, efektif, efsien dan berkelanjutan.
Varietas :
Varietas kedelai yang dapat
dikembangkan, al: Anjasmoro, Grobokan, Lawit, Manyapa, Sinabung, Ijen, Seulawah
atau varietas lainnya disesuaikan dengan preperensi setempat.
Benih bermutu dan berlabel :
Tingkat kemurnian dan daya tumbuh
yang tinggi (>80%), bernas dan tidak keriput
Perlakuan benih dengan bahan kimia
Bersih, tidak tercampur biji gulma,
kotoran atau biji tanaman lain
Populasi dan Pengaturan Tanam
Jarak tanam menentukan jumlah
populasi tanaman per ha. Populasi berkisar 300 – 500 ribu per ha. Jarak tanam
yang dianjurkan adalah: 40 cm x 10 cm, 40 cm x 15 cm atau 50 cm x 10 cm, 1-2
biji perlubang. Benih setelah ditugal, perlu diberikan insektisida (karboslfan
15 kg/ha) untuk menghidari serangan hama lalat bibit.
Pemupukan
Dilakukan berdasarkan
kebutuhan tanaman dan status hara tanah. Dosis pupuk yang dianjurkan
adalah : 50-100 kg Urea, 50-75 kg SP-36 dan 50-75 kg KCl per ha, diberikan
saat tanam. Apabila dilakukan pemupukan Fosfo- N Pro, Fosfo-N Super atau
Fosfo-N Optima, maka dosis pupuk NPK menjadi 37,5 -75 kg Urea, 25-37,5 kg SP-26
dan 50-75 kg KCl per ha.
Pengendalian OPT
Yang termasuk OPT adalah hama dan
penyakit serta gulma. Hama utama adalah ulat grayak, lalat bibit,
penggerek daun, penghisap dan peng-gerek polong. Sedangkan penyakit,
utamanya penyakit karat daun.
Jenis, dosis dan cara penggunaan
inse tisida untuk mengendalikan hama dan penyakit
kedelai
MST =
Minggu setelah tanam
Pengendalian Gulma
Gulma menjadi masalah serius pada
budidaya kedelai. Pengendalian gulma dapat dilakukan dengan cara menyiang atau
dengan herbisida. Penyiangan dilakukan dua kali: pada 3-4 dan 7-8 minggu
setelah tanam sekaligus melakukan pem-bumbunan tanaman. Jenis herbisida yang
dapat digunakan, adalah Agorxone-4, Goal 2E, Actril DS, Fusilade 25 EC, Lasso
480 EC dan lainnya tergantung dengan jenis gulmanya disemprotkan secara
hati-hati diantara barisan tanaman dengan dosis 1,5 – 2,0 l/ha.
Penyiapan Lahan
Cara penyiapan lahan yang akan
diterapkan tergantung dengan kondisi lahan. Pada tanah keras perlu diolah
secara sempurna (OTS), sedangkan tanah-tanah yang cukup gembur penyiapan lahan
dapat dilakukan dengan cara olah tanah minimum (OTM) pada barisan tanaman atau
tanpa olah tanah (TOT) dengan herbisida yang dipalikasi sebelum tanam. Perlu
dibuat bedengan berukuran lebar 3 – 4 m yang panjangnya sesuai panjang lahan,
bertujuan untuk memudahkan pembuangan air agar tanaman kedelai terhindar dari
genangan air. Pada lahan yang
belum pernah ditanami kedelai perlu diberi inokulasi dengan rhizobium
meng-gunakan tanah bekas pertanaman kedelai yang ditaburkan pada tanah yang
akan ditanami kedelai, atau inokulasi juga dapat melalui perlakuan benih dengan
inokulum multiguna Rhizoplus 150 g/50 kg benih.
Pemberian Pupuk Organik
Pemberian bahan organik diperlukan
sebagai bahan pembenah tanah, sehingga kandungan bahan organik tanah sekaligus
sebagai sumber unsur hara bagi tanaman. Sumber bahan organik yang akan
diberikan berasal dari pupuk kandang atau sisa-sisa tanaman seperti jerami
padi. Dosis bahan organik yang diberikan 1 – 2,5 ton/ha.
Amelioran pada Lahan Masam
Pada tanah-tanah masam yang ditanami
kedelai, perlu diberi bahan amelioran sebagai pembenah tanah untuk memperbaiki
kualitas tanah terutama agar pH tanah meningkat. Bahan amelioran yang diberikan
berupa kapur dolomit 2,0 t/ha, pupuk organik seperti kompos jerami padi atau
pupuk kandang 2,5 t/ha, yang pemberiannya dilakukan dengan cara sebar pada
barisan tanaman, sekaligus sebagai penutup tanah pada lubang-lubang tanaman
setelah benih ditugal.
Pembuatan Saluran Drainase
Pertanaman kedelai di lahan sawah
setelah padi dan di lahan rawa pasang surut perlu dibuat saluran drainase untuk
mengalirkan air ketika hujan sehingga tanaman kedelai tidak tergenang. Saluran
drainase dibuat dengan jarak antar saluran sekitar 3 – 4 m, lebar 30 cm dan
dalam 20 cm dengan memperhatikan kondisi lahan terutama apabila masih ada
hujan. Pada petanaman di musim kering (MK), saluran-saluran dapat difungsikan
sebagai saluran irigasi untuk mengairi tanaman sehingga tanaman dapat tumbuh
baik.
Panen dan Pasca Panen
Panen tidak boleh terlambat, bila
terlambat sebagian polong akan pecah di lapang sehingga menyebabkan kehilangan
hasil. Panen dilakukan dengan sabit, setelah disabit hasil panen dijemur dan
kemudian dilakukan perontokan biji. Apabila hasil panen digunakan untuk benih,
maka:
- Polong harus sudah masak
fisiologis.
- Perontokan dengan threser,
kecepatan putaran mesin sekitar 500-600 rpm, jangan sampai
calon benih rusak akibat luka atau pecah.
- Penjemuran biji sebaiknya
menggunakan alas. Pada saat penjemuran biji kedelai sering diaduk-ratakan
agar biji kering secara merata dan tidak mematikan lembaga
Saluran
drainese selang 4 baris tanaman kedelai
PENGELOLAAN
TANAMAN TERPADU (PTT) PADI PASANG SURUT
Pada sistem Pengelolaan Tanaman
Terpadu (PTT) Padi Pasang Surut. Anda akan dipandu memilih varietas tepat,
bertanam jajar legowo, pengaturan air, dan ameliorasi lahan dengan bahasa yang
mudah dan sederhana. Silakan simak PTT yang disusun oleh para peneliti Balai
Penelitian Pertanian Lahan Rawa (Balittra), Banjarbaru, Kalsel:
PTT didefinisikan sebagai metoda
atau suatu pendekatan inovatif dan dinamis dalam upaya meningkatkan produksi
dan pendapatan petani melalui perakitan komponen teknologi secara partisipatif
bersama petani.
SL-PTT adalah suatu tempat
pendidikan non formal bagi petani untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan dalam mengenali potensi, menyusun rencana usahatani, mengatasi
permasalahan, mengambil keputusan dan menerapkan teknologi yang sesuai dengan
kondisi sumberdaya setempat secara sinergis dan berwawasan lingkungan sehingga
usaha-taninya menjadi efisien, berproduktivias tinggi dan berkelanjutan.
LIMA PRINSIP UTAMA PENERAPAN PTT :
- Partisipatif: Petani berperan
aktif memilih dan menguji teknologi yang sesuai dengan kondisi setempat,
dan meningkatkan kemampuan melalui proses pembelajaran di LL
- Spesifik lokasi: Memperhatikan
kesesuaian teknologi dengan lingkungan fisik, sosial-budaya dan ekonomi
petani setempat.
- Terpadu: Sumberdaya tanaman,
tanah dan air dikelola dengan baik secara terpadu.
- Sinergis: Pemanfaatan teknologi
terbaik, mem-perhatikan keterkaitan antarkomponen teknologi yang saling
mendukung.
- Dinamis: Penerapan teknologi
selalu disesuai-kan dengan perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi (IPTEK) serta kondisi social-budaya ekonomi setempat.
PEMAHAMAN MASALAH DAN PELUANG (PMP)
Langkah pertama dalam setiap
penerapan PTT harus diawali dengan pemahaman masalah dan peluang (PMP)
pengembangan sumberdaya dan kondisi ligkungan setempat, dengan tujuan:
- Mengumpulkan informasi dan
menganalisis kendala, dan peluang usahatani
- Mengembangkan peluang dalam
upaya peningkatan produksi
- Mengindentifikasi teknologi
yang sesuai dengan kebutuhan petani setempat
Komponen Teknologi
PTT Padi Lahan Rawa: Ada 11 komponen teknologi yang dapat diterapkan, antara lain:
PTT Padi Lahan Rawa: Ada 11 komponen teknologi yang dapat diterapkan, antara lain:
Komponen Dasar (Compulsory):
-
Varietas
Unggul Baru
-
Benih
bermutu (berlabel/sertifikasi)
-
Jumlah
bibit dan sistem tanam Legowo
-
Pengelolaan
air (Sistem satu arah/TAM)
-
Pemupukan
N (Berdasarkan BWD)
-
Pemberian
pupuk P dan K didasarkan status hara tanah
Varietas Padi Pasang Surut, antara
lain:
Varietas unggul padi yang dapat
ditanam, al: Banyuasin, Batanghari, Indragiri, Punggur, Kapuas, Martapura,
Margasari, Siak Raya, Air Tenggulang, Lambur, Sei Lalan, IR42, Dendang,
Mekongga dan lainnya yang adapatif dan toleran dengan kondisi lahan. Benih yang
digunakan harus berkulaitas (bersertifikat/berlabel).
Jumlah Bibit dan Sistem Tanam
Jumlah bibit dianjurkan 2-3 batang/ lubang. Jarak tanam 20 cm x 20 cm atau 25 cm x 25 cm, dengan sistem tanam jajar atau legowo 2:1 atau 4:1.
Jumlah bibit dianjurkan 2-3 batang/ lubang. Jarak tanam 20 cm x 20 cm atau 25 cm x 25 cm, dengan sistem tanam jajar atau legowo 2:1 atau 4:1.
Manfaat sistem legowo:
- semua barisarumpun tanaman berada pada bagian pinggir
yang biasanya memberikan hasil yang lebih tinggi
- pengendalian gulma, hama dan penyakit lebih mudah
dilakukan karena ada ruang tempat untuk bergerak
- legowo menyediakan ruang kosong untuk pengaturan air,
pemeliharaan, saluran pengumpul keong mas atau untuk mina padi
- penggunaan pupuk lebih berdaya guna sehingga lebih
efektif dan efisien
Pengelolaan Air
Sistem aliran satu marah dan tata
air mikro. Dibuat saluran-saluran kuarter berukuran lebar 20-40 cm dan dalam
30-60 cm dan kemalir (caren) berukuran lebar 20-30 cm dan dalamnya lebih
dangkal dari saluran kuarter. Tujuannya untuk mempercepat pencucian senyawa
racun yang dijumpai di areal sawah.
Sketsa
pengelolaan air dengan aliran satu arah dan tata air mikro
Pemupukan N
Dosis N yang diberikan sekitar 200
kg/ha dua kali, yakni saat tanam 1/3 bagian dan pupuk susulan pada umur 30 HST.
Pemberian pupuk N susulan dapat dilakukan berdasarkan bagan warna daun (BWD)
sehingga pemberian N lebih efisien, tetapi penggunaan BWD di lahan rawa pasang
surut kurang efektif karena urea prill yang diberikan dapat larut dan hanyut
terbawa oleh air. Sebaiknya N diberikan dalam bentuk urea tablet atau
granul yang bersifat lambat melepas N (slow release) sehingga pemupukan lebih
efektif dan efisien.
Pemberian Pupuk P dan K. Dilukukan ber- dasarkan status hara
tanah. Penentuan status hara menggunakan Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS).
Pupuk P dan K diberikan saat tanam, dan pemberiannya mengacu pada tabel
berikut.
Tabel
acuan umum pemupukan fosfor dan kalium pada tanaman padi lahan rawa
Penyiapan Lahan
Dilakukan dengan dua cara, antara
lain :
- Olah tanah sempurna bersyarat (OTSB):
Dilakukan dengan persyaratan: (a)
waktu mengolah tanah lahan sawah harus berair, (b) kedalaman olah tidak lebih
dari 20 cm, idealnya sekitar 12 – 15 cm, (c) mempertahankan air disawah jangan
sampai kering. OTSB dapat mengendalikan munculnya keracunan besi.
- Tanpa Olah Tanah (TOT) dengan herbisida.
Tahapan kegiatan: (a) gulma
disemprot dengan herbisida, satu minggu kemudian dikoreksi, (b) gulma
direbahkan (dengan drum, batang kelapa/pisang, atau roda traktor tangan), (c)
setelah gulma rebah, padi ditanam. Herbisida yang digunakan, jenis purna tumbuh
(para-quat 3 l/ha, glyfosat 5 l/ha, sulfosat 2,5 l/ha). TOT dapat menekan TK
sebesar 28%, dapat mengendalikan keracunan besi, meningkatkan hasil padi dan
pendapatan petani.
Pemberian Bahan Amelioran
Bahan amelioran digunakan sebagai
bahan pembenah tanah agar kualitas tanah menjadi lebih baik. Bahan yang
digunakan adalah kapur/dolomit dosis 1-2 t/ha, kompos (dari jerami padi atau
biomassa gulma) dosis 5,0 t/ha. BA diberikan setelah penyiapan lahan atau
biomassa gulma) dosis 5,0 t/ha.
Unsur Hara Mikro
Kekurangan hara mikro Cu dan Zn di
lahan gambut sering terjadi dan menyebabkan gabah menjadi hampa.
Pemberian ZnSO4 1,0 kg/ha dan CuSO4 sebanyak 0,5 kg/ha sebagai sumber
hara Zn dan Cu dapat meningkatkan kualitas gabah.
Pengendalian Hama dan Penyakit.
Hama-hama penting di lahan rawa,
antara lain:
Hama tikus, penggerek batang,
orong-orong perlu diwaspadai. Pengendalian dapat dilakukan apabila hama telah
merusak tanaman melebihi batas ambang ekonomis. Penyakit yang diwaspadai
adalah penyakit blas, penggunaan varietas tahan dan pemupukan berimbang sebagai
upaya pengendalian penyakit blas ini.
- Tikus : tindakan yang perlu dilakukan: sanitasi lingkungan,
gropyokan massal, fumigasi, umpan beracun (rodentisida), pagar
plastik dan dengan musuh alami: anjing, burung hantu dan elang.
- Orong-orong: pemberian umpan dari sekam dicampur
insektisida, penggunaan insektisida berbahan aktif karbufuran atau
fipronil
Pengendalian gulma
Areal tanam padi yang telah
ditumbuhi gulma dengan penutupan > 25% sudah perlu dikendalikan.
Pengendalian gulma dapat dilakukan dengan cara menyiang dengan tangan atau
meng-gunakan alat penyiang gulma seperti landak atau gasrok (Gambar 4), atau
menggunakan herbisida berbahan aktif 2,4-D amina, al Panadin-24, DMA-6,
Lindomil dosis 1,5-2,0 l/ha atau jenis herbisida lainnya.
Panen dan Pascapanen
Kehilangan hasil padi bisa terjadi
pada saat panen dan pascapenen. Waktu panen yang tepat dapat menekan
kehilangan hasil, oleh karena itu panen dilakukan pada saat gabah fase masak
fisiologis dengan ciri-ciri fisik, yakni gabah telah menguning sempurna.
Keterlambatan panen menyebabkan kehilangan gabah karena rontok sebelum
dipanen.
Penanganan pascapanen yakni
perontokan gabah dari malai dapat dilakukan dengan cara dikebut, diiles atau
dengan mesin perontok (power threser). Penjemuran gabah untuk disimpan
dilakukan secara baik sampai kadar air gabah berkisar 10-12%.
No comments:
Post a Comment