Monday, 13 October 2014

Pengelolahan Tanaman Terpadu Di Lahan Kering, Basah dan Rawa

NAMA                       : RUADI MAHA PUTRA
NIM                            : A42121710
B.STUDY                  : DASAR-DASAR AGRONOMI

PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) KEDELAI
Pasok Kedelai dari Lahan Rawa
Gonjang-ganjing krisis kedelai impor membuat bangsa kita ketar-ketir. Bahan baku tempe dan kedelai itu menjadi langka. Pabrik olahan tempe dan tahu pun mogok produksi. Padahal, lahan rawa juga dapat memasok kedelai. Rahasianya pilih varietas kedelai yang tahan masam untuk di tanam di lahan rawa. Sebut saja Anjasmoro, Grobokan, Lawit, Manyapa, Sinabung, Ijen, dan Seulawah. Pada musim hujan padukan teknik itu dengan saluran drainase agar lahan tidak tergenang. Sebaliknya pada musim kering saluran itu menjadi saluran irigasi. Simak lebih lengkap pada Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Kedelai Rawa.
http://balittra.litbang.deptan.go.id/images/stories/ptt%20kedelai.jpghttp://balittra.litbang.deptan.go.id/images/stories/ptt%20kedelai.jpg










PTT didefinisikan sebagai metoda atau suatu pendekatan inovatif dan dinamis dalam upaya meningkatkan produksi dan pendapatan petani melalui perakitan komponen teknologi secara partisipatif bersama petani.
SL-PTT adalah suatu tempat pendidikan non formal bagi petani untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam mengenali potensi, menyusun rencana usahatani, mengatasi permasalahan, mengambil keputusan dan menerapkan teknologi yang ruadi maha putra sesuai dengan kondisi sumberdaya setempat secara sinergis dan berwawasan lingkungan sehingga usaha-taninya menjadi efisien, berproduktivias tinggi dan berkelanjutan.

LIMA PRINSIP UTAMA PENERAPAN PTT
  1. Partisipatif: Petani berperan aktif memilih dan menguji teknologi yang sesuai dengan kondisi setempat, dan meningkatkan kemampuan melalui proses pembelajaran di LL
  2. Spesifik lokasi: Memperhatikan kesesuaian teknologi dengan lingkungan fisik, sosial-budaya dan ekonomi petani setempat.
  3. Terpadu: Sumberdaya tanaman, tanah dan air dikelola dengan baik secara terpadu.
  4. Sinergis: Pemanfaatan teknologi terbaik, mem-perhatikan keterkaitan antarkomponen teknologi yang saling mendukung.
  5. Dinamis: Penerapan teknologi selalu disesuai-kan dengan perkembangan dan kemajuan IPTEK serta kondisi social-budaya ekonomi setempat.
 PEMAHAMAN MASALAH DAN PELUANG (PMP)
Langkah pertama dalam setiap penerapan PTT harus diawali dengan pemahaman masalah dan peluang (PMP) pengembangan sumberdaya dan kondisi lingkungan setempat, dengan tujuan:
  1. Mengumpulkan informasi dan menganalisis kendala, dan peluang usahatani
  2. Mengembangkan peluang dalam upaya peningkatan  produksi
  3. Mengindentifikasi teknologi yang sesuai dengan kebutuhan petani setempat

KOMPONEN TEKNOLOGI :
Komponen teknologi untuk PTT kedelai terdiri atas 10 komponen teknologi yang dapat diterapkan, namun penerapannya harus disesuikan dengan lingkungan setempat (spesifik lokasi), antara lain  :
  1. Varietas unggul bermutu yang sesuai
  2. Penggunaan benih bermutu (berlabel)
  3. Populasi dan pengaturan tata tanam secara tepat
  4. Pemupukan
  5. Pengendalian organisme pengganggu tanaman
  6. Pengolahan tanah
  7. Pemberian pupuk bio-hayati
  8. Pemberian pupuk organik
  9. Amelioran pada lahan masam
  10. Panen dan penanganan pasca panen

No.1 s/d 5 merupakan komponen utama, sedangkan 6 s/d 10 merupakan komponen pilihan. Penerapan komponen teknologi harus berdasarkan hasil dari PMP/KKP sehingga upaya peningkatan produksi dapat dicapai, efektif, efsien dan berkelanjutan.

Varietas :
Varietas kedelai yang dapat dikembangkan, al: Anjasmoro, Grobokan, Lawit, Manyapa, Sinabung, Ijen, Seulawah atau varietas lainnya disesuaikan dengan preperensi setempat.

Benih bermutu dan berlabel :
Tingkat kemurnian dan daya tumbuh yang tinggi (>80%), bernas dan tidak keriput
Perlakuan benih dengan bahan kimia
Bersih, tidak tercampur biji gulma, kotoran atau biji tanaman lain
Populasi dan Pengaturan Tanam

Jarak tanam menentukan jumlah populasi tanaman per ha. Populasi berkisar 300 – 500 ribu per ha. Jarak tanam yang dianjurkan adalah: 40 cm x 10 cm, 40 cm x 15 cm atau 50 cm x 10 cm, 1-2 biji perlubang. Benih setelah ditugal, perlu diberikan insektisida (karboslfan 15 kg/ha) untuk menghidari serangan hama lalat bibit.
Pemupukan
Dilakukan  berdasarkan  kebutuhan  tanaman dan status hara tanah. Dosis pupuk yang dianjurkan adalah : 50-100 kg Urea, 50-75 kg SP-36 dan 50-75 kg KCl  per ha, diberikan saat tanam. Apabila dilakukan pemupukan Fosfo- N Pro, Fosfo-N Super atau Fosfo-N Optima, maka dosis pupuk NPK menjadi 37,5 -75 kg Urea, 25-37,5 kg SP-26 dan 50-75 kg KCl per ha.

Pengendalian OPT
Yang termasuk OPT adalah hama dan penyakit serta gulma.  Hama utama adalah ulat grayak, lalat bibit, penggerek daun, penghisap dan  peng-gerek polong. Sedangkan penyakit, utamanya penyakit karat daun.
Jenis, dosis dan cara penggunaan inse tisida  untuk mengendalikan  hama   dan  penyakit kedelai
http://balittra.litbang.deptan.go.id/images/stories/ptt%20kedelai%203.jpg
MST = Minggu setelah tanam

Pengendalian Gulma
Gulma menjadi masalah serius pada budidaya kedelai. Pengendalian gulma dapat dilakukan dengan cara menyiang atau dengan herbisida. Penyiangan dilakukan dua kali: pada 3-4 dan 7-8 minggu setelah tanam sekaligus melakukan pem-bumbunan tanaman. Jenis herbisida yang dapat digunakan, adalah Agorxone-4, Goal 2E, Actril DS, Fusilade 25 EC, Lasso 480 EC dan lainnya tergantung dengan jenis gulmanya disemprotkan secara hati-hati diantara barisan tanaman  dengan dosis 1,5 – 2,0 l/ha.

Penyiapan Lahan
Cara penyiapan lahan yang akan diterapkan tergantung dengan kondisi lahan. Pada tanah keras perlu diolah secara sempurna (OTS), sedangkan tanah-tanah yang cukup gembur penyiapan lahan dapat dilakukan dengan cara olah tanah minimum (OTM) pada barisan tanaman atau tanpa olah tanah (TOT) dengan herbisida yang dipalikasi sebelum tanam. Perlu dibuat bedengan berukuran lebar 3 – 4 m yang panjangnya sesuai panjang lahan, bertujuan untuk memudahkan pembuangan air agar tanaman kedelai terhindar dari genangan air.       Pada lahan  yang  belum pernah ditanami kedelai perlu diberi inokulasi dengan rhizobium meng-gunakan tanah bekas pertanaman kedelai yang ditaburkan pada tanah yang akan ditanami kedelai, atau inokulasi juga dapat melalui perlakuan benih dengan inokulum multiguna Rhizoplus 150 g/50 kg benih.

Pemberian Pupuk Organik
Pemberian bahan organik diperlukan sebagai bahan pembenah tanah, sehingga kandungan bahan organik tanah sekaligus sebagai sumber unsur hara bagi tanaman. Sumber bahan organik yang akan diberikan berasal dari pupuk kandang atau sisa-sisa tanaman seperti jerami padi. Dosis bahan organik yang diberikan 1 – 2,5 ton/ha.

Amelioran pada Lahan Masam
Pada tanah-tanah masam yang ditanami kedelai, perlu diberi bahan amelioran sebagai pembenah tanah untuk memperbaiki kualitas tanah terutama agar pH tanah meningkat. Bahan amelioran yang diberikan berupa kapur dolomit 2,0 t/ha, pupuk organik seperti kompos jerami padi atau pupuk kandang 2,5 t/ha, yang pemberiannya dilakukan dengan cara sebar pada barisan tanaman, sekaligus sebagai penutup tanah pada lubang-lubang tanaman setelah benih ditugal.

Pembuatan Saluran Drainase
Pertanaman kedelai di lahan sawah setelah padi dan di lahan rawa pasang surut perlu dibuat saluran drainase untuk mengalirkan air ketika hujan sehingga tanaman kedelai tidak tergenang. Saluran drainase dibuat dengan jarak antar saluran sekitar 3 – 4 m, lebar 30 cm dan dalam 20 cm dengan memperhatikan kondisi lahan terutama apabila masih ada hujan. Pada petanaman di musim kering (MK), saluran-saluran dapat difungsikan sebagai saluran irigasi untuk mengairi tanaman sehingga tanaman dapat tumbuh baik.

Panen dan Pasca Panen
Panen tidak boleh terlambat, bila terlambat sebagian polong akan pecah di lapang sehingga menyebabkan kehilangan hasil. Panen dilakukan dengan sabit, setelah disabit hasil panen dijemur dan kemudian dilakukan perontokan biji. Apabila hasil panen digunakan untuk benih, maka:
  1. Polong harus sudah masak fisiologis.
  2. Perontokan dengan threser, kecepatan   putaran mesin sekitar 500-600 rpm, jangan sampai calon benih rusak akibat luka atau pecah.
  3. Penjemuran biji sebaiknya menggunakan alas. Pada saat penjemuran biji kedelai sering diaduk-ratakan agar biji kering secara merata dan tidak mematikan lembaga
http://balittra.litbang.deptan.go.id/images/stories/ptt%20kedelai1.jpg
Saluran drainese selang 4 baris tanaman kedelai

PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) PADI PASANG SURUT
Pada sistem Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Pasang Surut. Anda akan dipandu memilih varietas tepat, bertanam jajar legowo, pengaturan air, dan ameliorasi lahan dengan bahasa yang mudah dan sederhana. Silakan simak PTT yang disusun oleh para peneliti Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa (Balittra), Banjarbaru, Kalsel:
http://balittra.litbang.deptan.go.id/images/stories/ppt%20padi1.jpghttp://balittra.litbang.deptan.go.id/images/stories/ppt%20padi1.jpghttp://balittra.litbang.deptan.go.id/images/stories/ppt%20padi1.jpg









PTT didefinisikan sebagai metoda atau suatu pendekatan inovatif dan dinamis dalam upaya meningkatkan produksi dan pendapatan petani melalui perakitan komponen teknologi secara partisipatif bersama petani.

SL-PTT adalah suatu tempat pendidikan non formal bagi petani untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam mengenali potensi, menyusun rencana usahatani, mengatasi permasalahan, mengambil keputusan dan menerapkan teknologi yang sesuai dengan kondisi sumberdaya setempat secara sinergis dan berwawasan lingkungan sehingga usaha-taninya menjadi efisien, berproduktivias tinggi dan berkelanjutan.

LIMA PRINSIP UTAMA PENERAPAN PTT :
  1. Partisipatif: Petani berperan aktif memilih dan menguji teknologi yang sesuai dengan kondisi setempat, dan meningkatkan kemampuan melalui proses pembelajaran di LL
  2. Spesifik lokasi: Memperhatikan kesesuaian teknologi dengan lingkungan fisik, sosial-budaya dan ekonomi petani setempat.
  3. Terpadu: Sumberdaya tanaman, tanah dan air dikelola dengan baik secara terpadu.
  4. Sinergis: Pemanfaatan teknologi terbaik, mem-perhatikan keterkaitan antarkomponen teknologi yang saling mendukung.
  5. Dinamis: Penerapan teknologi selalu disesuai-kan dengan perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) serta kondisi social-budaya ekonomi setempat.

PEMAHAMAN MASALAH DAN PELUANG (PMP)
Langkah pertama dalam setiap penerapan PTT harus diawali dengan pemahaman masalah dan peluang (PMP) pengembangan sumberdaya dan kondisi ligkungan setempat, dengan tujuan:
  1. Mengumpulkan informasi dan menganalisis kendala, dan peluang usahatani
  2. Mengembangkan peluang dalam upaya peningkatan produksi
  3. Mengindentifikasi teknologi yang sesuai dengan kebutuhan petani setempat

Komponen Teknologi
PTT Padi Lahan Rawa: Ada 11 komponen teknologi yang dapat diterapkan, antara lain:

Komponen Dasar (Compulsory):
-        Varietas Unggul Baru
-        Benih bermutu (berlabel/sertifikasi)
-        Jumlah bibit dan sistem tanam Legowo
-        Pengelolaan air (Sistem satu arah/TAM)
-        Pemupukan N (Berdasarkan BWD)
-        Pemberian pupuk P dan K didasarkan status hara tanah

Varietas Padi Pasang Surut, antara lain:
Varietas unggul padi yang dapat ditanam, al: Banyuasin, Batanghari, Indragiri, Punggur, Kapuas, Martapura, Margasari, Siak Raya, Air Tenggulang, Lambur, Sei Lalan, IR42, Dendang, Mekongga dan lainnya yang adapatif dan toleran dengan kondisi lahan. Benih yang digunakan harus berkulaitas (bersertifikat/berlabel).

Jumlah Bibit dan Sistem Tanam
Jumlah bibit dianjurkan 2-3 batang/ lubang. Jarak tanam 20 cm x 20 cm atau 25 cm x 25 cm, dengan sistem tanam jajar atau legowo 2:1 atau 4:1.

Manfaat sistem legowo:
  1. semua barisarumpun tanaman berada pada bagian pinggir yang biasanya memberikan hasil yang lebih tinggi
  2. pengendalian gulma, hama dan penyakit lebih mudah dilakukan karena ada ruang tempat untuk bergerak
  3. legowo menyediakan ruang kosong untuk pengaturan air, pemeliharaan, saluran pengumpul keong mas atau untuk mina padi
  4. penggunaan pupuk lebih berdaya guna sehingga lebih efektif dan efisien

Pengelolaan Air
Sistem aliran satu marah dan tata air mikro. Dibuat saluran-saluran kuarter berukuran lebar 20-40 cm dan dalam 30-60 cm dan kemalir (caren) berukuran lebar 20-30 cm dan dalamnya lebih dangkal dari saluran kuarter. Tujuannya untuk mempercepat pencucian senyawa racun yang dijumpai di areal sawah.
http://balittra.litbang.deptan.go.id/images/stories/padi_1.jpg
Sketsa pengelolaan air dengan aliran satu arah dan tata air mikro

Pemupukan N
Dosis N yang diberikan sekitar 200 kg/ha dua kali, yakni saat tanam 1/3 bagian dan pupuk susulan pada umur 30 HST. Pemberian pupuk N susulan dapat dilakukan berdasarkan bagan warna daun (BWD) sehingga pemberian N lebih efisien, tetapi penggunaan BWD di lahan rawa pasang surut kurang efektif karena urea prill yang diberikan dapat larut dan hanyut terbawa oleh air.  Sebaiknya N diberikan dalam bentuk urea tablet atau granul yang bersifat lambat melepas N (slow release) sehingga pemupukan lebih efektif dan efisien.

Pemberian Pupuk P dan K. Dilukukan ber- dasarkan status hara tanah. Penentuan status hara menggunakan Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS). Pupuk P dan K diberikan saat tanam, dan pemberiannya mengacu pada tabel berikut.
Tabel acuan umum pemupukan fosfor dan kalium pada tanaman padi lahan rawa
http://balittra.litbang.deptan.go.id/images/stories/padi__2.jpg
Penyiapan Lahan
Dilakukan dengan dua cara, antara lain :
  1. Olah tanah sempurna bersyarat (OTSB):
Dilakukan dengan persyaratan: (a) waktu mengolah tanah lahan sawah harus berair, (b) kedalaman olah tidak lebih dari 20 cm, idealnya sekitar 12 – 15 cm, (c) mempertahankan air disawah jangan sampai kering. OTSB dapat mengendalikan munculnya keracunan besi.

  1. Tanpa Olah Tanah (TOT) dengan herbisida.
Tahapan kegiatan: (a) gulma disemprot dengan herbisida, satu minggu kemudian dikoreksi, (b) gulma direbahkan (dengan drum, batang kelapa/pisang, atau roda traktor tangan), (c) setelah gulma rebah, padi ditanam. Herbisida yang digunakan, jenis purna tumbuh (para-quat 3 l/ha, glyfosat 5 l/ha, sulfosat 2,5 l/ha). TOT dapat menekan TK sebesar 28%, dapat mengendalikan keracunan besi, meningkatkan hasil padi dan pendapatan petani.
http://balittra.litbang.deptan.go.id/images/stories/padi_3.jpg
Pemberian Bahan Amelioran
Bahan amelioran digunakan sebagai bahan pembenah tanah agar kualitas tanah menjadi lebih baik.  Bahan yang digunakan adalah kapur/dolomit dosis 1-2 t/ha, kompos (dari jerami padi atau biomassa gulma) dosis 5,0 t/ha. BA diberikan setelah penyiapan lahan atau biomassa gulma) dosis 5,0 t/ha.



Unsur Hara Mikro
Kekurangan hara mikro Cu dan Zn di lahan gambut sering terjadi dan menyebabkan gabah menjadi hampa.  Pemberian ZnSO4  1,0 kg/ha dan CuSO4 sebanyak 0,5 kg/ha sebagai sumber hara Zn dan Cu dapat meningkatkan kualitas gabah.

Pengendalian Hama dan Penyakit.
Hama-hama penting di lahan rawa, antara lain:
Hama tikus, penggerek batang, orong-orong perlu diwaspadai. Pengendalian dapat dilakukan apabila hama telah merusak tanaman melebihi batas ambang ekonomis. Penyakit yang diwaspadai  adalah penyakit blas, penggunaan varietas tahan dan pemupukan berimbang sebagai upaya pengendalian penyakit blas ini.
  1. Tikus : tindakan yang perlu dilakukan: sanitasi lingkungan, gropyokan massal, fumigasi,  umpan beracun (rodentisida), pagar plastik dan dengan musuh alami: anjing, burung hantu dan elang.
  2. Orong-orong: pemberian umpan dari sekam  dicampur insektisida, penggunaan insektisida berbahan aktif karbufuran atau fipronil

Pengendalian gulma
Areal tanam padi yang telah ditumbuhi gulma dengan penutupan > 25% sudah perlu dikendalikan. Pengendalian gulma dapat dilakukan dengan cara menyiang dengan tangan atau meng-gunakan alat penyiang gulma seperti landak atau gasrok (Gambar 4), atau menggunakan herbisida berbahan aktif 2,4-D amina, al Panadin-24, DMA-6, Lindomil dosis 1,5-2,0 l/ha atau jenis herbisida lainnya.

Panen dan Pascapanen
Kehilangan hasil padi bisa terjadi pada saat panen dan pascapenen.  Waktu panen yang tepat dapat menekan kehilangan hasil, oleh karena itu panen dilakukan pada saat gabah fase masak fisiologis dengan ciri-ciri fisik, yakni gabah telah menguning sempurna. Keterlambatan panen  menyebabkan kehilangan gabah karena rontok sebelum dipanen.

Penanganan pascapanen yakni perontokan gabah dari malai dapat dilakukan dengan cara dikebut, diiles atau dengan mesin perontok (power threser). Penjemuran gabah untuk disimpan dilakukan secara baik sampai kadar air gabah berkisar 10-12%.




No comments:

Post a Comment